Senin, 31 Januari 2011

(POTENSI JATUH) BANGUNNYA KATA GANTI REFLEKSIF

Keenan (2003) membandingkan sejarah kata ganti refleksif (reflective pronouns) dengan sejarah Menara Eifel. Menara ini khusus dibangun sebagai tempat pameran internasional menjelang akhir abad kesembilan belas, dan bangunan itu rencananya dihancurkan begitu pameran usai. Namun demikian, kebetulan sekali bahwa pada jaman itu radio menjadi sangat populer pada, dan Menara Eifel ternyata bisa dipergunakan sebagai tempat untuk memasang antena radio. Fungsinya dalam penyiaran radio, yakni fungsi yang sama sekali baru dan tak ada kaitan dengan tujuan dibangunnya menara, itulah yang (sebagian) bertanggungjawab atas kelangsungan hidup bangunan itu sendiri. Cerita mengenai kata ganti refleksif merupakan cerita tentang  suatu  pengkonstruksian yang memang khusus dikembangkan untuk melakukan enkoding terhadap  acuan empatik, yang sekarang memerankan fungsi yang sangat berbeda. Kami membahas sejarah ini terlebih dahulu agar bisa memberikan contoh masalah teoretis yang dikemukakan dalam bab 4 dan 5.[1] Sejalan dengan yang dikemukakan pada bab 4, proses konvensionalisasi dikatakan bersifat paksaan, meskipun konvensi-konvensi mutakhit sama sekali bukan bersifat paksaan. Terkait dengan bab 5, kami melihat bagaimana perubahan linguistik merupakan bagian dan kemasan penggunaan bahasa, bagaimana pola wacana berulang  itu berada di belakang konvensi-konvensi gramatikal.  Selanjutnya, mengingat bahwa kata ganti refleksif diprakarsai dengan proses pragmatik, kami perlu menentukan apakah kata ganti refleksif sekarang ini sudah sepenuhnya mengalami gramatisisasi. Apa yang dimaksud dengan pembagian  grammar/pragmatik terkait dengan penggunaan dan interpretasi terhadap kata ganti refleksif jika gramar dan pragmatik terus-menerus mengalami evolusi? Kesimpulan yang akan kami capai adalah bahwa bukan hanya grammar, namun juga pragmatik, yang mengatur distribusi kata ganti refleksif yang ada sekarang ini . Salah satu saja tidaklah cukup. Dengan kata lain, terlepas dari adanya proses gramatisisasi, pragmatik masih memainkan peranan mengenai cara kita dalam menggunakan kata ganti refleksif.
            Perhatikan bahwa pendekatan yang diadopsi di sini adalah pendekatan analisis wacana, bukan linguistik kesejarahan saja. Maksud kami adalah bahwa dengan menyelidiki percakapan Bahasa Inggris Modern kita bisa melihat bagaimana pola wacana yang menonjol mungkin telah menjadi jalan kemungkinan gramatisisasi di masa yang lalu. Bahasa Inggris Modern bisa digunakan untuk menjelaskan  proses gramatisisasi yang dialami oleh bahasa Inggris di abad kelima belas, karena pola wacana yang mendorong lahirnya


[1] Saya berterima kasih kepada Tanya Reinhart, Makoto Shimizu, Tal Siloni, dan Sandra A. Thompson atas komentar mereka pada bab 6.

grammar saat itu masih bersama kita sekarang ini.[1]  Di sini paksaan pragmatik yang relevan adalah inferensi bahwa entitas-entitas yang cenderung kita sebut saling terlibat satu sama lain dalam suatu peristiwa tertentu yang di-enkodekan dalam klausa linguistik itu cenderung berbeda. Interpretasi ini harus berupa inferensi pragmatik yang berulang-ulang di masa lalu, persis seperti yang terjadi di masa sekarang. Jika memang demikian, penutur terdorong untuk menunjukkan kasus-kasus tidak sesuainya inferensi ini. Indikasi inilah yang memprakarsai gramatisisasi yang sekarang dikenal sebagai kata ganti refleksif.
            Levinson (1991, 2000b) menyatakan bahwa pola gramatikal bahasa Inggris anafora yang bertanggungjawab atas distribusi kata ganti diri dan kata ganti refleksif, sebagaimana kita ketahui sekarang, sebenarnya merupakan pembekuan (yang sedikit tidak sempurna) dari kecenderungan-kecenderungan pragmatik semacam ini.[2] Kata ganti refleksif telah berkembang (berevolusi) dalam upaya untuk menunjukkan hubungan acuan pendamping (coreference) yang aneh dengan anteseden sentral dalam klausa. Analisis yang disajikan di bawah ini didasarkan pada Levinson (1991, 2000b), Comrie (1998), König & Siemund (2000), Haspelmath (2004c) dan lain-lain.[3] Perhatikan bahwa, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Levinson dengan tepat, fakta pertama yang sangat menarik mengenai kata ganti refleksif adalah bahwa distribusinya, yang dianggap sebagai bagian inti dari grammar universal (mungkin bawaan), merupakan produk kesejarahan, produk yang sebenarnya tidak sama-sama dimiliki oleh semua bahasa, dan tentu tidak pada tingkat yang sama.
            Terutama kami akan menelaah kasus bahasa Inggris, karena dala bahasa inilah kata ganti refleksif telah mencapai fase yang agak gramatikal. Namun demikian, yang kami maksudkan adalah bahasa Inggris yang ada sekarang ini mencerminkan   sisa-sisa tahap-tahap  pragmatik yang awal, yang menetapkan seluruh proses gerakan, dan langkah-langkah awal menuju fungsi-fungsi yang lebih baru. Kami  mengakhiri pembahasan bab ini dengan menunjukkan kemungkinan hilangnya fungsi keanehan (markedness) kata ganti refleksif yang asli, dan dengan hilangnya fungsi tersebut kami menunjukkan konvensi-konvensi gramatikal yang berkaitan dengan kata ganti refleksif. Inilah yang oleh Hopper (1991) diistilahkan dengan layering (pelapisan). Gagasannya adalah bahwa gramatisisasi yang lebih awal tidak menghalangi gramatisisasi yang lebih baru, dan gramatisisasi yang lebih baru tidak selalu membatalkan gramatisisasi-gramatisisasi yang lama. Bahkan, bahasa secara simultan

[1] Di seluruh bab ini, statistik sinkronik yang secara statistik tidak benar disajikan, agar bisa menggerakkan bukan hanya gramatisisasi yang potensial di masa yang akan datang, tetapi juga gramatisisasi yang telah lama selesai. Ini sejalan dengan asumsi keseragaman Lass (1997: 26),  yang menurut asumsi itu “distribusi kemungkinan secara umum dalam bidang tertentu selalu sama di masa lalu sebagaimana di masa sekarang ini.”
[2] Simak juga Ariel (1985: 115, 1987, 1990: bab 5).
[3] Sesungguhnya, Haspelmath (2004c) dan bab ini ditulis kurang lebih pada saat yang sama tanpa saling kenal satu sama lain.
 
memperlihatkan berbagai macam lapisan gramatisisasi yang ada bersama-sama satu sama lain, bahkan meski kemungkinan  gramatisasi tersebut saling bertentangan (simak juga Romaine, 1999).[1]
            Kita akan melihat pola-pola yang lebih lama di samping pola-pola yang lebih baru (misalnya, kata ganti refleksif sebagai kata keterangan penekanan, sebagai NP yang mengandung acuan pendamping yang aneh). Setiap fase gramatisisasi sekaligus juga merupakan produk akhir dari gramatisisasi, sekaligus sebagai kemunginan titik awal dalam tahap selanjutnya pada jalur gramatisisasi. Bahkan, meskipun kata ganti refleksif bahasa Inggris itu dalam derajad tertentu merupakan anafora-anafora yang mematuhi Binding Conditions (Syarat Pengikat) yang ada sekarang ini, secara bertahap kata ganti tersebut memerankan fungsi gramatikal yang baru, yakni fungsi detransitivizing (detransitivisasi) (simak Ariel, 2006a). Sekali lagi hal ini tidak terlalu berbeda dengan kasus Menara Eifel, yang sekarang memiliki fungsi tambahan baru, yang sekali lagi benar-benar tidak berkaitan dengan fungsinya dalam penyiaran radio: menara itu sekarang menjadi lambang negara Perancis, dan mampu menarik banyak sekali wisatawan untuk berkunjung ke Paris setiap tahunnya.
            Kami memulai pembahasan bab ini dengan memperkenalkan penjelasan sinkronis struktural kata  refleksif dalam pokok bahasan 6.1, yang kami uraikan secara pragmatik dalam pokok bahasan 6.2. Pokok bahasan 6.3 diperuntukkan untuk menjawab pertanyaan apakah kita memerlukan penjelasan struktural dan pragmatik mengenai kata ganti refleksif ini. Kami akhiri pembahasan bab ini dengan kemungkinan bahwa kata ganti refleksif bisa kehilangan fungsi pragmatiknya (markedness) yang telah berkembang (pokok  bahasan 6.4).

6.1       Penjelasan struktural kata ganti refleksif
            Mari kita mulai pembahasan di sini dengan mengetengahkan kata ganti refleksif bahasa Inggris  yang dianalisis menggunakan hubungan struktural. Reinhart dan Reuland (1993) menawarkan perumusan kembali terhadap Binding Conditions A dan B asli yang sangat hirarkis itu Ke dua . Kedua syarat ini sekarang berkaitan dengan dengan refleksifitas, dan bidang yang penting untuk refleksifitas adalah predikat dan berbagai argumennya, bukan bidang sintaksis minimal (NP atau S): argumen pendamping yang sifatnya acuan pendamping tentu merupakan suatu  refleksif.[2] Di sini kami akan menyederhanakan pendapat Reinhart dan Reuland sebagai berikut:


[1] Hopper membahas berbagai macam bentuk yang muncul dalam fase-fase bahasa yang berbeda-beda, yang secara serentak memerankan satu fungsi gramatikal yang sama (misalnya, bentuk past tense dalam bahasa Inggris). Di sini kami terfokus pada fenomena yang sejajar, dimana satu bentuk (refleksif) sekarang menandai berbagai macam fungsi, yang berkembang pada masa-masa yang berbeda.
[2] Kenyataan bahwa Binding Conditions sekarang dibatasi pada refleksifitas adalah sesuai dengan pandangan bahwa perkembangan dan gramatisisasi kata ganti refleksif itulah yang menciptakan gramatisisasi kata ganti  yang terpisah dari pasangan klausanya NP, sebenarnya sebagai produk samping (simak Levinson, 2000b).

AKTIVITAS KESUSASTERAAN


Aktivitas kesusasteraan mendorong anak-anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, membreikan pengalaman nyata, memberikan wawasan kedalam perilaku manusia, memicu kesadaran dan pertumbuhan kesusasteraan, dan mengembangkan proses pemikiran lebih tinggi. Tren nasional pada pembelajaran berbasis kesusasteraan mendorong para pendidik untuk menggunakan kesusasteraan dalam kurikulum. Contoh, ketika diminta untuk merespon pada perubahan kurikulum, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Calironia William Honig menyatakan, ‘kita perlu memperbaiki kurikulum pada lebih banyak menulis, lebih banyak pemecahan masalah, dan lebih banyak kesusasteraan’ (Putka 1990, hal 1). Banyak propinsi dan kota belakangan mengikuti inisiatif California dan merekomendasikan atau memandatkan penggunaan kesusasteraan di kelas. Menurut Reading Today (Miller & Luskay 1988), Koran International Reading Association, ‘kemanapun anda memandang, nampak ada perbaruan minat dalam penggunaan kesusasteraan anak-anak dalam program membaca sekolah. Tren ini jelas dalam peninkatan cakupan topic dalam presentasi konferensi, artikel jurnal, dan buku’ (hal 1).
            Para pendidik yang menggunakan dan merekomendasikan pembelajaran berbasis kesusasteraan menekankan sifat dinamis lingkungan dan keinginan mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap kesusaseraan. Contoh, Taxel (1988) memaparkan kelas berbasis kesusasteraan ‘sebagai fluida dan dinamis, …..tempat dimana para pendidik memandang kesusasteraan sebagai pusat pada kurikulum, bukan sebagai bagian pengayaan yang dilakukan ketika pekerjaan sesungguhnya telah selesai’ (hal 74). Five (1988) menggunakan pelajaran-kecil yang memfokuskan pada elemen-elemen kesusasteraan seperti karakterisasi, seting, flashback, dan seleksi buku. Setelah setiap pelajaran, peserta didik mebaca kesusasteraan terkait, membahas buku, dan menyelesaikan aktivitas menulis. Five menekankan bahwa program secara dramatis meningkatkan membaca mandiri, diskusi kesusasteraan teman sejawat, dan evaluasi peserta didik tentang area-arae seperti tokoh yang dapat dipercaya dan bahasa efektif serta dialog. Runutan dari pelajaran-kecil ini diikuti dengan membaca, berdiskusi, dan menulis serupa dengan yang direkomendasikan oleh Hiebert dan Colt (1989) untuk program berbasis literatur efektif. Runutan juga memiliki karakteristik serupa dengan penggunaan buku inti, unit kesusasteraan, dan kesusasteraan pilihan sendiri seperti disarankan oleh Zarillo (1989). (Untuk pengmbangan rinci aktivitas yang dihubungkan dengan buku inti, unit kesusasteraan, dan kesusasteraan pilihan sendiri, lihat The Impact of Literature-Based Reading, karya Norton 1992).
            Aktivitas kesusasteraan yang dikembangkan dalam bab ini melputi beragam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi peserta didik terhadap erbagam elemen dan genre kesusasteraan. Ada aktivitas yang menekankan respon logis dan estetis pada kesusasteraan. Rosenblatt (1985) membedakan antara keduanya ketika ia menyatakan bahwa membaca logis memfokuskan perhatian pada ‘tindakan yang akan dilakukan, informasi yang harus dipertahankan, kesimpulan yang ditarik, solusi yang diperoleh, konsep analitis yang diterapkan, proposisi yang diuji’ (hal 70). Membaca estetis, menurut Rosenblatt, memfokuskan pada ‘apa yang sedang kita lihat dan rasakan dan pikirkan, pada apa yang dipicu dalam diri kita dalam dunia manusia dan alam’ (hal 70). Purves dan Monson (1984) menekankan bahwa peserta didik perlu respon logis dan estetis pada kesusasteraan:
Nampak bahwa peserta didik harus dihadapkan pada beragam pertanyaan kritis, meliputi yang bersifat pribadi dan afektif, baik yang bersifat analitis, interpretif, dan evaluatif. Masing-masing pertanyaan ini bisa dijawab secara cerdas dan dengan menjawab masing-masing dapa membantu peserta didik belajar membaca, berpikir dan merasakan. Dan anda dapat mengajar peserta didik bagaimana menjawabnya. (hal 189).
Aktivitas 7-1
Mempelajari Minat Anak-Anak
Tujuan :
  1. mempergunakan inventaris minat untuk menentukan minat
Bahan Ajar : Inventaris minat
Kelas : Semua tingkat kelas; inventaris dibacakan pada anak-anak muda, anak-anak lebih tua bisa menyelesaikan secara mandiri.
Prosedur :
  1. lakukan inventaris berikut :
1)      apa yang ingin kamu lakukan ketika pulang dari sekolah?
2)      Apa yang ingin kamu lakukan di hari sabtu?
3)      Apakah kamu suka menonton televisi?
Jika ya, apa nama program favoritmu?
4)      Apakah kamu punya hobi?
Jika ya, apakah hobimu?
5)      Apakah kamu suka membuat atau mengoleksi sesuatu?
Jika ya, apa yang telah kamu buat atau kumpulkan?
6)      Apakah olahraga favoritmu?
7)      Permainan apakah yang paling kamu sukai?
8)      Apakah kamu suka pergi ke bioskop?
Jika ya, apakah film favoritmu?
9)      Apakah kamu memiliki hewan peliharaan?
10)  Dimanakah kamu menghabiskan liburan musim panas?
11)  Pernahkah kamu melakukan penelitian khusus?
Batuan                         ruang angkasa
Tumbuhan                   hewan
Perjalanan                    dinosaurus
Lain-lain
12)  Apakah mata pelajaran favoritmu di sekolah?
Seni                                         menulis halus
Ilmu pengetahuan social         membaca
Pendidikan olahraga               ilmu pengetahuan alam
Mengeja                                  aritmatika
Menulis kreatif                        bahasa inggris
Lain-lain
13)  Mata pelajaran apakah yang paling sulit bagimu?
14)  Jenis buku apakah yang ingin dibacakan pada kamu?           
Cerita hewan                           dongeng
Kisah nyata                             fiksi ilmiah
Petualangan                             misteri
Olahraga                                  puisi
Humor
Lain-lain
15)  Buku favorit apakah yang telah dibacakan seseorang padamu?
16)  Jenis buku apakah yang ingin kamu baca sendiri?
Cerita hewan                           buku bergambar
Dongeng                                 kisah nyata
Fiksi ilmiah                              petualangan
Misteri                                     kisah olahraga
Puisi                                        cerita lucu
Jenis cerita lain
17)  Apakah buku favoritmu yang telah kamu baca sendiri?
18)  Apakah kamu lebih suka membaca buku sendiri atau dibacakan?
19)  Sebutkan buku yang kamu baca minggu ini?
20)  Buku atau majalah apakah yang kamu miliki di rumah?
21)  Pernahkah kamu pergi ke perpustakaan?
Seberapa sering?
Apakah kamu punya kartu anggota perpustakaan?
  1. Tabulasikan minat kelompokmu. Gunakan hasil untuk memilih buku untuk dibaca nyaring pada kelompok dan sarankan buku untuk dibaca peserta didik secara individu.
Aktivitas 7-2 :
The Fantasy of Mother Goose
Tujuan :
  1. untuk mengapresiasi kesusasteraan
  2. untuk mendramatisasi sajak kanak-kanak secara kreatif
  3. untuk mengembangkan berbicara koor dengan sajak kanak-kanak
  4. untuk menulis secara kreatif cerita yang dipicu oleh sajak kanak-kanak
  5. untuk menafsirkan sajak Mother Goose melalui seni
Bahan Ajar : Buku dan gambar Mother Goose; lembaran kartu papan lebar atau kotak lebar untuk wayang orang; tabel pengalaman bahasa; bahan untk pembuatan wayang.
Kelas : Taman kanak-kanak, SD kelas Satu
Prosedur :
  1. anak-anak kecil menyukai sajak bahagia dan bualan dalam sajak Mother Goose. Beri mereka banyak kesempatan untuk mendengarkan dan mendeklamasikan sajak Mother GOose
  2. pantomim – ketika anda mendeklamasikan sajak Mother Goose, minta mereka menirukan setiap bagian dari sajak
  3. pantomim – biarkan anak-anak untuk ambil bagian mempantomimkan sajak Mother Goose favorit mereka sembari peserta didik lain menebak identitasnya.
  4. berbicara koor – karena sebagian besar sajak mudah diingat, anak-anak harus mampu membaca untuk melakukan aktivitas berbicara koor dengan sajak kanak-kanak. Latih susunan berbicara koor berbeda dan coba barengi sebagian dari mereka dengan instrumen berirama atau drum bongo.
  5. drama kreatif – sajak kanak-kanak memberikan pengantar sempurna pada konsep bahwa drama memiliki beberapa bagian – awalan, tengahan, dan akhiran. Minta anak-anak mendengarkan sajak kanak-kanak yang memiliki bagian jelas seperti ‘Jack and Jill’;
Jack and Jill went up the hill to get a pail of water;
Jack fell down and broke his crown,
And Jill came tumbling after.
Minta anak-anak mengidentifikasi babak pertama dalam rima; babak kedua; dan babak akhir. Bagi kelas ke dalam kelompok dan minta setiap kelompok melakukan apa yang mereka anggap akan terjadi selama babak pertama, babak kedua, dan babak akhir. Dorong mereka untuk mengembangkan bagian mereka dengan menambahkan dialog pada setiap babak atau berpura-pura menjadi benda seperti pohon, bunga, atau makhluk lain yang ada di bukit. Setelah setiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk melakonkan bagiannya, tempatkan bagian sajak kanak-kanak bersama dan mina setiap kelompok melakonkan bagiannya sendiri.
  1. bermain peran – taruh gambar tokoh sajak kanak-kanan dalam kaleng (symbol untuk Jack dan Jill). Beri gambar untuk setiap tokoh dalam sajak kanak-kanak. Minta anak-anak memilih satu tokoh dari kaleng, bentuk kelompok dengan tokoh lain dalam sajak, dan mainkan bagian mereka dalam sajak.
  2. wayang orang – seorang anak bisa diubah menjadi wayang ukuran manusia dengan membuat sosok papan kartu cukup besar untuk menutupi bagian depan anak atau dengan menggunakan kotak yang cukup besar untuk menutupi badan mereka. Minta peserta didik untuk memilih tokoh sajak kanak-kanak yang mereka inginkan dan buat wayang orang. Setelah mereka membuat wayang, minta mereka melakonkan sajak.
  3. menulis kreatif (Kisah Tabel Pengalaman Bahasa) – setelah membaca sajak kanak-kanak, biarkan anak-anak untuk memilih sajak kanak-kanak yang ingin mereka ceritakan. Aktivitas ini bisa dilakukan seringkali dengan sajak berbeda untuk stimulasi. Contoh, setelah membaca ‘Jack and Jill’, Tanya pada peserta didik: ‘menurutmu apa yang terjadi setelah Jack dan Jill terjatuh dari bukit? Menurutmu apa yang dilakukan ibu mereka? Akankah mereka kembali dan mendapatkan lebih banyak air?’ setelah membaca ‘The Old Woman and the Shoe’, anda bisa menanyakan: ‘apa yang akan kamu lakukan jika kamu adalah Old Woman di dalam Sepatu? Bagaimana kamu menjaga anak-anakmu? Bagaimana rasanya hidup di dalam sepatu?’ atau setelah membaca ‘Peter, Peter Pumpkin Eater,’ anda bisa mengatakan, ‘baangkan bahwa kamu hidup di dalam labu seperti Peter’. (Beri labu untuk mereka lihat dan rasakan) ‘Baaimana kamu menghias kamarmu? Apa yang bisa kamu lakukan di dalam cangkang? Akankan labu menjadi rumah yang nyaman? Mengapa atau mengapa tidak? Bagaimana menurutmu apa yang dipikirkan tetanggamu tentang rumahmu?’
Gambar sebuah obyek besar yang melambangkan sajak kanak-kanak. Minta anak-anak menceritakan kisah, yang akan anda tulis di dalam benda tersebut. Pajang kisah pada papan bulletin. Dorong anak-anak untuk membaca cerita mereka.
  1. interpretasi seni – buat papan bulletin ‘Mother Goose Land’ yang menggambarkan rumah dan orang-orang yang hidup di Mother Goose Land. Bagian tengah papan bisa berisi gambar besar Mother Goose membawa tongkat dan mengendarai angsanya. Anak-anak dapat mengecat lukisan dinding besar yang menampilkan daerah ini. Tempatkan cerita tabel di bawah papan bulletin.
  2. drama kreatif (wayang) – setelah anak-anak mendengarkan, mempantomimkan, dan menggambar banyak sajak, biarkan mereka untuk memilih beberapa sajak untuk disajikan sebagai pertunjukan wayang. Mereka bisa menambah pada pertunjukan wayang dengan memasukkan certa pengalaman bahasa mereka sendiri sebagai bagian sajak. Dorong mereka untuk membuat wayang sederhana yang menunjukkan sajak favorit mereka. Undang kelas lain ke festival untuk melihat pagelaran wayang, mendengarkan berbicara koor, melihat gambar, dan membaca cerita tabel anak-anak. Tulis undangan pada festival Mother Goose pada gambar, digambar oleh anak-anak, menampilkan tokoh sajak kanak-kanak mereka.
Aktivitas 7-3 :
Struktur Plot Orang vs Orang
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan pemahaman tentang dan apresiasi untuk struktur plot orang vs orang
  2. untuk menggambar dan membahas struktur plot orang vs orang.
Bahan Ajar : Hershel and the Hanukkan Goblins (1989) karya Eric Kimmel, pemenang penghargaan Caldecott Honor 1990.
Kelas : SD Kelas bawah dan menengah
Ringkasan Buku : Hershel and the Hanukkah Goblins adalah cerita rakyakt yang serupa denan banyak cerita rakya Yahudi lainnya. Cerita dimulai di sebuah kampung selama Hanukkah. Hershel, sang tokoh utama memasuki sebuah kampung dan mendapati bahwa orang-orang tidak mampu merayakan Hanukkan karena hantu jahat menghantui gereja sinagog. Untuk menghilangkan kampung jin, seseorang harus menghabiskan delapan malam di gereja sinagog tua, menyalakan lilin pada malam kedelapan, dan meyakinkan raja jin untuk menghidupkan lilin pada malam kedelapan. Hershell mengatakan bahwa ia tidak takut hantu dan menawarkan untuk menghilangkan kampung jin tersebut. Alur berkembang ketika Hershell menggunakan kecerdasannya dan bahan-bahan umum lain untuk mengecoh para hantu dan menyalakan lilin. Progresi ini terus berlanjut sampai pada malam kedelapan Hershel mengecoh raja jin untuk menyalakan lilin Hanukkah. Pada poin ini mantra terhapus dan semua rumah tangga merayakan Hanukkah di rumah mereka. Penulis mengembangkan tema bahwa barang basa bisa digunakan secara luar biasa jika orang tersebut menggunakan bahan tersebut dengan kecerdikan dan kecerdasan.
Prosedur :
  1. Alur dalam cerita seringkali mengikuti segitita Freitag, stuktur dimana awal cerita mengidentifikasi masalah, mengenalkan tokoh, dan memaparkan seting. Konflik yang semakin memuncak kemudian dikembangkan sampai cerita mencapai suatu klimaks. Setelah klimaks biasanya terdapat titik balik kejadian, diikuti dengan agak cepat sampai dengan akhir konflik atau resolusi suatu masalah. Untuk menunjukkan konflik ini, gambar diagram plot berikut di papan:

  1. Minta peserta didik untuk memikirkan beberapa cerita yang mereka kenal yang mengikuti tipe struktur plot ini. Contoh, mereka dapat menceritakan kembali ‘The Three Billy Goats Gruff’ atau “Goldilocks and the Three Bears’ dan menentukan bagaimana cerita mengikuti diagram ini. Dengan meminta peserta didik untuk memperagakan cerita ini akan membantu mereka memahami dan mengapresiasi konflik yang berkembang. Setelah peserta didik menceritakan kembali atau memperagakan cerita yang dikenal, minta mereka untuk menempatkan peristiwa dari cerita pada diagram alur.
  2. Kenalkan Hershel and the Hanukkah Goblins pada peserta didik. Tunjukkan ilustrasi dan minta peserta didik untuk merespon pada mood cerita dan mempertimbangkan jenis masalah dan konflik apakah yang ada dalam cerita. Jika diinginkan, anda bisa membaca catatan kaki penulis, dimana ia memberikan informasi tentang perayaan Hanukkah.
  3. Baca cerita denan nyaring pada peserta didik. Sebelum menempatkan peristiwa pada diagram alur, dorong peserta didik untuk memberikan respon pribadi pada cerita. Sekarang, gambar diagram plot baru pada papan tulis dan minta peserta didik untuk mengidentifikasi elemen-elemen dari cerita yang bisa ditempatkan pada diagram alur. Contoh, satu kelompok peserta didik kelas tiga mengidentifikasi informasi berikut:

  1. Setelah peserta didik menyelesaikan diagram alur, minta mereka untuk mempertimbangkan apa yang mereka pikirkan adalah tema atau pesan yang dibuat penulis. Peserta didik kelas tiga yang menyelesaikan aktivitas ini memutuskan bahwa temanya adalah (a) penting bagi seseorang untuk menggunakan kecerdikan dan kecerdasannya, dan (b) bahkan benda paling biasa bisa digunakan untuk memperdaya musuh jika mereka digunakan dengan kecerdasan. Minta peserta didik mempertahankan pilihan tema mereka dengan mengidentifikasi apa yang terjadi dalam cerita untuk menjadikannya penting. Contoh, semua dari tindakan Hershel menunjukkkan pentingnya kecerdikan dan kecerdasan. Dalam mencari benda-benda biasa yang digunakan untuk memperdaya musuh, Hershel menghancurkan telur yang ia masak lama, bagian dari menu makan siangnya, untuk membuat hantu kecil percaya bahwa ia dapat menghancurkan batu. Ia mengunakan asinan dan ketamakan hantu kedua untuk mempercayainya bahwa ia telah memantarai kaleng asinan yang dapat menangkap tinju hantu. Ia menggunakan dreidl dan kecerdikannya untuk bermain-main dengan hantu ketiga dan memaksa si hantu memberikan emasnya. Ia menggunakan lilin Hanukkah untuk memperdayai raja jin untuk menyalakan beberapa lilin yang dapat menerangi agar membuat Hershell yakin bahwa si hantu benar-benar galak dan seorang raja.
Aktivitas 7-4 :
Struktur Plot Orang vs Diri
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang struktur orang vs diri.
  2. untuk merespon pada cerita dimana seorang gadis dengan cacat fisik menemukan nilai diri sesungguhnya
  3. untuk mengetahui perbandingan antara perjuangan si elang terlemah untuk bertahan hidup dan perjuangan si gadis terhadap cacat fisiknya.
  4. untuk menggambar dan membahas struktur plot orang vs diri.
Bahan Ajar : The Flawed Glass (1990) karya Ian Strachan
Kelas : SD kelas atas, sekolah menengah
Ringkasan Buku : The Flawed Glass memiliki latar di pesisir Skotlandia. Tokoh utama, Shona MacLeod, memiliki cacat fisik yang membuatnya sulit berjalan, dan berbicara. Ketika Shona berteman dengan seorang Amerika anak pemilik pulau, ia mendapati bahwa ia memiliki banyak hal untuk dibagi dengan orang lain. Perkenalannya dengan komputer memungkinkannya berkomunikasi serta  untuk menyelamatkan rasa malu keluarganya. Pengembangan paralel sejajar menunjukkan perjuangan burung elang terlemah untuk bertahan hidup di pulau memberikan wawasan menarik kedalam konflik orang vs diri. Penulis mengembangkan tema kuat yan menunjukkan kekuatan positif kegigihan dan hasil negatif ketika orang menilai orang lain pada kekuatan penampilan fisik mereka.
Prosedur :
1.       Struktur cerita dalam buku bagi peserta didik lebih tua kerap kali mengembangkan plot melalui konflik orang vs pribadi. Peserta didik dapat menggunakan strutkur alur yang sama seperti dalam pokok bahasan strktur alur orang vs orang. Hanya terminologinya berubah; sekarang komponen utama dalam pengembanga orang vs diri meliputi masalah, perjuangan, realisasi, dan pencapaian kedamaian atau kebenaran. Untuk menunjukkan konflik ini, gambar diagram alur berikut di papan:

Bahas arti masalah, perjuangan, realisasi, dan pencapaian kedamaian dan kebenaran. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi sebuah konflik dalam kehidupan mereka sendiri yang memasukkan masing-masing elemen ini.
2.       Kenalkan The Flawed Glass dan minta peserta didik untuk berspekulasi tentang tokoh di halaman sampul dan bagaimana rupa mereka, lokasi cerita, dan makna judul buku. Untuk memberikan pemahaman lebih baik tentang arti yang mungkin tentang judul uku, minta peserta didik untuk mengamati kaca berwarna, diskusikan apa yang mereka lihat, dan perhatikan bagaimana penglihatan mereka berubah karena kaca tersebut. Minta peserta didik untuk memikirkan apa yang dimaksudkan sang tokoh utama, Shona, ketika ia membandingkan dirinya sendiri dengan sebuah gelas berwarna tua. Sebagai pengatar pada kesulitan Shona, baca kutipan berikut dan bahas arti yang mungkin : ‘In many ways she felt that she had much in common with that old piece of glass. Just as the images that entered the glass were changed, not always for the better, by the time they got through it, so it was with her. Capable of receiving the most complex information, she could not make use of it to the point that she could tell anyone what she knew or felt’ (hal 64).
Untuk mengenalkan seting buku, tunjukkan dan bahas gambar pulau Skotlandia, gubuk petani, dan burung-burung serta satwa liar lain yang mendiami pulau tersebut. Baca kutipan berikut dan minta peserta didik untuk menutup mata mereka dan membayangkan pulau itu: ‘He watched the fishermen out in their boats trying their lobster pots, the croters schything thir hay and the tractor hauling a ratload of rich, wet seaweed along the narrow road. He took in the high montains, their shoulders peppered with white and purple heather, as easily as the lowlands, where the hundreds of tiny lochs lay scattered like fragments of a smashed mirror, each reflecting the intense blue of the sky’ (hal 12). Minta peserta didik untuk memaparkan apa yang mereka bayangkan. Bisa jadi perlu untuk menunjukkan pada mereka gambar petany menggunakan sabit, dataran tanah yang dikelilingi air dan danau. Setelah mereka melihat gambar, minta mereka membayangkan seting ketika anda membacakannya. Apakah ada perbedaan ketika mereka mengetahui bahwa sabit adalah alat dengan pegangan panjang dan mata pisau melengkung yang digunakna untuk memotong padi atau rumput? Apakah ada perbedaan setelah mereka melihat tanaman kecil, berbentuk bel dan berwarna ungu yang menutupi banyak dataran di Skotlandia? Ketika mereka mengetahui bahwa teluk adalah nama lain untuk danua atau bagian dari laut yang hampir dikelilingi oleh daratan?
3.       Baik ketika anda membacakan buku pada peserta didik atau meminta mereka untuk membaca secara mandiri, minta mereka untuk mengidentifikasi perisitwa dari buku yang menunjukkan masalah, perjuangan Shona dengan dirinya sendiri, realisasi dirinya sendiri, dan pencapaian kedamaian atau kebenaranna. Diagram alur berikut menunjukkan beberapa peristiwa mayor dalam buku:

4.       Setelah mereka menyelesaikan diagram, minta peserta didik untuk mengidentifikasi tema yang ada dalam buku dan bahas bagaimana setiap tema terkait pada peningkatan usaha, momen realisasi diri, dan pencapaian kedamaian dan kebenaran. Contoh, peserta didik biasanya mengidentifikasi tema berikut : (1) Kegigihan penting jika kita ingin mencapai mimpi kita; (2) ada kebahagiaan ketika kita mendapati bahwa kita memiliki bakat dan berbaginya dengan orang lain; dan (3) Orang semestinya tidak menilai orang lain dari cacat fisik atau penampilan fisiknya saja.
5.       Minta peserta didik untuk mengembangkan strutkru alur untuk burung elang terlemah ketika ia berjuang untuk hidup dan akhirnya mendapatkan kemampuannya untuk terbang. Minta mereka untuk mempertimbangkan mengapa penulis mengembangkan cerita paralel untuk Shona dan burung elang.
6.       Di akhir buku, Shona membandingkan layar hijau pada komputer dengan versi modern kacanya yang rusak. Minta peserta didik untuk memikirkan bagaimana layar komputer bisa serupa dengan kaca berwarna. Bagaimana kaca modern ini mengubah masa depan Shona dan persepsi tentang dirinya sendiri?
7.       Peserta didik dapat menulis kelanjutan cerita ini. Minta mereka untuk menulis cerita mereka sendiri tentang apa yang terjadi pada Shona ketika ia mengetetahui bahwa ia dapat berkomunikasi melalui komputer.
Aktivitas 7 – 5 :
Merespon pada Karakter dan Konflik dalam Kesusasteraan – Bagian I
Tujuan :
1.       untuk mengembangkan respon estetis pada kesusasteraan
2.       untuk merespon pada karakter dan konflik dalam kesusasteraan
3.       untuk menikmati cerita bagus yang terkait pada kebutuhan banyak anak kecil
4.       untuk menulis cerita tentang mainan kegemaran.
Bahan Ajar : Dogger (1977) karya Shirley Hughes
Kelas : SD kelas bawah
Ringkasan Buku : Dogger adalah cerita seorang bocah laki-laki yang memiliki keterikatan dekat dengan mainannya. Ketika mainannya hilang dan dijual di pasar malam, saudara perempuannya melakukan suatu tindakan yang tidak egois yang memungkinkan si bocah itu mendapatkan kembali mainannya.
Prosedur :
1.       Kenalkan buku sedemikian rupa yang akan meningkatkan minat dan dorong respon peserta didik. Contoh, tanya peserta didik, ‘pernahkan kamu memiliki mainan khusus yang begitu penting bagi kamu dimana kamu selalu membawa mainan itu? Bayangkan bagaimana perasaanmu jika suatu hari kamu kehilangan mainan itu. Bagaimana perasaanmu jika kamu melihat mainan itu dijual di pekan raya sekolah? Sekarang, bagaimana perasaanmu jika kamu tidak memiliki uang untuk mendapatkan kembali mainan itu? Menurutmu apakah ada cara lain kamu bisa mendapatkan mainan tersebut? Bagaimana perasaanmu jika seseorang membantumu mendapatkan mainan tersebut? Buku Dogger merupakan cerita tentang seorang bocah laki-laki yang kehilangan mainan spesialnya dan ia berusaha mendapatkan kembali mainan itu. Ketika kamu membaca (atau mendengar) Dogger bayangkan bahwa kamu adalah bocah laki-laki itu dan kamu merasakan semua emosinya. Bagaimana anda merespon pada si bocah yang bermain dengan Dogger, kehilangan Dogger, dan mendapatkan kembali Dogger?
2.       Dorong peserta didik untukembaca atau mendengarkan Dogger serta menulis atau menceritakn respon pribadi mereka terhadap sang pelaku dan konflik.
3.       Buku ini bisa digunakan untuk memotivasi menulis kretif ketika peserta didik menulis cerita mereka sendiri tentang hubungan dekat mereka dengan mainan mereka.
Aktivitas 7-6 :
Merespon pada Karakter dan Konflik dalam Kesusasteraan – Bagian II
Tujuan :
1.       untuk mengembangkan respon estetis pada kesusasteraan
2.       untuk merespon pada karakter dan konflik dalam cerita hewan realistis yang bagus
3.       untuk merespon pada seting yang menimbulkan konflik
4.       untuk menulis cerita perjuangan hidup hewan peliharaan
Bahan Ajar : The Incredible Journey (1960) karya Sheila Burnford dan Great Northern Diver : The Loon (1990) karya Juster Esbensen.
Kelas : SD kelas menengah
Ringkasan Buku : The Incredible Journey merupakan novel fiksi realistis kontemporer yang ada di belantara Kanada. Cerita membarengi tiga hewan ketika mereka melintasi 250 mil belantara dalam perjalanan mencari keluarga mereka. The Great Northern Diver : The Loon adalah buku informasi non-fiksi yang memasukkan banyak ilustrasi belantara.
Prosedur :
1.       Memahami buku ini dan kualitas respon peserta didik pada cerita akan meningkat jika peserta didik pertama kali dikenalkan pada lokasi dan karakteristik belantara Kanada. Pada peta mereka dapat mengidentifikasi lokasi belantra. Foto akan membantu mereka menggambarkan area luas hutan dan danau. Ini merupakan kawasan yang dihuni oleh beragam hewan, sebagian diantaranya cukup berbahaya dan bisa menganggap tiga hewan peliharaan sebagai makanan yang enak. Gmabar-gambar seperti dalam Great Northern Diver : The Loon akan membantu peserta didik membayangkan keluasan belantara ini.
2.       setelah membahas seting untuk buku ini, sajikan pengantar pada peserta didik yang meningkatkan minat dan dorong peserta didik untuk memberikan respon pribadi pada buku. Contoh, katakan pada peserta didik, ‘tutup matamu dan coba gambarkan belantara Kanada. Ini adalah jalur darat besar yang tertutup dengan hutan dan danau serta dihuni oleh lebih banyak hewan buas daripada orang. Sekarang coba untuk membayangkan bahwa kamu adalah anjing atau kucing yang tersesat dan kamu harus berjalan kaki sejauh 250 mil melintasi belantara ini untuk menemukan keluargamu. Apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana kamu bertahan hidup? Bagaimana kamu mencari jalan melalui belantara ini dan pada akhirnya sampai rumah? Menurutmu apakah kamu akan berhasil? Ini adalah petualangan yang dihadapi hewan dalam The Incredible Journey. Pada perjalanan ini adalah anjing pemburu terlatih, buldog Inggris yang merupakan hewan peliharaan keluarga kaya, dan kucinng Siam yang selalu menunjukkan kemandirian besar. Keika kamu membaca cerita ini bayangkan bahwa kamu adalah salah satu dari hewan ini atau salah satu hewan ini adalah hewan peliharaan khususmu. Bagaimana kamu merespon ketika kamu diserang oleh hewan buas? Bagaimana perasaanmu ketika orang yang menginginkanmu tetap melanjutkan perjalananmu?’
3.       Minta peserta didik untuk membaca atau mendengar cerita buku ini, mereka bisa menulis respon pribadi mereka pada karakter, plot, dan seting. Jika peserta didik memiliki hewan peliharaan, mereka bisa mengaitkan secara erat pada kebutuhan hewan. Ketika peserta didik menulis respon mereka, bantu mereka untuk mempertimbangkan mengapa mereka merespon seperti itu.
Aktivitas 7-7 :
Merespon pada Karakter dan Konflk dalam Kesusasteraan – Bagian III
Tujuan :
1.       untuk mengembangkan respon estetis pada kesusasteraan
2.       untuk mengevaluasi kemampuan penulis menciptakan konflik orang vs alam yang dapat dipercaya
3.       untuk merespon pada karakter dan konflik dalam cerita bertahan hidup.
4.       untuk menemukan pengalaman yang dibutuhkan penulis atau fotografer untuk menulis atau memotret cerita yang dapat dipercaya berkaitan dengan alam.
5.       untuk menuliskan cerita yang memerlukan proses pemikiran lebih tinggi dan kemampuan pemecahan masalah.
6.       untuk menulis cerita bertahan hidup dari perspektif salah satu hewan yang diidentifikasi dalam Hatchet atau Think Like an Eagle : At Work with a Wildlife Photographer
7.       untuk memadukan kajian perilaku hewan dengan kemahiran bahasa
8.       untuk menciptakan buku abjad hutan-utara dari perspektif Brian dalam Hatchet.
Bahan Ajar : Buku inti, Hatchet (1987) karya Gary Paulsen dan buku yang memberikan latar belakang atau penambahan pengalaman, seperti Antler, Bear, Canoe : A Northwooes Alphabet Year (1991) karya Betsy Bowen, Paddle to the Sea (1991( karya Holling Clancy Holling, Think Like an Eagle : At Work with a Wildlife Photographer (1992) karya Kathryn Lasky, dan Woodsong (1990) karya Gary Paulsen.
Kelas : SD kelas atas hingga sekolah menengah untuk aktivitas terkait dengan Hatchet dan Woodsong. Untuk peserta didik SD kelas menengah, aktivitas ini akan memperkaya pemahaman yang diperoleh dari aktivitas 7-6. Peserta didik lebih muda ini bisa menggunakan Antle, Bear, Canoe : A Northwoods Alphabet Year dan Paddle to the Sea.
Ringkasan Buku : Hatchet adalah cerita bertahan hidup fiksi realistis yang ada di belantara Kanada. Karakter utama menyatakan kehendak kuat untuk bertahan hidup dimana ia mampu hidup selama 54 hari di belantara hanya dengan kapak dan kemampuan memecahkan masalah dalam membantunya. Antler, Bear, Canoe: A Northwoods Alphabet Year adalah buku bergambar yang ada di North Woods Minnesota. Paddle to the Sea mengukuti kano miniatur ukir setelah ini ditempatkan di air di belantara Kanada dan melaju melalui Great Lakes ke Samudra Atlantik. Think Like an Eagle : At Work with a Wildlife Photographer merupakan buku informasi non-fiksi yang membarengi fotografer satwa liar ketika ia memotret elang, berang-berang, dan rusa di beragam area belantara. Woodsong adalah otobiografi dimana penulis menunjukkan bagaimana ia belajar dari alam, khususnya bekerja dengan anjingnya di hutan-utara dan Alaskan.
Prosedur :
  1. Kembangkan pengantar pada Hatchet yang meningkatkan minat peserta didik dalam cerita dan konflik serta memberikan stimulus untuk diskusi. Contoh, anda bisa berkata pada peserta didik, ‘pernahkan kamu melihat atau berada di belantara yang berjarak ribuan mil? Ini merupakan belantara yang memiliki banyak pohon, danau, dan hewan namun hanya sedikit orang. Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terbang di belantara tersebut dengan pesawat kecil dan tiba-tiba si pilot terkena serangan jantung dan meninggal? Kamu adalah satu-satunya orang di pesawat dan kamu tidak tahu bagaimana menerbangkan pesawat itu. Bagaimanakah reaksimu ketika kamu melihat keluar jendela, hanya melihat danau dan hutan, dan tidak tahu dimana kamu berada? Bagaimana kamu menerbangkan pesawat, mendaratkan pesawat, dan kemudian hidup di belantara? Ini merupakan cerita bertahan hidup yang menarik yang akan kamu baca di Hatchet karya Gary Paulsen. Ketika kamu mengikuti petualangan Brian, coba untuk menempatkan dirimu sendiri di posisinya ketika ia menghabiskan 54 hari di belantara hanya dengan kapak dan kemampuan berpikir jernih dan pemecahan masalah membantunya. Menurutmu apakah kamu memiliki kemampan untuk bertaan selama limapuluh empat hari tanpa ada toko dan pondok yang wajar? Mengapa atau mengapa tidak?’ Dorong peserta didik untuk membahas reaksi mereka yang tersesat di belantara dan potensi mereka untuk bertahan hidup.
  2. apabila peserta didk sudah menyelesaikan aktivitas 7-6, dengan menggunakan The Incredible Journey dan The Great Northern Diver : The Loon, mereka bisa mengulas pengetahuan mereka tentang belantara dan mempertimbangkan bagaimana manusia akan bertahan dalam seting yang sama. Jika peserta didik tidak mengetahui pengantar ini, mereka akan mendapatkan manfaat dari pengantar pada seting belantara. Mereka dapat mencari belantara Kanada di peta dan globe. Merka bisa melihat dan membahs foto dan ilustrasi dalam sumber non-fiksi yang menunjukkan belantara Kanada. Ketika mereka melihat ilustrasi mereka dapat memaparkan alam dan mempertimbangkan bagaimana berbahayanya seting tersebut jika seseorang terperangkap di sana. Mereka juga dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang seting orang vs alam dengan memaparkan kondisi dalam ilustrasi sedemikian rupa sehingga pembaca memahami bahaya yang ada pada mereka. Dua buku bergambar tambahan, Antle, Bear, Canoe : A Northwoods Alphabet Year dan Paddle to the Sea bisa dibaca dan dibahas untuk memberi pengtahuan tambahan tentang seting pelosok di utara. (Lihat juga aktivitas 5-4 untuk aktivitas menulis menggunakan Paddle to the Sea).
  3. sebelum membaca Hatchet, jelaskan pada peserta didik bahwa ini merupakan cerita bertahan hidup di alam dimana seorang bocah lelaki harus membuat keputusan tepat jika ia ingin bertahan idup sendiri di belantara Kanada. Mita peserta didik untuk melihat pada ilustrasi pada sampul depan. Minta mereka mencatat dan membahas nilai belantara, serigala, kapak, dan si bocah sendirian.
  4. jelaskan pada peserta didik bahwa teknik Paulsen untuk mengembangkan dan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah karakternya layak diperhatikan. Minta peserta didik untuk menimbang respons mereka sendiri ketika Paulsen menunjukkan proses penalaran Brian ketika ia berusaha bertahan hidup di alam. Contoh berikut sangat bagus untuk diskusi dan respons : Brian mempertimbangkan tindakan yang harus ia ambil setelah pilot mati (hal 17-39); Brian memikirkan alasan ia harus kembali ke jalan setapak buah beri meski ia melihat seekor beruang di lokasi tersebut (hal 75); Brian menganalisa bagaimana membuat alat menangkap ikan (hal 111-115); Brian memikirkan cara bagaimana menangkap burung untuk makanannya (hal 140-141); dan Brian mempertimbangkan bagaimana membuat rakit dan sampai pada pesawat (hal 166-183). Peserta didik dapat memberikan respon pribadi mereka pada setiap situasi ini. Mereka harus sadar tentang bagaimana Paulsen mendorong pembaca untuk memahami gravitasi dan konsekuensi banyak permasalahan. Ketika mereka memberikan respons pribadi pada situasi Brian mereka juga dapat mengevaluasi apa yang menjadikan merkea percaya pada konflik orang vs alam.
  5. peserta didik juga dapat memperkirakan tentang jenis-jenis pengalaman penulis ,Gary Paulsen, yang dimilikinya untuk menuliskan deskripsi nyata alam dan bertahan hidup di alam. Untuk menjawab pertanyaaan ini, peserta didik dapat membaca otobiografi Paulsen, Woodsong. Pengantar Paulsen pada Wooodsong memberikan sumber untuk diskusi menarik. Contoh, bacakan dan dorong peserta didik untuk membahas arti yang memungkinkan untuk berikut ini : “I understood almost nothing about the woods until it was nearly too late. And that is strange because my ignorance was based on knowledge. Most of my life it seems i’ve been in the forest or on the sea. Most of my time, sleeping and waking, has been spent outside, in close contact with what we now call environtment.... i spent virtualy all my time hunting. And learning nothing. Perhaps the greatest paradox about understanding ‘the woods’ is that so many who enjoy it, or seem to enjoy it, spend most of their time trying to kill parts of it” (hal 1). Peserta didik dapat memperkirakan tetang apa yang dimaksudkan Paulsen dengan pernyataannya. Mereka dapat membaca otobiografi dan mendapati bagaimana dan apa yang akhirnya ia pelajari tentang alam. Mereka juga dapat menghubungkan pembelajaran Paulsen tentang alam seperti yang ia tunjukkan dalam otobiografnya dengan deskripsi kelangsungan hidup di alam yang dikembangkan dalam Hatchet.
  6. peserta didik dapat mempertimbangkan pengalaman dan teknik yang diperlukan oleh fotografer alam bebas untuk memotret gambar satwa liar yang dapat dipercaya dan akurat di seting belantara. Think Like an Eagle : At Work with a Wildlife Photographer memberikan sumber bagus untuk belajar lebih banyak tentang sara-sarat menjadi fotografer satwa liar. Teks juga mendorong proyek sains dan tugas penulisan menarik. Contoh, penulis memaparkan pekerjaan fotografer satwa liar, “In fact, just getting an animal into the view-finder was the most difficult challenge of all. During long hours of hiking, he saw deer that ran off, beavers that submerged, and foxes that disappeared into their dens. He was still on the other side of the invisible wall. He had to figure out how to move through it without shattering it, so he could be with the animals quietly and unnoticed. To become a great wildlife photographer, Jack had to become a student of animal behavior and figure out how to be at the right place at the right time, without being detected by the animals” (hal 9). Bagian sisa dari buku memaparkan bagaimana dan apa yang dipelajari fotografer tentang perilaku hewan. Setelah peserta didik membaca buku, minta mereka mempertimbangkan “Apa yang harus diketahui fotografer ___________tentang perilaku hewn?” Minta mereka untuk mengamati hewan dan kemudian menuliskan cerita dimana mereka menggunakan kemampuan memecahkan masalah mereka sendiri untuk memotret hewan.
  7. Hatchet ditulis dari sudut pandang orang yang bertahan hidup di alam. Minta peserta didik untuk menulis salah satu hewan yang Brian lihat, dengar, atau berinteraksi dalam cerita. Minta peserta didik menulis cerita bertahan hidup dari sudut pandang hewan liar.
  8. Antler, Bear, Canoe : A Northwoods Alphabet Year bisa digunakan untuk memotivasi peserta didik membuat buku abjad bergambar. Minta peserta didik untuk membuat buku abjad yang dibuat Brian untuk menggambarkan pengalamannya di hutan-utara Kanada.
Aktivitas 7-8 :
Merespons Pada Karakter dan Konflik dalam Kesusasteraan – Bagian IV
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan respons estetis pada kesusasteraan
  2. untuk mengaitkan sejarah dan kesusasteraan
Bahan Ajar : Hide and Seek (1991) karya Ido Vos, Number the Stars (1989) karya Lois Lowry, dan Rescue : The Story of How Gentiles Saved Jews in the Holocaust (1988) karya Milton Meltzer.
Kelas : SD kelas menengah hingga sekolah menengah
Ringkasan Buku : Hide and Seek merupakan novel fiksi sejarah yang ada di Belanda selama perang dunia II. Ini merupakan cerita keluarga yahudi yang mengalami pendudukan Jerman serta kebaikan dan dukungan masyarakat Belanda yang menaruhkan resiko nyawa mereka sendiri untuk menyembunyikan masyarakat yahudi. Number the Stars merupakan novel fiksi sejarah yang ada di Denmark selama perang dunia II. Ini merupakan cerita keberanian Keuletan Masyarakat Denmark menyelundupkan penduduk yahudi melintasi laut ke Swedia. Rescue : The Story of How Gentiles Saved Jews in the Holocaust merupakan cerita non-fiksi perang duna II.
Prosedur :
  1. kenalkan aktivitas respons ini dengna memberikan informasi latar sehingga peserta didik akan memahami seting dan konflik yang berkembang dalam Hide and Seek. Sumber-sumber seperti Rescue : The Story of How Gentiles Saved Jews in the Holocaust mengilustrasikan kesopanan dna dukungan yang ditunjukkan oleh orang yang berusaha menyelamatkan masyarakat Yahudi. Cerita ini membuktikan fakta bahwa ribuan keluarga Eropa berusaha membantu masyarakat yahudi.
  2. setelah membahas latarbelakang Holocaust dan Resistance Movement, kenalkan Hide and Seek dengan sedemikian rupa sehingga peserta didik akan tertarik dalam memberikan respons pribadi mereka pada buku. Conth, pengantar ini bisa meliputi, “Bayangkan bahwa tahun ini adalah tahun 1940 dan kamu adalah peserta didik Yahudi yang hidup di Belanda. Kamu memiliki kehidupan normal dimana kamu pergi sekolah, melakukan kegiatan dengan teman, berenang di kolam, dan mengunjungi sanak saudara dan kerabat. Tiba-tiba sesuatu terjadi dan kamu dilarang masuk sekolah, pergi ke bioskop, dan bahkan berenang di kolam. Kehidupan bagimu menjadi begitu buruk dan begitu mengancam dimana kamu dan keluargamu takut pada hidup dan berusaha bersembunyi. Ini adalah apa yang terjadi pada Rachel dan banyak orang lain dalam Hide and Seek. Ketika kamu membaca (atau mendengarkan) cerita ini, didasarkan pada kehidupan keluarga penulis selama Perang Dunia II, bayangkan bagaimana kamu akan mengerjakan segala sesuatu jika kamu hidup selama era ini di Eropa. Ingat kata-kata penulis ketika ia bertanya padamu, ‘bayangkan bagaimana rasanya tidak diperbolehkan keluar rumah, tahun demi tahun. Bayangkan hanya bisa berbelanja hanya antara jam tiga dan lima. Bayangkan .....’ (hal ix, prakata).
  3. ketika peserta didik anda membaca atau mendengarkan pada buku ini minta mereka untuk menulis respons mereka pada beragam karakter, perubahan situasi, dan penutup. Peserta didik akan sangat terbuka pada tindakan seperti sepeda yang diambil, atau tidak dibolehkan pergi ke sekolah atau pergi ke kolam renang, dipaksa untuk memakai bintang kuning di pakaian, berada di persembunyian, dan tidak pergi keluar selama bertahun-tahun, dan mendapati bahwa orang yang dicintai menghilang dan mati.
  4. aktivitas respons serupa bisa membarengi Number the Stars.
  5. peserta didik lebih tua bisa merespon pada cerita non-fiksi dalam Rescue : The Story of How Gentiles Saved Jews in the Holocaust. Buku ini juga bisa digunakan untuk membantu peserta didik lebih tua untuk membuktikan informasi baik dalam Hide and Seek atau Number the Stars.
Aktivitas 7-9 :
Mengembangkan Pemahaman tentang Karakterisasi
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap karakterisasi dalam buku bergambar.
  2. untuk mengamati karakterisasi yang ditunjukkan melalui ilustrasi
  3. untuk menuliskan deskripsi karakter yang membarengi karakter dalam buku bergambar
  4. untuk menggambar ilustrasi yang membarengi deskripsi karakter dalam kesusasteraan
Bahan Ajar : Berikan buku bergambar dimana peserta didik dapat memaparkan dan menuliskan karakterisasi untuk pelaku utama, seperti Picnic (1984), School (1987), dan New Baby (1988) karya Emily Arnold McCully; dan The Angel and the Soldier Boy (1987) dan On Christmas Eve (1990) karya Peter Collington.
Ringkasan Buku : Picnic, School, dan New Baby adalah cerita tentang keluarga tikus. Penekaan utama adalah pada tikus terkecil yang tersesat di piknik, pergi ke sekolah, dan menyesuaikan diri pada bayi baru di keluarga. The Angel and the Soldeer Boy dan On Christmas Eve menceritakan, melalui ilustrasi, petualangan dimana dua mainan melindungi celengan si gadis muda dan plot dimana seorang malaikat memungkinkan Sinterklas menemukan rumah si gadis yang tidak memiliki tungku pembakaran.
Kelas : Buku ini biasanya digunakan di SD kelas bawah, meski semua peserta didik dapat mempersiapkan karakterisasi untuk membarengi buku ini. Karakterisasi ini bisa lebih kompleks ketika dikembangkan dengan peserta didik lebih tua.
Prosedur :
  1. pandu diskusi dengan peserta didik dimana mereka mengidentifikasi tokoh favorit dalam kesusasteraan. Tanya pada mereka, “Mengapa tokoh ini adalah salah satu diantara favoritmu? Mengapa kamu mengingat tokoh ini?” Buat daftar tokoh favorit dan alasan mengapa?
  2. bagi dengan peserta didik beberapa hal dimana penulis menjadikan tokoh nampak nyata. Contoh, penulis dapat membuat dialog antara para pelaku sehingga pembaca tidak saja mengetahui apa yang dibicarakan pelaku satu sama lain, namun juga bagaimana pelaku mengucapkannya. Mereka dapat mengatakan pada pembaca tentang tokoh sehingga pembaca mengetahui informasi penting tentang pelaku seperti dimana pelaku tinggal, bagaimana rupa pelaku, dan informasi kesukaan dan ketidaksukaan pelaku. Penulis dapat memaparkan pemikiran pelaku atau pemikiran orang lain tentang pelaku. Penulis juga dapat menyajikan banyak informasi tentang pelaku dengan menunjukkan tindakan mereka. Dengan menggunakan dramatika kreatif, dorong peserta didik untuk mencoba salah satu cara mengembangkan karakterisasi ini. Contoh, setelah mereka membuat dialog antara dua pelaku, minta mereka untuk memikirkan apa yang mereka pelajari tentang masing-masing pelaku yang timbul dari dialog. Apakah mereka memperhatikan bagaimana pelaku mengucapkan sesuatu yang sama pentingnya seperti kata-kata sebenarnya?
  3. kenalkan salah satu buku bergambar ini pada peserta didik. Minta mereka untuk mempertimbangkan bagaimana mereka mengetahui informasi tentang pelaku meski tidak ada kata yang disediakan. Contoh, jika buku pertama yang dikenalkan adalah Picnic, peserta didik bisa menyatakan bahwa ilustrasi memaparkan pelaku, menunjukkan tindakan pelaku, dan bahkan mengembangkan emosi melalui ekspresi wajah mereka. Lanjutkan berbagi dan membahas buku tanpa kata ini.
  4. sekarang, tantang peserta didik untuk mebuat karakterisasi nyata mereka sendiri untuk salah satu tokoh dalam cerita. Mereka bisa memilih tikus terkecil dan memaparkan tindakan, perasaan, dan pikiran dalam diri ketika tikus tersesat, memecahkan masalah, dan bersatu kembali dengan keluarga. Mereka bisa menciptakan dialog antara si kakek tikus dan salah satu anak tikus ketika menghilangnya si tikus muda sudah terungkap. Mereka bisa menciptakan pikiran dalam diri, dialog, dan deskripsi si ibu tikus ketika menghadapi fakta bahwa anaknya hilang. Setelah peserta didik menciptakan karakterisasi mereka, minta mereka berbagai karakterisasi dengan kelompok mereka.
  5. peserta didik dapat menciptakan karakterisasi tambahan dengan menggunakan buku tanpa kata. Karena buku memasukkan pelaku sama, maka peserta didik dapat mebuat gambaran lebih rinci dari pelaku yang sama.
  6. tempatkan gambaran pelaku di perpustakaan bersebelahan dengan buku tanpa kata yang tepat.
  7. aktivitas ini bisa dibalik dengan meminta peserta didk menggambar ilustrasi yang menunjukkan karakterisasi setelah mereka membaca deskripsi pelaku yang ditulis secara nyata. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi beberapa karakterisasi favorit mereka yang ditulis dalam buku. Sekarang, minta mereka mengembangkan karakterisasi ini melalui ilustrasi mereka.
Aktivitas 7-10 :
Karakterisasi dan Pengembangan Plot dalam Karya Tulis Beverly Cleary
Tujuan :
  1. untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku dalam buku populer Beverly Cleary dan menulis respons pribadi pada pelaku yang dipilih
  2. untuk membandingkan karakterisasi Leigh Botts dalam Dear Mr. Henshaw dengan karakterisasi Leigh Botts dalam sekuel, Strider.
  3. untuk membandingkan pengembangan plot dan konflik dalam Dear Mr. Henshaw dan Strider
  4. untuk memilih pelaku lain dari banyak buku Cleary dan menganalisa apa yang diyakini peserta didik yang membuat pelaku dan buku terkenal
  5. untuk menulis sekuel pendek pada salah satu dari buku lain
  6. untuk membaca otobiografi Cleary, A Girl from Yamhill : A Memoir, dan untuk mengidentifikasi alasan yang ditemukan peserta ddiik mengapa Cleary memilih menulis untuk anak-anak dan bukti yang menyarangkan mengapa ia menjadi penulis terkenal
  7. untuk menulis surat pada penulis favorit
Bahan Ajar : Dear Mr. Henshaw (1983, pemenang penghargaan Newbery Medal, 1984) dan A Girl from Yamhill : A Memoir (1988) karya  Beverly Cleary; seleksi tambahan dari buku Cleary, meliputi Henry dan Beezus (1952), Muggie Maggie (1952), Mitch and Amy (1967), Ramona and Her Father (1977), Ramona and Her Mother (1979), Ramona the Brave (1975), Ramona the Pest (1968), dan Ramona Quimby, Age 8 (1981).
Kelas : SD kelas menengah hingga sekolah menengah, bergantung pada buku yang dipilih.
Ringkasan Buku : Dalam Dear Mr. Henshaw, Cleary mempergunakan korespondensi dengan seorang penulis untuk membantu Leigh, bocah kelas enam, mengatasi masalah terkait dengan perceraian orangtuanya. Dalam Strider, Leigh, sekarang 14 tahun, mendapati bahwa kehidupannya telah berubah sangat besar. Saat ini seekor anjing membantu dia mengatasi masalahnya. Strider ditulis dalam format buku harian. A Girl from Yamhill: A Memoir merupakan otobiografi Beverly Cleary dimana ia bercerita tentang kehidupan awalnya di sekolah tinggi. Dalam Henry dan Beezus, Henry dan si gadis yang ia dapati tidak terlalu mengecewakan mengisi waktunya dengan bahagia. Dalam Muggie Maggie, seorang bocah kelas tiga memutuskan bahwa ia tidak ingin belajar menulis kursif. Dalam Mitch and Amy, Cleary memberikan cerita lucu tentang pengalaman sehari-hari. Dalam Ramona and Her Father, Ramona bersaha untuk membantu ayahnya dalam masa ujian setelah ia kehilangan pekerjaan. Dalam Ramona and Her Mother, ibu Ramona pergi bekerja. Dalam Ramona the Brave, Ramona memiliki banyak kesulitan sampai ia akhirnya memenangkan genjatan senjata dengan guru kelas satunya. Dalam Ramona the Pest, Ramona masuk taman kanak-kanak dan mengalami frustasi yang cukup mendalam. Dalam Ramona Quimby, Age 8, Ramona menghadapi tantangan baru ketika ayahnya kembali ke bangku kuliah.
Prosedur :
  1. seri aktivitas ini, dirancang untuk membarengi karya satu penulis, berbeda bergantung pada tingkat kelas peserta didik. Contoh, setelah peserta didik lebih muda membaca atau mendengar buku yang tepat, mereka bisa menulis respons pada karakter seperti Beezus, Muggie Maggie, Mitch and Amy, dan Ramona. Peserta didik lebih muda bisa memikirkan mengapa karakter ini menarik atau tidak menarik bagi mereka, tulis atau ceritakan respons pribadi tentang karakter ini, dan tulis cerita mereka sendiri tentang persahabatan dan karakter menarik lainnya.
  2. peserta didik di SD kelas atas dan menengah harus kali pertama dikenalkan pada karakter Leigh Botts dalam Dear Mr. Henshaw. Ketika mereka membaca atau mendengar buku mereka harus mencari bukti tentang karakter Leigh dan perubahan yang terjadi ketika ia menulis. Contoh, mereka bisa mempertimbangkan bagaimana Leigh memandang dirinya sendiri dibandingkan dengan anak-anak lain di sekolah dan sikapnya pada ibu dan ayahnya. Mereka harus mencari bukti yang menunjukan citra-diri Leigh dan perubahan karakter ketika ia menulis surat pertamanya pada Mr. Henshaw, terus menulis surat pura-pura ke Mr. Henshaw, dan akhirnya bahwa ia dapat menulis apa yang ia pikirkan di selembar kertas tanpa berpura-pura menulis pada pengarang. Peserta didik dapat merespon pada karakter manapun dalam Dear Mr. Henshaw. Contoh, mereka bisa mempertimbangkan, “Siapakah pelaku favoritmu dalam cerita ini? Apa yang membuatmu merespon pada tokoh ini dengan baik? Siapakah tokoh yang kurang kamu sukai? Apa yang menyebabkan kamu merespon tokoh ini demikian? Apa yang dilakukan pengarang dalam membuat tokoh ini nyata bagimu? Apakah kamu tahu siapapun yang mengingatkanmu tentang tokoh ini?”
  3. Dear Mr. Henshaw bisa digunakan untuk memotivasi peserta didik untuk menuliskan surat mereka sendiri pada pengarang yang mereka sukai.
  4. setelah menyelesaikan aktivitas dengan Dear Mr. Henshaw, peserta didik dapat meringaks apa yang telah mereka pelajari tentang tokoh Leigh Botts, ibunya, dan ayahnya. Meeka juga bisa menggambar diagram plot orang vs diri yang menunjukkan beragam perjuangan Leigh ketika ia mulai menyadari bahwa ia dapat menulis tanpa mengirimkan surat pada pengarang.
  5. kemudian, kenalkan Strider dengan menanyakan pada peserta didik apa yang mereka anggap telah terjadi pada Leigh Botts, ibunya, dan ayahnya setelah mereka membacanya dalam Dear Mr. Henshaw. Informasi apakah yang ingin mereka ketahui tentang pelaku dan kehidupannya? Tuliskan beberapa pemikiran peserta didik. Catat pemikiran dan prediksi ini sehingga peserta didik dapat membuat perbandingan dengan prediksi mereka setelah mereka membaca Strider.
  6. ketika peserta didik membaca atau mendengar Strider, minta mereka untuk menulis karakterisawsi, khususnya persamaan dan perbedaan pada pelaku yang telah terjadi setelah akhir buku pertama. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi dan merespon pada situasi-situasi yang menarik tentang pengembangan karakter dalam buku. Contoh, mereka bisa mengidentifikasi dan membahas alasan terhadap pikiran Leighs ketika ia menemukan anjing yang dibuang: “Barry and I slogged through the dry sand to the wet sand, bot of us hoping the dog would follow, but he didn’t. I couldn’t forget the look on that dog’s face. I know what it feels like to be left behind, so i probably have on that dog’s face. I know what it feels like to be left behind, so i have probably have the same look on my face when Dad and Bandit drop in to see me and then drive off, leaving me behind” (hal 14). Mereka bisa mengidentifikasi dan membahas nilai pemikiran Leigh ketika ia menyatakan, “Writing all this, i don’t feel so lonely at night, and when i am busy, i forget to listen for funny noises” (hal 17). Atau, mereka bisa melacak dan membahsa nilai pemeliharaan bersama terhadap anjing yang dikembangkan Leigh dan sahabatnya, Barry : “We could have joint custody,’ said Barry. ‘You keep him nights, we both have him days, and when school starts, we can leave him at our house because we have a fenced yard. After school, he would belong to both of us.’ ‘And we can split the cost of dog support!’” (hal 20). Pengembangan dan hasil pemeliharaan bersama sangat menarik karena ada kesejajaran antara pengalaman keluarga kedua bocah tersebut dan pengalaman mereka dengan si anjing.
  7. minta peserta didik untuk meringkas perubahan dalam karakter Leigh antara dua buku. Mereka juga dapat mengidentifikasi struktur plot dalam buku kedua dan mempertimbangkan kemiripan dan perbedaan dalam karakter Leigh yang membawa perubahan dalam buku kedua.
  8. peserta didik lebih tua bisa mebaca otobiografi Cleary, A Girl from Yamhill : A Memoir, dan berusah mencari pengalaman, keyakinan, dan sikap dalam kehidupan nyata Cleary yang mungkin memotivasinya untuk menulis buku untuk anak-anak.
  9. minta peserta didik untuk memilih buku Cleary lainnya dan menulis sekuel pada buku tersebut.
  10. peserta didik lebih tua bisa melakukan analisis sejarah dalam tipe-tipe cerita, plot, konflik, dan karakter yang dituliskan dalam buku Cleary. Bukunya menunjukkan tanggal publikasi mulai dari awal 1950an hingga 1990an. Apakah ada perubahan dalam buku-buku ini yang mencerminkan perubahan dalam masyarakat Amerika? Jika ya, apakah perubahan tersebut? Bagaimana perubahan tercermin dalam plot, konflik, dan karakter?
Aktivitas 7-11 :
Mengapresiasi Seting yang Mengeksplorasi Imajinasi
Tujuan :
  1. untuk merespon pada ilustrasi yang menampilkan seting imajinatif yang dibentuk dalam pikiran anak-anak
  2. untuk menciptakan dan menggambarkan cerita yang mengembangkan seting imajinatif.
  3. unguk mengembangkan imajinasi
Bahan Ajar : Buku-buku yang memiliki teks ilustrasi dimana imajinasi anak-anak jauh melampaui seting sederhana dan menciptakan seting, plot, dan pengalaman baru, seperti White Bear, Ice Bear (1989) karya Joanne Ryder, Will’s Mammoth (1989) karya Rafe Martin, Song and Dance Man (1988) karya Karen Ackerman, Shadow Play (1990) karya Paul Fleischman, dan Free Fall (1988) karya David Wiesner.
Kelas : SD Kelas bawah dan menengah
Ringkasan Buku : White Bear, Ice Bear berkembang ketiak seorang bocah membayangkan bahwa ia berubah menjadi beruang kutup dan menjelajah dataran es di Utara. Will’s Mammoth mengikuti imajinasi kreatif seorang bocah ketika ia mengubah gundukan salju menjadi gajah yang besar, menunggangi gajah untuk berpetualang, dan melihat dunia dengan gajah ini. Song and Dance Man mengubah seting loteng menjadi panggung latar menawan bagi kakek dan tiga cucunya. Shadow Play menunjukkan bagaimana wayang bayangan sederhana dan dalang menciptakan petualangan nyata bagi dua anak. Free Fall, buku tanpa kata, mengembangkan cerita imajinatif melalui mimpi si bocah.
Prosedur :
  1. baca setiap cerita dengan peserta didik ketika mereka melihat ilustrasi. Biarkan peserta didik merespon dengan perasaan dan imajinasi mereka sendiri. peserta didik dapat berbagi pengalaman yang mereka miliki yang menciptkana dunia dan cerita dalam imajinasi mereka.
  2. setelah mereka merespon pada White Bear, Ice Bear dan Will’s Mammoth minta mereka untuk memikirkan seting yang mereka ketahui dan menggunakan imajinasi mereka untuk menciptakan cerita mereka sendiri. peserta didik dapat memilih seting umum seperti taman bermain, kolam renang, halaman belakang, atau bahkan meja dapur. Jika mereka menggunakan imajinasi mereka, apa yang dapat terjadi dalam seting ini? Minta peserta didik untuk menempatkan diri mereka sendiri dalam seting pilihan mereka dan menentukan apa yang akan mereka lakukan dalam seting tersebut jika mereka bisa menjadi apapun atau melakukan apapun yang diciptakan imajinasi mereka. Setelah mereka membuat cerita, minta mereka mengilustrasikan cerita mereka. Ilustrasi ini harus menunjukkan kreativitas imajinasi mereka.
  3. seperti dalam Free Fall, peserta didik bisa memilih untuk mengembangkan runutan mimpi imajinatif mereka sendiri dan mengilustrasikan cerita imajinatif mereka sebagai buku tanpa kata. Free Fall juga menunjukkan bahwa imajinasi distimulasi oleh buku yang telah dibaca anak-anak. Peserta didik dapat menciptakan cerita imajinatif mereka ketika mereka membahas apa yang dapat terjadi jika buku mereka menjadi bagian dari mimpi mereka.
Aktivitas 7-12 :
Seting Kreatif untuk Dunia Imajinatif
Tujuan :
  1. untuk membuat peta dan ilustrasi yang menunjukkan seting yang dinyatakan dengan baik dalam kesusasteraan
  2. untuk mengevaluasi keefektifan deskripsi tekstual pengarang dengan menggunakan deskripsi untuk menciptakan peta atau ilustrasi lain
  3. untuk mempertahankan penggambaran pada peta melalui deskripsi tekstual
  4. untuk menulis brosur perjalanan yang mengenalkan dan membarengi dunia imajinatif
Bahan Ajar : Buku dimana penulis menciptakan duia baru dan imajinatif, seperti The Book of Three (1964) karya Lloyd Alexander, Peter Pan (1911, 1950) karya James Barrie, The Wizard of Oz (1900, 1956) karya L. Frank Baum, Alice’s Adventures in Wonderland (1865, 1963) karya Lewis Caroll, A Wizard of Earthsea (968) karya Ursula K LeGuin, The Lion, the Witch and the Wardrobe (1950) karya CS Lewis, The Hero and the Crown (1984) karya Robin Mckenley, dan The Hobbit (1938) karya JRR Tolkien.
Kelas : Semua tingkat kelas – tingkat kelas bergantung pada buku yang dipilih. Peter Pan, The Wizard of Oz, dan Alice’s Adventure in Wonderland tepat untuk peserta didik lebih muda. Buku selebihnya lebih tepat bagi peserta didik di SD kelas atas dan sekolah menengah.
Ringkasan Buku : The Book of Three mengembangkan daratan Prydain. Peter Pan menciptakan Never Land. The Wizard of Oz mengembangkan tanah Oz. Alice’s Adventure in Wonderland mengikuti seekor kelinci masuk ke lubang di Wonderland. A Wizard of Earthsea memberikan deskripsi rinci tentang Earthsea. The Lion, the Witch and the Wardrobe menciptakan tanah Narnia. The Hero and the Crown mengembangkan planet nun jauh di sana. The Hobbit menciptakan duna Middle Earth.
Prosedur :
  1. Bagi beberapa buku bergambar pada peserta didik dimana Oz atau Wonderland dikembangkan secara jelas melalui ilustrasi. Minta peserta didik untuk memaparkan dunia ini dan mengira-ngira apakah mereka dapa menemukan dunia ini di bumi seperti yang kita ketahui.
  2. jelaskan pada peserta didik kapan penulis menciptakan dunia baru mereka harus memaparkan dunia tersebut dengan cermat sehingga pembaca dapat melihat dan merasakan dunia tersebut. Jika deskripsi ini sangat bagus maka pembaca hampir selalu percaya bahwa dunia kemungkinan ada. Juga, jika deskripsi ini sangat bagus, maka pembaca dapat menggambar ilustrasi dan peta yang menunjukkan tempat-tempat utama di dunia tersebut.
  3. aktivitas ini dapat didekati dengan beberapa cara. Peserta didik bisa membaca atau mendengarkan pada buku yang sama dan kemudian membagi ke dalam kelompok dan mengembangkan peta dunia rekaan. Peserta didik harus mendukung dimana mreka menggambar ciri-ciri khusus dengan memberikan kutipan dari buku. Perbandingan menarik bisa dikembangkan diantara kelompok ketika mereka mempertahankan alasan menempatkan penanda dalam lokasi tertentu. Beberapa kelompok bisa jadi ingin mengubah peta mereka setelah mereka mendengar argumentasi peserta didik lain. Setelah mereka menyelesaikan dan mempertahankan peta mereka, minta mereka untuk mengevaluasi kemampuan penulis dalam menciptakan dunia fantasi yang dapat dipercaya dengan latarbelakang geografis yang dikembangkan secara cermat. Atau, kelompok atau peserta didik individu bisa memilih buku berbeda, menggambar peta, dan mempertahankan penempatan mereka.
  4. setelah peserta didik mengembangkan dan berbagi peta mereka, minta mereka untuk membuat brosur perjalanan yang bisa menarik pengunjung untuk mengelilingi daerah tersebut. Akan membantu jika peserta didik kali pertama melihat brosur perjalanan untuk membantu mereka mengidentifikasi jenis informasi dan ilustrasi apakah ang harus dimasukkan dalam brosur. Peserta didik dapat menyajikan brosur perjalanan mereka pada seluruh kelompok. Peta dan brosur perjalanan yang dihasilkan memberikan bahan ajar menarik untuk papan buletin.
  5. pilih sebuah buku, seperti The Hobbit karya Tolkien, yang berisi peta dunia rekaaan dalam cerita.
    1. Minta peserta didik untuk membaca buku dan membuktikan apakah peta dengan tepat mengilustrasikan dunai dalam cerita
    2. Minta peserat didik untuk menggambar peta didasarkan pada bacaan mereka sendiri, dan kemudian bandingkan peta ini dengan yang ada dalam buku. Jika peta berbeda dalam detil dari peta asli, minta peserta didik untuk mengidentifikasi dan membahas landasan tekstual terhadap perbedaan ini.
  6. aktivitas ini bisa dikembangkan menjadi menulis kreatif ketika peserta didik menggambar peta dunia imajiner baru mereka dan kemudian menciptakan pelaku dan konflik yang akan mengisi dunia rekaan. Peserta didik lain bisa mengevaluasi deskripsi dunia baru dengan berusaha menggambar peta dunia. Ketika mereka berusaha menggambar peta, mereka harus mempertimbangkan apakah penulis peserta didik telah memberikan cukup detil dan deksripsi agar memungkinkan mereka menggambar peta.
Aktivitas 7-13 :
Gaya Penulis : Mengapresiasi dan Mengidentifikasi Humor – Bagian I
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan apresiasi terhadap humor dalam teks dan ilustrasi
  2. untuk memberikan respons individu pada humor dalam teks dan ilustrasi
  3. untuk menganalisa buku-buku Caldecott Award atau Caldecott untuk humor dalam teks dan ilustrasi
Bahan Ajar : Seleksi buku Caldecott Medal dan Honor yang dipublikasikan selama dua puluh tahun sebelumnya. Buku berikut sanagt bagus untuk menganalisa humor dalam ilustrasi dan/atau teks : 1992 – Tuesday karya David Wiesner (1991), 1991 – Black and White karya David Macaulay (1990), 1990 – Hershel and the Hanukkah Goblins (1989) karya Eric Kimmel, 1987 – Hey, Al (1986) karya Arthur Yorinks, 1986 – King Bidgood’s in the Bathtub karya Audrey Wood (1985), 1986 – The Relatives Came karya Cynthia Rylant (1985), dan 1982 – Jumanji karya Chris Van Allsburg (1981).
Kelas : Semua tingkat kelas – tipe respons dan analisis berbeda dengan tingkat kelas peserta didik.
Ringkasan Buku : Buku ini semua teks pemenang hadiah yang diberian Caldecott Medal atau Honor Award untuk ilustrasi mereka. Tuesday adalah buku tanpa kata yang menciptakan humor melalui kejutan dan situasi tak terduga. Black and White menciptakan humor melalui situasi menggelikan dan karikatur serta melalui melebih-lebihkan sesuatu. Hershel and the Hanukkah Goblins mengembangkan humor melalui keunggulan kecerdikan dan juga kejutan dan seusatu yang tak terduga. Hey, Al mengembangkan humor melalui kejutan, tak terduga, dan melebih-lebihkan sesuatu. King Bidgood’s in the Bathtub mengembangkan humor melalui melebih-lebihkan sesuatu. Jumanji mengembangkan humor melalui kejutan dan sesuatu yang tak terduga.
Prosedur :
  1. ketika berbagi buku ini dengan peserta didik lebih muda, anda bisa memilih untuk membaca buku dengan nyaring dan meminta peserta didik untuk memberikan respons pribadi yang mencerminkan reaksi mereka pada buku. Anak-anak lebih mudah bisa mempertimbangkan apa yang menarik bagi mereka dalam ilustrasi dan teks. Contoh, mereka bisa mempertimbangkan bagaimana mereka bereaksi ketika mereka mendengar cerita dan melihat ilustrasi. Jika mereka tertawai pada suatu situasi atau ilustrasi, mereka bisa mempertimbangkan elemen-elemen yang menjadikan buku lucu.
  2. setelah membaca atau mendengarkan buku dan memberikan reaksi awal, peserta didik lebih tua bisa mengevaluasi secara kritis ciri-ciri yang menjadikan mereka lucu. Contoh, anda bisa berbagi dengan peserta didik lebih tua kajian oleh Sue Anne martin (1969) dimana ia menganalisa buku Calcedott Medal Award yang dipublikasikan antara 1938 dan 1968. Dalam kajiannya, Martin menyimpulkan bahwa humor dalam buku yang diberi Caldecott Medal memiliki lima sumber umum : (1) permainan kata dan bualan, (2) kejutan dan kejadian tak terduga, (3) melebih-lebihkan sesuatu, (4) menggelikan dan karikatur, dan (5) superioritas. Gali setiap terma ini dengna peserta didik dan dorong mereka untuk membahas arti setiap istilah ini.
  3. kemudian, minta peserta didik untuk mengvaluasi secara kritis setiap dari buku Caldecot Medal dan Award. Minta peserta didik untuk menganalisa humor yang dikembangkan dalam ilustrasi dan teks serta mengelompokkan humor tersebut, jika mungkin, ke dalam tipe humor yang diidentifikasi oleh Martin. Jika mereka menemukan tipe humor berbeda, mereka juga harus mengidentifikasi tipe ini. Minta peserta didik untuk membuktikan kesimpulan mereka dengan memberikan contoh dari ilustrasi dan teks yang mendukung kesimpulan mereka.
  4. akhirnya, minta peserta didik untuk menarik kesimpulan mereka sendiri tentang buku Caldecott Medal dan Award yang dipublikasikan setelah penelitian Martin. Apakah mereka percaya bahwa buku masih menggambarkan tipe humor Martin yang berbeda? Mengapa atau mengapa tidak?
  5. peserta didik dapat mengembangkan papan buletin berjudul Humor dalam ilustrasi dan Teks. Mereka dapat mengidentifikasi tipe humor berbeda dan menempatkan contoh-contoh humor tersebut dalam setiap kategori. Papan buletin bisa dibagi antara humor dalam buku yang dipublikasikan dan humor dalam karya tulis peserta didik sendiri.
Aktivitas 7-14 :
Gaya Penulis : Mengapresiasi dan Mengidentifikasi Humor – Bagian II
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan apresiasi untuk humor dalam teks dan ilustrasi
  2. untuk memberikan respons individu pada humor dalam teks dan ilustrasi
  3. untuk menganalisa dan mengelompokkan humor dalam ilustrasi dan teks
  4. untuk membandingkan humor dalam buku yang ditulis untuk pembaca lebih muda dengan humor dalam buku yang ditulis untuk pembaca lebih tua
Bahan Ajar : Seleksi buku cerita bergambar lucu bagi pembaca lebih muda, seperti Berlinoz the Bear (1991) karya Jan Brett, Box and Cox (1990) karya Grace Chetwin, Monster (1989) karya Russell Hoban, Miss Penny and Mr. Grubbs (1991) karya Lisa Campbell Ernst, Dinosaur Bob and His Adventure with Family Lazardo (1988) karya William Joyce, The Chanukkah Tree (1988) karya Eric A Kimmel, The Day the Goose Got Loose (1990) karya Reeve Lindbergh, dan Applemando’s Dreams (1991) karya Patricia Polacco; seleksi cerita lucu yang diulis untuk SD kelas menengah hingga peserta didik sekolah menengah, seperti The Random House Book of Humor (1988) karya Pamela Pollack yang merupakan teks yang disunting, The One in the Middle is the Green Kangaroo (1981) karya Judy Blume, The Cybil War (1981) karya Betsy Byars, Ramona Quimby (1981) karya Bevelry Cleary, Alias Madame Doubtfire (1988) karya Anne Fine, dan beragam buku dalam kisah Bagthorpe karya Helen Cresswell seperti Ordinary Jack (1977) dan Bagthorpes vs the World (1979).
Kelas : SD kelas menengah hingga sekolah menengah, bergantung pada buku yang dipilih.
Ringkasan Buku : Berlioz the Bear menciptakan humor melalui penutup yang mengembangkan kejutan dan yang tak terduga. Box and Cox mengembangkan humor melalui situasi menggelikan. Monsters menggunakan melebih-lebihkan sesuatu dan imajinasi. Miss Penny and Mr Grubbs mengembnagkan plot yang diakhiri dengan situasi tak terduga dan ironis. Dinosaur Bob and His Adventures with the Family Lazardo mengembangkan humor melalui sitausi menggelikan. The Chanukkah Tree mengembangkan beragam situasi menggelikan. The Day the Goose Got Loose menciptakan situasi yang dilebih-lebihkan dan menggelikan. Appelemendo’s Dreams menggunakan kejutan dan tak terduga. The Random House Book of Humor merupakan koleksi 34 cerita lucu oleh penulis seperti Mark Twain, Garrison Keillor, James Thurber, dan Roald Dahl. The One in the Middle is the Green Kanggaroo menggunakan situasu dan analogi lucu untuk memperjelas perasaan. The Cybil War mengeksplorasi masalah yang disebabkan oleh salah penafsiran. Ramona Quimby, Age 8 menggunakan situasi yang dilebih-lebihkan dan bermain kata-kata untuk mengembangkan humor. Alias Madame Doubtfire menggunakan situasi tak terduga dan acap kali mengelikan ketika mantan suami menyamarkan dirinya sebagai wanita tukang bersih-bersih dan pengasuh bayi di rumah mantan istrinya. Beragam buku Bagthorpe menyajikan Bagthorpes menggunakan bakat dan eksentrik, yang menghadapi kehidupan sebagai tantangan yang sangat lucu.
Prosedur :
  1. mulai pelajaran ini serupa dengan aktivitas 7-13. Dorong peserta didik untuk merespon baik pada ilustrasi dan teks dalam buku bagi pembaca lebih muda. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi tipe-tipe humo yang mereka temukan dalam buku cerita bergambar dan bandingkan humor dengan humor yang ditemukan dalam buku Caldecott yang dibahas dalam aktivitas 7-13. Minta peserta didik untuk mengembangkan pernyataan ringkasan tentang tipe-tipe humor yang mereka temukan dalam buku untuk peserta didik lebih muda. Minta peserta didik untuk mendukung pernyataan mereka dengan bukti dari buku.
  2. setelah peserta didik membaca dan membahas buku cerita bergambar, kenalkan buku untuk pembaca lebih tua. Aktivitas ini bisa menjadi proyek kelompok kecil atau individu. Minta peserta didik untuk membaca beberapa seleksi dan menganalisa tipe-tipe humor yang dikembangkan dalam buku bagi pembaca lebih tua. Tanyakan, “Apakah tipe humor serupa atau berbeda dari humor yang dikembangkan dalam buku bagi pembaca lebih muda? Contoh-contoh humor apakah yang ditemukan dalam kesusasteraan? Jika kamu mendapatkan kemiripan, mengapa kamu percaya bahwa ada kemiripan? Jika kamu menemui perbedaan, mengapa kamu percaya bahwa ada perbedaan?
  3. minta peserta didik untuk mengembangkan tabel dimana mereka mengidentifikasi contoh-contoh humor dalam buku bagi pembaca lebih muda dan dalam buku untuk pembaca lebih tua?
Contoh-contoh Humor yang Ditemukan dalam Buku

Humor dalam buku bagi pembaca lebih muda
Humor dalam buku untuk pembaca lebih tua
Buku


Kutipan


Sumber humor


Buku


Kutipan


Sumber humor


  1. bagi peserta didik dalam kelompok penulis dan editor. Minta penulis untuk berpura-pura mereka sedang menuis dan mengilustrasikan buku humor bagi peserta didik lebih muda. Minta mereka untuk membawa ide-ide mereka dalam bentuk tajuk rencana buku pada kelompok editor. Beritahu penulis bahwa mereka harus rinci dalam mengembangkan situasi lucu dalam cerita. Minta editor untuk merespon pada ide-ide lucu penulis dan mengatakan pada penuis bahwa mereka yakin bahwa ide-ide layak bagi pembaca lebih muda. Setelah aktivitas ini selesai, minta peserta didik untuk mengubah peranan. Sekarang kelompok penulis menjadi editor untuk buku lucu bagi pembaca lebih tua. Editor sekarang menjadi penulis dan harus membawakan ide-ide mereka untuk buku lucu pada editor baru. Setelah aktivitas ini, peserta didik bisa memilih untuk melengkapi cerita lucu mereka.
Aktivitas 7-15 :
Mengembangkan Pemahaman tentang Tema
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan pemahaman tentang tema
  2. untuk mengidentifikasi bukti dalam cerita yang mendukung tema
  3. untuk mengembangkan proses pemikiran lebih tinggi
Bahan Ajar : Applemando’s Dreams (1991)
Kelas : SD kelas bawah dan menengah
Ringkasan Buku : Applemando’s Dreams merupakan cerita seorang bocah yang mengajar orang-orang di kampungnya tentang pentingya bermimpi. Pada permulaan cerita, penduduk kampung mencacinya karena bermimpi dan bahkan memanggilnya si lamban. Buku mengembangkan tema yang penting untuk mempertahankan impian seseorang.
Prosedur :
  1. kenalkan atau ulas konsem tema dengan berbagi dengan peserta didik bahwa tema cerita adalah pesan penting dimana seorang penulis berusaha untuk memberitahu kita tentang cerita. Ketika kita membaca cerita kita berusaha untuk mengidentifikasi tema dengan bertanya pada diri kita sendiri : “Apakah yang coba dikatakan penulis yang menjadikan beda dalam kehidupan kita?
  2. minta peserta didik untuk memikirkan sebuah cerita yang mereka kenal, seperti dongeng “Cinderella”. Minta peserta didik mengulas cerita dan berusaha untuk mengidentifikasi pesan atau tema yang coba dikatakan pengisah. Peserta didik biasanya akan mengidentifikasi dua tema berbeda : kebaikan adalah baik dan kejahatan adalah buruk. Sekarang, minta mereka apa yang terjadi dalam cerita untuk membuat mereka ahu bahwa ini adalah tema. Mereka acap kali mengulas karakter Cinderella dan mengidentifikasi bahwa Cinderella mendapatkan kebahagiannya di akhir cerita. Serupa, mereka dapat mengulas karakter saudara tiri dan mengenali bahwa mereka dihukum sebagai akibat perilaku mereka.
  3. ingatkan peserta didik bahwa mereka dapat membuat penemuan tentang tema melalui hal-hal seperti tindakan pelaku, pikiran pelaku, dan bagaimana cerita berakhir. Terkadang penuls memberikan kita tema cerita. Bahkan ilustarsi bisa menambah atau mendukung tema.
  4. kemudian, kenalkan buku Appelemando’s Dreams. Beritahu peserta didik bahwa mereka kali pertama akan mendengarkan cerita untuk mengidentifikasi pesan atau tema yang penulis nyatakan dalam cerita. Ketika mereka mendengarkan cerita mereka harus bertanya pada diri mereka sendiri, “Apakah yang coba penulis katakan yang menjadikan perbedaan dalam kehidupan kita?” Baca cerita dengan peserta didik dan minta mereka untuk mengidentifikasi tema yang ada. Tulis tema di papan. Contoh, peserta didik bisa mengatakan pada anda bahwa tema adalah “Impian Penting”, atau mereka bisa mengatakan bahwa “Persahabatan sesungguhnya sangat penting”. Sekarang, baca cerita kali kedua dan minta peserta didik untuk mencari bukti bahwa salah satu dari ini adalah tema cerita. Buat daftar bukti di bawah setiap tema.
  5. contoh, kelompok peserta didik kelas tiga mengidentifikasi bukti berikut untuk mendukung “Impian itu penting”:
    1. The boy who did not have anything to do in this drab village made his life interesting by dreaming about colourful things.
    2. His four good friends tell him not to listen to the villagers.
    3. The boy shares his colorfoul dreams with his friends and makes them happy.
    4. The boy enjoys dreaming with his friends.
    5. His friends try to keep his dreams.
    6. His friends are afraid they will lose Appelemando’s Dreams after the angry villagers make them wash the dreams off the village walls.
    7. The children are lost but dreams make it possible for people to see and find them.
    8. The villagers follow the dreams and are glad to find the lost children.
    9. The villagers agree, “Never again would the question the importance of dreams”.
    10. The village becomes a colourful place that people enjoy visiting.
Aktivitas 7-16 :
Membuat Jaringan Elemen-elemen Kesusasteraan
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan pemahaman tentang sifat elemen-elemen kesusasteraan terpadu dalam buku.
  2. untuk mengembangkan jaring kesusasteraan yang meliputi seting, karakterisasi, konflik, dan tema
  3. untuk membahas pentingnya setiap elemen-elemen kesusasteraan dalam buku
  4. untuk menulis entri jurnal yang bisa jadi latarbelakang buku
Bahan Ajar : The True Confessions of Charlotte Doyle (1990) karya Avi; Pemenang Penghargaan Newbery Honor 1991
Kelas : SD kelas atas, sekolah menengah
Ringkasan Buku : The True Confessions of Charlotte Doyle merupakan novel fiksi sejarah yang dimulai pada tahun 1832 di luar Seahawk ketika ia berusaha berlayar dari Inggris ke Amerika. Satu-satunya penumpang di kapal, seorang gadis Charlotte Doyle umur tiga belas tahun, terperangkap antara kejahatan kapten dan tindakan berontak para awak kapal. Detil mengembangkan keakuratan sejarah periode masa itu dan plot yang disusun secara cermat menciptakan aksi sang pahlawan dan mengatasi tuduhan pembunuhan di laut dalam. Sang pahlawan memberi informasi pada pembaca bawha ia tidak akan mampu menyusun kembali ceritanya jika ia tidak menimpan jurnal pengalamannya.
Prosedur :
  1. kenalkan buku dengan membacakan dan membahas pengantar, “Peringatan Penting”. Minta peserta didik untuk memikirkan apa yang diungkap penulis tentang cerita dan karakter dalam paragraf pertama: “Not every thirteen-year-old girl is accused of murder, brought to trial, and found guilty. But i was just such a girl, and my story is worth relating even if it did happen years ago. Be warned, however, this is no Stry of a Bad Boy, no What Katy Did. If strong ideas and action offend you, read no more. Find another companion to share your idle hours. For my part i intend o tell the truth as i lived it” (hal 1). Juga, minta peserta didik untuk merespon pada pengaruh paragraf pertama pada pembaca.
Untuk mengenalkan seting buku, tunjukkan dan bahas gambar kapal layar saudagar lebih kecil yang akan melintasi Atlantik di tahun 1832. Anda juga dapat membahas referensi penulis pada dua buku dalam paragraf pertama. Contoh, The Story of a Bad Boy ditulis oleh Thomas Bailey Aldrich pada tahun 1870. jenis-jenis eksploitasi dipaparkan dalam buku adalah umum untuk pahlawan jaman Victorian selama akhir 1800an : bocah laki-laki melakukan “ketrampilan kelelakian”, membentuk klub, dan berseloroh. Aktivitas ini sangat berbeda dari eksploitasi Charlotte Doyle. Peserta didik bisa membandingkan apa saja eksploitasi Charlotte yang mereka yakini dengan yang ada dari The Story of a Bad Boy.
  1. tempatkan jaring elemen-elemen kesusasteraan di papan. Ketika anda menulis seting, karakter, konflik, dan tema di papan, minta peserta didik mempertimbangkan apa yang mereka perkirakan dapat ditemui dalam setiap elemen dalam buku ini setelah mereka mendengarkan dan membahas pengantar. Minta peserta didik untuk mengisi detil-detil pada jaring baik ketika mereka mendengar atau membaca buku, The True Confessions of Charlotte Doyle. Setelah jaring selesai, bahas interaksi dan pentingnya setiap detil ini dalam elemen-elemen kesusasteraan. Berikut adalah contoh parsial dari jaring kesusasteraan :
  2. setelah menyelesaikan jaring, minta peserta didik untuk mempertimbangkan pentingnya entri jurnal dalam kutipan berikut : “Membuat jurnal tersebut adalah apa yang memungkinkan saya untuk mengaitkan pada detil sempurna semua hal yang menjadi jelas selama pelayaran penting melintasi Samudera Atlantik di musim panas 1832” (hal 3). Minta peserta didik untuk memilih salah satu bab dalam The True Confessions of Charlotte Doylett dan menuliskan entri jurnal yang memotivasi penulisan dan memberikan detil untuk peristiwa yang dipaparkan dalam bab.
  3. aktivitas menulis lain bisa dikembangkan menurut sudut pandang. Minta peserta didik untuk mempertimbangkan dan membahas mengapa Avi menulis cerita ini dari sudut pandang Charlotte Doyle. Minta mereka untuk melihat kembali pada jaring untuk mengidentifikasi setiap kondisi pada jaring dimana sudut pandang pahlawan sangat penting dalam mengembangkan beragam elemen-elemen kesusasteraan. Sekarang, minta peserta didik untuk mempertimbangkan bagaimana cerita dapat berubah jika diceritakan melalui sudut pandang Kapten Jaggery, Zachariah, atau salah satu anggota kru lain. Mereka juga dapat memilih menulis respons pada jurnal Charlotte Doyle dari sudut pandang ayahnya.
Aktivitas 7-17 :
Aktivitas-aktivitas Di Sekitar CALL IT COURAGE
Tujuan :
  1. untuk mengembangkan pemahaman tentang seting dan budaya yang terkait dengan buku Polinesia yang berada di Laut Selatan
  2. untuk mengembangkan apresiasi untuk bahasa yang digunakan oleh penulis
  3. untuk mengembangkan pemahaman tentang konflik orang vs alam dan konflik orang vs diri pribadi
  4. untuk menggambar diagram plot yang menunjukkan konflik
  5. untuk mengembangkan jaring kesusasteraaan untuk membarengi buku
  6. untuk menulis respons pada kesusasteraan
  7. untuk membandingkan keberanian yang dikembangkan dalam buku dari budaya lain
  8. untuk menulis puisi cinquain dan diamante yang mengembangkan pemahaman tentang karakterisasi dan keberanian
  9. untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi untuk penggunaan senandung untuk mengisahkan cerita tentang orang-orang
  10. untuk mengaitkan buku pada lima tema geografi
  11. untuk mengembangkan apresiasi terhadap musik Polinesia
  12. untuk melakukan penelitian pad pengaruh Eropa pada penduduk pribumi dalam suatu budaya
Bahan Ajar : Buku inti, Call it Courage (1940) karya Armstrong Sperry; buku-buku yang memberikan informasi latarbelakang, seperti Land of the Long White Cloud : Maory Myths, Tales, and Legends (1989)  karya Kiri Te Kanawa, Backbone of the King : The Story of Paka’a and His Son Ku (1984) karya Marcia Brown, dan The Remarkable Voyages of Captain Hook (1991) karya Rhoda Blumberg; buku-buku yang menunjukkan orang lain yang memuja keberanian, seperti penceritaan kembali mitologi Yunana karya Padraic Colum dalam The Golden Fllece (1921, 1949), pencitraan kembali epos Beowulf karya Crossley-Holland (1982), penceritaan kembali Terry Jones tentang The Saga of Eric the Viking (1983), dan fiksi sejarah Rosemary Sutcliff, The Shining Company (1990); buku-buku yang menunjukkan senandung dan lagu yang mengisahkan cerita beragam orang, seperti A Cry From the Earth : Music of the North American Indians (1979) dan The Sacred Path : Spells, Prayers & Power Songs of the American Indians (1983) karya John Bierhorst, dan The Hobbit (1938) fantasi dari JRR Tolkien; buku-buku yang menunjukkan pengaruh Eropa pada penduduk pribumi, seperti Encounter (1992) karya Jane Yolen dan The Tainos : The People Who Welcomed Columbus (1992) karya Francine Jacob; kesusasteraan lebih terbaru yang menunjukkan bagaimana pedagang dan misionaris mempengaruhi Polinesia, seperti The Last Princess : The Story of Princess Ka’iulani of Hawai (1991) karya Fay Stanley; peta Laut Selatan dan Pasifik; gambar-gambar kano terdahulu yang berlayar melintasi Pasifik sebelum adanya sejarah tercatat; catatan musik Polinesia; jaring Norton unit pahlawan (The Impact of Literature – Based Reading 1992).
Kelas : SD kelas menengah hingga sekolah menengah, bergantung pada karya sastra yang dipilih.
Ringkasan Buku : Buku inti, Call it Courage, merupakan cerita bertahan hidup ketika pelaku utama mengatasi rasa takut terhadap laut dan konflik orang vs diri pribadinya. Penulis juga mengembnkgan konflik orang vs alam yang kuat ketika Mafatu, seorang bocah Polinesia yang hidup dalam suatu budaya yang memuja keberanian dan mencintai laut, menghadapi musuhnya, laut, dan mengatasi ketakutannya sendiri. land of the Long White Cloud : Maory Myths, Tales, and Legends merupakan kumpulan cerita rakyat kuno yang diceritakan oleh nelayan Polinesia yan menemukan Selandia Baru – The Land of the Long White Cloud. Backbone of the King : The Story of Paka’a and His Son Ku adalah legenda Hawai kuno tentang keberanian, keteguhan hati, dan rasa hormat diantara orang-orang yang hidup di laut. The Remarkable Voyages of Captain Cook memaparkan ide-ide awal tentang Laut Selatan dan perjalanan eksplorasi Cook di Samudra Pasifik dan interaksinya dengan orang-orang. The Golden Fleece memasukkan cerita-cerita tentang Jason dan pahlawan Yunani yang mencari Golden Fleece. The Crest and the Hide memasukkan duapuluh cerita tradisional pahlawan, kepala suku, dan penyair dari Afriak. Beowuld merupakan legenda pahlawan Norse yang kuat, setia, berani, dan bersedia untuk balas dendam. The Saga of Erik the Viking memasukkan banyak cerita keberanian dan petualangan di laut. The Shining Company, sekitar 600 SM di Inggris, merupakan fiksi sejarah tentang tiga ratus kesatria yang dengan berani melawan penjajah Saxon. A Cry From the Earth : Music of the North American Indians memasukkan diskusi musik, tarian, dan alat musik Indian. Teks meliputi lembaran musik dan interpretasi. The Sacred Path : Spells, Prayers & Power Songs berkaitan dengan situasi-situasi penting seperti kelahiran, tumbuh-kembang, lagu cinta, berpetualang, sakit, berburu, dan bercocok tanam. The Hobbit memasukkan kata-kata pada banyak lagu yang menunjukkan sejarah, budaya, dan kepercayaan kurcaci dimana Bilgo Baggins bergabung dalam perjalanan mereka melalui Mity Moutains dan mengklaim emas yang telah terlupakan sejak lama dari Smaug, naga api. Encounter menyajikan interaksi rekaan antara bocah Taino Indian dan Columbus serta awaknya di pulau San Salvador pada tahun 1492. The Tainos : The People Who Welcomed  Columbus memberikan materi antropologi tentang orang-orang dan memaparkan interaksi antara Taino dan Spaniard yang memperbudak dan membunuh penduduk pribumi. The Last Princess : The Story of Princess Ka’iulani of Hawai’i merupakan biografi bergambar.
Prosedur :
  1. mengembangkan pengantar untuk Call it Courage yang mendorong peserta didik untuk tertarik dalam teks dan memahami pentingnya tipe keberanian tertentu dalam kehidupan penduduk kuno. Contoh, tanya peserta didik, “Dapatkah kamu membayangkan hidup di suatu pulau yang dikelilingi oleh air dan sangat takut terhadap laut? Apakah yang dipikirkan penduduk pulau tentang dirimu jika mereka semua belajar hidup dari laut? Apa yang kamu pikirkan tentang dirimu sendiri ketika kamu mengetahui rasa takutmu dan memutuskan bahwa kamu harus melakukan sesuatu tentang rasa takut itu? Ini adalah masalah yang dihadapi dan diatasi Mafatu dalam Call it Courage. Meski namanya berarti Hati Teguh, ia dianggap pengecut oleh penduduk pulau. Ketika kamu membaca cerita menarik ini, bayangkan bahwa kamu adalah Mafatu ketika kamu menghadapi badai sendirian di perahu kecil di tengah samudera. Bayangkan kamu sendirian di pulau lain dan kamu menghadapi bahaya yang ada di pulau tersebut. Akhirnya, bayangkan bahwa kamu adalah Mafatu ketika ia pulang dengan bangga untuk menunjukkan dirinya yang baru pada ayahnya dan penduduk pulau. Coba putuskan poin apa yang kamu yakini bahwa Hati Teguh adalah arti yang bagus buat Mafatu”. Dorong peserta didik untuk membahas pentingnya menunjukkan keberanian dan mengatasi rasa takut serta mempertimbangkan kondisi dimana mengatasi rasa takut terhadap laut sangat penting.
  2. kembangkan pengantar pada seting Call it Courage yang memasukkan pemahaman waktu dan tempat. Baca dan bahas halaman pertama dalam bab satu : “It happened many years ago, before traders and missionaries first came into the South Seas, while the Polynesians were still great in numbers and fierce of heart. But even today the people of Hikueru sing this story in their chants and tell it over the evening fires. It is the story of Mafatu, The Boy Who Was Afraid. They worshiped courage, those early Polynesians. The spirit which had urged them across the Pacific in their sailing canoes, before the dawn of recorded history, not knowing where they were going nor caring what their fate might be, still sang its song of danger in their blood” (hal 1).
Dorong peserta didik untuk memperkirakan berapa alam cerita ini terjadi dan berusaha mencari informasi tentang kapan pedagang dan misionaris datang ke Laut Selatan. Untuk pencarian ini mereka bisa membaca dan membahas The Remarkable Voyages of Captain Cook. Bab pertama, “An Unknown Continent”, memberikan wasan pada waktu dan tempat serta keyakinan Eropa tentang Laut Selatan. Contoh, baca dan bahas kutipan berikut, “There were ales about miserable brutes, ugly giants, and man-eating monsters who lived in the southern part of our globe. There were also stories about kind, beautiful people who dwelled there in luxury on lush, treasureladen lands. In the eighteenth century, when King George III ruled England, government officials wanted to know the truth about people and places in the ‘South Seas’, a term used to mean ‘Pacific Ocean’” (hal 2). Bab-bab berikutnya membahas perjalanan Cook di era 1700an dan interaksinya dengan penduduk Polinesia.
Untuk memberikan informasi latarbelakang tentang lokasi dan penduduk, tunjukkan sebuah peta Samudera Pasifik dan Laut Selatan. Beritahu peserta didik bahwa diyakini bahwa lelaki Polinesia menghabiskan banyak waktu di laut dan seringkali tinggal di laut selama berminggu-minggu pada satu waktu. Juga diyakini bahwa orang Polinesia menempuh perjalanan panjang pada pelayaran laut mereka, meliputi perjalanan panjang dari Hawai ke Selandia Baru. Tunjukkan pada peserta didik gambar kano kuno dan minta mereka membayangkan tentang bahaya dan petualangan yang harus dialami masyarakat ini. Minta peserta didik untuk memperkirakan mengapa menurut mereka keberanian penting bagi masyarakat Polinesia. Untuk memberiman informasi latar tentang masyarakat, bagi beberapa dongeng Polinesia, seperti cerita yang ditemukan dalam Land of the Long White Cloud : Maori Myths, Tales, and Legends. Setelah peserta didik membaca atau mendengar beberapa cerita ini, mereka dapat mengidentifikasi kepercayaan dan nilai masyarakat yang tercermin dalam cerita rakyat mereka. (Beberapa dongen sangat tepat. Dalam bab dua dari Call it Courage, Mafatu berdoa pada Maui, Tuhan Nelayan. Beberapa dongeng dalam kumpulan cerita rakyat mengacu pada Maui). Legenda, Backbone of the King : The Story of Paka’a and His Son Ku, memberikan informasi tentang budaya kuno kawasan Pasifik.
  1. ketika peserta didik membaca atau mendengar pada Call it Courage, dorong mereka untuk memperhatikan dan membahas teknik-teknik yang digunakan Armstrong Sperry untuk mengembangkan konflik orang vs alam. Bahasa dan deskripsi nyata bada dalam bab dua, “The Sea”, sangat bagus untuk menekankan bahwa laut adalah antagonis sesungguhnya. Sangat membantu untuk membaca bab ini dengan nyaring untuk membuat mereka percaya bahwa Mafatu berada dalam bahaya besar dari laut. Selama membaca pertama, peserta didik bisa merespon pada deskripsi nyata Sperry dan mengembangkan pemahaman bahwa alam adalah antagonis sesungguhnya. Selama membaca kedua, peserta didik dapat mengidentifikasi bahwa tindakan Mafatu menunjukkan bagaimana takutnya dia. Ia memegang dayung dengan jari-jari tangannya yang putih, berdoa dengan sungguh-sungguh pada Maui, mengingat bahwa laut telah mengklaim kehidupan ibunya dan suatu hari akan mengklaim atas hidupnya, berusaha untuk mengungkapkan namun tidak dapat, melingkarkan lengannya di dada, dan menyimpulkan bahwa ini adalah akhir dunia. Penulis mempergunakan personifikasi untuk membantu pembaca memahami sifat bahaya badai dimana badai dibandingkan dengan pasukan pengintai, dan disebut sebagai monster yang lapar dan marah. Penulis juga memanipulasi panjang kalimat ketika konflik meningkat. Ketika badai mencapai klimaks, kalimat menjadi semakin pendek, ketika puncak badai mendekat penulis hanya menggunakan satu kata, “Chaos!” Peserta didik dapat mengilustrasikan seting nyata ini dan menunjukkan melalui ilustrasi mereka bagaimana bahayanya laut dalam Call it Courage.
  2. untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahamna lebih jauh tentang konflik orang vs alam dan konflik orang vs diri pribadi, minta mereka untuk melacak beragam peristiwa dalam buku yang menunjukkan bagaimana Mafatu mengatasi konflik orang vs diri pribadi ketika ia juga mengtasi rasa takut akan alam. Pada diagram alur, minta peserta didik untuk mengidentifikasi masalah dan karakteristik Mafatu pada awal buku. Mereka kemudian dapat mengidentifikasi peristiwa yang menunjukkan bahwa usaha besar Mafatu terhadap dirinya sendiri sampai ia mencapai titik realisasi diri dan menghadapi konflik di dalam dirinya sendiri. akhirnya, mereka dapat mengidentifikasi saat dimana ia mencapai perasaan damai dan kebenaran. Peserta didik dapat membandingkan karakter Mafatu pada permulaan buku, dan khususnya dalam bab “The Sea,’ dengan karakternya di akhir buku. Mreka bisa memikirkan apa yang terjadi sehingga Mafatu dapat merespon pada laut dengan kata-kata ini: “Moana, you Sea God!’ he shouted violently. ‘You! You destroyed my mother. Always you have tried to destroy me. Fear of you has haunted my sleep. Fear of yu turned my people against me. But now - !’ he choked; his hands gripped his throat to stop its hot burning, ‘now i no longer fear you, Sea!’ His voice rose to a wild note. He sprang to his feet, flung back his head, spread wide his arms in defiance. ‘Do you hear me, Moana? I am not afraid of you! Destroy me – but i laugh at you. Do you hear? I laugh!” (hal 112).
  3. apakah semabri membaca buku atau setelah menyelesaikan buku, peserta didik dapat mengembangkan jaring kesusasteraan untuk membarengi buku. Pada jaring kesusasteraan mereka mereka haurs mengidentifikasi detil yang terkait pada seting, karakterisasi, konflik dan tema.
  4. Call it Courage dapat digunakan untuk memacu beragam pengalaman menulis. Contoh, karakter dan konflik Mafatu memberikan banyak peluang bagi peserta didik untuk menuliskan respons pribadi pada tingakan, perasaan, dan konflik Mafatu. Peserta didik dapat berpura-pura mereka melakukan dialog dengan Mafatu dan memberikan reaksi mereka pada beberapa bab yang paling menyentuh. Deskripsi nyata alam dan teknik yang digunakan Sperry untuk membuat alam dapat dipercaya juga bisa digunakan untuk memicu menulis deskriptif dimana peserta didik mengidentifikasi lingkungan keras lain dan membuat pembaca memyangkan alam dari lingkungan tersebut. Jika mereaka telah menganalisa dan membahas teknik Sperry, mereka bisa menggunakna sebagian teknik ini seperti bahasa yang nyata, verba yang kuat, personifikasi, aksi pelaku, dan perubahan panjang kalimat untuk menciptakan deskripsi mereka tentang alam sebagai sesuatu yang antagonis.
  5. pandu diskusi dimana peserta didik memberikan definisi mereka sendiri tentang keberanian dan mengidentifikasi sebagian karakteristik orang yang mengembangkan atau menunjukkan keberanian. Minta peserta didik untuk mengidentifikasi orang yang mereka percaya berani dan untuk menjelaskan mengapa mereka percaya orang tersebut berani. Sediakan buku yang mewakili budaya lain dimana keberanian dianggap sangat penting. Seleksi ini bisa meliputi The Golden Fleece, The Crest and the Hide, Beowulf, The Saga of Erik the Viking, dan The Shining Company. Dorong setiap peserta didik untuk memilih salah satu buku. Setelah mereka membaca buku biarkan mereka berbagi situasi-situasi keberanian dan membandingkan bagaimana keberanian diungkapkan dalam beberapa budaya.
  6. minta peserta didik untuk memilih apakah Mafatu dari Call it Courage atau salah satu pelaku utama dalam salah satu buku lain dimana karakter menunjukkan keberanian. Dorong peserta didik untuk menulis puisi cinquain atau diamante tentang karakter atau tentang keberanian. Sebelum peserta didik menulis puisi, ulas persaratan untuk setiap bentuk puisi. Sebuah cinquain adalah puisi lima baris dengan karakteristik berikut : baris pertama memiliki satu kaa atau judul; baris kedua memiliki dua kata untuk memaparkan judul; baris ketiga memiliki tiga kata untuk mengungkapkan tindakan; baris keempat memiliki empat kata untuk mengekspresikan perasaan; dan baris kelima adalah judul yang diulang kembali atau kata serupa judul. Sebuah diamante adalah puisi lima baris dengan karakteristik berikut : baris pertama adalah nomina; baris kedua memiliki adjektiva terkait pada nomina baris pertama; baris ketiga memiliki tiga partisipel atau verba berakhiran –ing, -ed, atau –en; baris keempat memiliki empat nomina atau frasa yang berbeda dengan nomina pertama sehingga pikiran pembaca bergerak dari subyek nomina pertama pada subyek nomina berbeda dalam baris tujuh; baris keenam berisi dua adjektiva yang terkait dengan nomina akhir; dan baris ketujuh berisi satu nomina yang bebeda dengan nomina dalam baris pertama. Contoh berikut adalah cinquain yang menunjukkan Mafatu pada awal cerita dan di akhir novel :
Mafatu
Cowardly, fearful
Gripping, praying, remembering
Fears the sea’s actions
Fainthearted
Mafatu
Bold, fearless
Daring, shouting, hunting
Now called Stout Heart
Courageous
Contoh selanjutnya adalah diamante yang menunjukkan perubahan pada Mafatu ketika ia berubah dari pengecut ke berani :
Mafatu
Cowardly, frightened
Shaking, trembling, shuddering
Faces challenges on island
Shouting, stabbing, trapping
Brave, bold
Courageous
  1. dalam Call it Courage, Sperry menyatakan bahwa “even today the people of Hikueru sing this story in their chants and tell it over the evening fires. It is the story of Mafatu, the Boy Who Was Afraid” (hal 1). Peserta didik bisa melakukan penelitian dimana mereka meneliti budaya lain yang menggunakan sendandung dan lagu untuk mengisahkan cerita tentang peristiwa penting dalam kehidupan mereka. Contoh, mereka dapat meneliti penggunaan senandung dan lagu dalam budaya Amerika Asli melalui buku seperti A Cry From the Earth : Music of the North American Indians dan The Sacred Paths : Spells, Prayers & Power Songs of the American Indians. Mereka bisa menemukan pentingnya senandung dan lagu yang mengisahkan sejarah masyarakat dengan membaca The Hobbit, sebuah fantasi yang memiliki landasan dalam mitologi. Setelah membaca The Hobbit, minta peserta didik untuk membahas apa yang telah mereka pelajarai tentang sejarah kurcaci melalui lagu dan senandung.
  2. Sperry menekankan bahwa Call it Courage terjadi sebelum pedagang dan misionaris datang ke Laut Selatan. Peserta didik dapat menggali pengaruh penjelajah, pedagang, dan misionaris pada kehidupan beragam penduduk Pribumi. Buku-buku yang menunjukkan pengaruh Eropa pada penduduk Pribumi bisa digunakan untuk mengembangkan pemahaman tentang pengaruh yang disebabkan oleh Jaman Eksplorasi dan Jaman Kolonialisasi. Baik Encounter dan The Tainos : The People Who Welcomed Columbus sejarah penjelajah di penduduk pribumi Amerika Utara. (Aktivitas 9-10 dalam teks ini bisa digunakan untuk memadukan kesusasteraan dengan geografi menggunakan Encounter). Setelah membaca buku ini, peserta didik dapat melakukan penelitian tambahan pada dampak kekuatan asing pada kehidupan penduduk dan memperkirakan apa yang terjadi pada masyarakat Mafatu. Peserta didik dapat menuliskan kelanjutan Call it Courage, namun menempatkan cerita pada masa misionaris dan pedagang yang disebutkan oleh Sperry. Untuk pengaruh yang terakhir, peserta didik bisa membaca The Last Princess : The Story of Princes Ka’iulani of Hawai’i. Ini merupakan cerita keberanian pribadi dan kehilangan kekuasaan dalam tahta yang ditolak untuk berkuasa ketika Hawaii diduduki Amerika Serikat pada 1897.
  3. musik Polinesia bisa digunakan untuk memicu beragam aktivitas. Contoh, peserta didik dapat membaca seleksi cerita rakyat Polinesia dan membarengi cerita rakyat dengan musim yang tepat. Membaca dramatikal Call it Courage bisa dibarengi dengan musik. Musik dapat digunakan untuk memicu interpretasi artistik.
  4. jika diinginkan, peserta didik bisa mengembangkan kajian keberanian dengan kajian pahlawan. Daftar buku dan jaring yang menunjukkan karakteristik pahlawan ditemukan dalam The Impact of Literature-Based Reading, hal 87-88 karya Norton.
Aktivitas 7-18 :
Maurice Sendak dan Kesusasteraannya – Pusat Minat
Tujuan :
  1. agar mampu menjelaskan mengapa Sendak menjadi tertarik pada buku dan dalam menuliskan cerita, bagaimana ia mengembangkan bakat seninya, dan bagaimana ia mengumpulkan ide-ide untuk menulis dan menggambr
  2. untuk menulis cerita kreatif yang dimotivasi oleh sketsa anak-anak
  3. untuk menulis cerita kreatif yang dimotivasi oleh kartun
  4. untuk menulis cerita kreatif yang dimotivasi oleh musik
  5. untuk menulis cerita kreatifyang dimotivasi oleh Where the Wild Things Are
  6. untuk memberi eaksi pada musik yang memotivasi Maurice Sendak
  7. untuk membuat papan buletin dengna ide-ide untuk buku Sendak
  8. untuk memberikan presentasi oral dengan membandinkan ilustrasi dan karya tulis Lewis Carroll, Edward Lear, dan Maurice Sendak
  9. untuk bereksperimen dengan media senia yang digunakan Sendak dan membahas keefektifan ilustrasinya.
  10. untuk menafsirkan seorang pelaku melalui pengguaan papier-mache
  11. untuk mengembangkan dan melakonkan aktivitas drama kreatif yang dimotivasi oleh Where the Wild Things Are
  12. untuk mengembangkan apresiasi kesusasteraan dan menafsirkan puisi melalui berbicara koor
  13. untuk membuat poster yang membarengi salah satu buku Maurice Sendak
  14. untuk membuat model panggung tiga dimensi untuk opera atau sandiwara yang bisa dihasilkan dari buku-buku Sendak
  15. untuk membuat sampul album kaset atau compact-disc pada musik yang bisa digunakan untuk memotivasi cerita
Bahan Ajar : Seleksi buku yang diilustrasikan oleh Maurice Sendak seperti berikut : (The Art of Maurice Sendak, 1984, karya Sela G Lanes, meliputi kronologi 78 buku yang diilustrasi oleh Sendak, informasi tambahan tentang Sendak yang bisa digunakan untuk mengembangkan ide-ide untuk pusat minat dan memotivasi aktivitas, dan contoh seni Sendak).
The Wonderful Farm (1951) karya Marcel Aymee
A Hole is to Dig (1951) karya Ruth Krauss
A Very Special House (1953) karya Ruth Krauss
What Do You Say, Dear (1958) karya Sesyle Joslin
The Moon Jumpers (1959) karya Janice May
Little Bear’s Visit (1961) karya Else Holmelund Minarik
Mr. Rabbit and the Lovely Present (1962) karya Charlotte Zolotow
Zlatech the Goatand Other Stories (1966) karya Isaac Bashevis Singer
Dear Mili (1988) karya Wilhelm Grimm
Buku yang diilustrasikan dan ditulis oleh Maurice Sendak :
Kenny’s Window (1956)
Pierre : A Cautionary Tale (1962)
Where the Wild Things Are (1963)
Higglety Pigglety Pop (1967)
Seven Little Monsters (1977)
Outside Over There (1981)
Contoh tambahan seni Sendak, ditemukan dalam Posters By Maurice Sendak (1986) karya Maurice Sendak; buku oleh Lewis Caroll dan Edward Lear.
Kelas : SD kelas bawah; SD kelas menengah; banyak aktivitas juga tepat bagi peserta didik lebih tua.
Prosedur :
  1. tempatkan informasi tentang latarbelakang profesional Sendak pada rekaman atau ketik informasi pada kartu atau keras. Latarbelakang Sendak menarik dan memberikan wawasan ke dalam proses motivasi penulis dan ilustrator yang berhasil. Dialog untuk rekaman ini bisa dibaca sebagai berikut :
ketika kamu mendengarkan rekaman ini (atau membaca kertas ini), saya ingin kamu memikirkan tiga pertanyaan : Bagaimana Mr. Sendak menjadi tertarik pada buku dan dalam menuliskan ceritanya? Bagaimana Mr. Sendak mengembangkan bakat seninya? Bagaimana Mr. Sendak mengumpulkan ide-ide untuk menulis dan menggambar?
Maurice Sendak merupakan penulis anak-anak terkenal, dilahirkan di Brooklyn, NewYOrk, pada 10 Juni 1928. Ia begitu populer dengan anak-anak dimana ia disebut dengan ‘Picasso buku anak-anak”. Ia diberikan nama ini karena ia telah menggambar ilustrasi untuk leibh dari 60 buku. Salah satu bukunya, Where the Wild Things Are, memenangkan Caldecott Medal pada tahun 1964 untuk buku bergambar terbaik.
Ayah Maurice Sendak mengenalkan cerita ketika Mr. Sendak masih kecil. Ayahnya menceritakan cerita-cerita nina-bobok dari cerita rakyat Yahudi Eropa Timur. Ia menyukai buku dan bahkan menulis bukunya sendiri dan membuat gambarnya. Sampai dengan menginjak remaja, ia begitu tertarik pada cerita dan tulisan dimana ia memutuskan akan menjadi penulis dan ilustrator.
Ketika Mr. Sendah beranjak dwasa, ia menggmabar anak bermain, dan kemudian, menggunakn banyak ide-ide ini dalam bukunya. Ketika ia masih berada di sekolah menengah atas, ia banyak mengambil matapelajaran seni. Salah satu kegemarannya adalah menggambar petualangan strip komik tentang anak-anak lain di sekolah. Bahkan ia bekerja paruh waktu di karakter Mutt and Jeff untuk buku komik. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, ia bekerja untuk perusahaan etalae dan membuat model papier-mache karakter buku cerita. Ia mendesain etalae baik untuk buku dan mainan.
Mr. Sendak menjadi ilustrator untuk buku anak-anak ketika ia diminta untuk menggambar untuk buku Marcel Ayme, The Wonderful Farm, pada tahun 1951. Tahun selanjutnya, ia membuat ilustrasi buku Ruth Krauss, A Hole is to Dig. Buku-buku ini mulai dengan cepat melambungkan karirnya sebagai ilustrator dan penulis buku-bukunya sendiri. Mr. Sendak menggunakan sketsa anak-anak untuk memberi ide banyak bukunya. Ia juga mendengarkan musik sembari menulis buku.
  1. menulis kreatif – ketika Maurice Sendak masih anak-anak, ia membuat gambar anak-anak bermain. Kemudian, ia menggunakan gambar ini untuk mendapatkan ide-ide untuk bukunya. Minta anak-anak untuk membuat gambar anak-anak pada papan sketasa mereka sendiri; lalu minta mereka mengunakan gambar mereka untuk memotivasi cerita bergambar mereka sendiri.
  2. menulis kreatif – Maurice Sendak membuat kartun tentang pengalaman anak-anak yang mendapatkan masalah di sekolah. Minta peserta didik untuk mengambil situasi komik dan membuat karakter kartun untuk mengilustrasikan cerita. Tulis dalog dalam format strip komik.
  3. menulis kreatif, menyimak apresiatif – Maurice Sendak mendengarkan musik sembari bekerja. Beberapa pembuat lagu kesukaannya adalah Mozart, Beethoven, dan Wagner. Minta peserta didik untuk mendengarkan rekaman musik karya salah satu pembuat lagu ini. Kemudian, minta mereka menggambar eri gambar yang dimotivasi oleh musik. Dengarkan pada musik lagi dan tulis cerita untuk membarengi gambar.
  4. interpretasi indah karya sastra – Maurice Sendak mendesain etalae untuk buku-buku baru. Minta sekelompok anak untuk memilih salah satu buku Sendak dan mendesain papan buletin seolah itu adalah etalase di suatu pusat perbelanjaan atau toko buku.
  5. bahasa oral : Perbadingan Tulisang, Gaya, dan Ilustrasi – Buku-buku Maurice Sendak telah dibandingkan dengna tulisan Lewis Caroll dan Edward Lear. Penulis ini juga menggunakan fantasi dan realita. Minta peserta didik lebih tua membaca seleksi oleh setiap penulis ini. Minta mereka untuk memberika presentasi oral untuk membandingkan penggunaan gambar, isi cerita, dan gaya menulis pengarang.
  6. perbandingan ilustrasi dan Media Seni – ilustrasi Maurice Sendak beragam dari gamar pena dan tinta hitam dan putih hingga ilustrasi berwarna. Minta anak-anak untuk melihat secara cermat pada ilustrasi dalam setiap buku. Minta mereka menceritakan mengapa mereka merasakan setiap tipe gambaran efektif. (The Moon Jumpers menggunakan gambar tinta hitam dan putih dan ilustrasi halaman enuh yang megenmbangkan hijau dan biru senjahari musim panas di padangi sinar bulan). Setelah mereka mengkaji penggunaan gambar berwarna atau hitam-putih pengarang, minta peserta didik bereksperimen dengan teknik seni Sendak.
  7. interpretasi seni – Maurice Sendak membuat model papier-mache karakter buku cerita. Minta peserta didik untuk memilih karakter Sendak favorit mereka dan membua model papier-mache dari karakter tersebut.
  8. drama kreatif – setelah emmbaca Where The Wild Things Are, bahas bagiamana kita seringkali bermimpi dan menjadikan diri kita sendiri palawan suatu cerita. Jenis aktivitas apakah yang kamu impikan ketika kamu adalah seorang pahlawan? Bicarakan bagaimana perasaanmu jika kamu dimasukkan dalam kamarmu, apa yang membuatmu berfantasi, dan apa yang kamu bayangkan. Minta anak-anak melakonkan mimpi mereka dalam sesi sandiwara.
  9. drama kreatif – minta peserta didik membuat topeng yang menunjukkan benda buas dalam Where The Wild Things Are. Biarkan merkea menjadi sesuatu yang buas dengan memakai topeng. Peragakan drama kreatif cerita ini dan petulangan lain yang diharapkan Max selama kunjungan lain ke benda liar.
  10. menulis kreatif – minta anak-anak memilih salah satu monster favoritmnya dalam Where The Wild Things Are. Tanya siapa nama monster, apa yang biasa ia lakukan, apakah monster yang baik atau jahat, apa yang dipikirkan tentang Max, apa yang dilakukan anak dan monser jika mreka bertemu. Minta mereka menulis cerita tentang monster spesial mereka.
  11. berbicara koor – Baca Pierre : A Cautionary Tale pada kelas. Kembangkan penataan koor dengan meinta kelas bergabung kapanpun baris ulangan dinyatakan.
  12. poster – minta peserta didik untuk memilih ceria dan membuat poster yang bisa digunakan untuk mengiklankan buku.
  13. model panggung tiga dimensi – minta peserta didik untuk memilih salah satu buku ilustrasi Sendak dan membuat model panggung tiga dmensi untk presentasi buku sebagai sandiwara atau opera.
  14. interpretasi seni dan musik – Sendak telah menciptakan sampul album rekamanan untuk musik seperti “Third Symphony” karay Gustav Mahler. (Ilustrasi sampul ditunjukkan dalam Lanes’ The Art of Maurice Sendak, hal 259). Minta peserta didik untuk membuat sampul album rekaman atau compact-disc untuk salah satu seleksi musik yang memotivasi karya tulis Sendak.
Aktivitas 7 – 19 :
CADDIE WOODLAWN karya Carol Ryrie Brink – Pusat Minat untuk Fiksi Sejarah
Tujuan :
  1. untuk mendengarkan pada rekaman tentang penulis, Carol Ryrie Brink, dan menjawab pertanyaan tentang penulis
  2. untuk mengembangkan kemahiran bahasa oral berwawancara
  3. untuk menafsirkan karakter kesusasteraan
  4. untuk mengembangkan kecakapan referensi
  5. untuk menafsirkan babak melalui menulis kreatif
  6. untuk menulis cerita kreatif yang dipicu oleh kesusasteraan
  7. untuk membaca pemahaman detil
  8. untuk membaca tujuan evaluasi
  9. untuk menafsirkan kesusasteraan melalui aktivitas klarifikasi nilai
  10. untuk mengembangkan kemahiran matematika
Bahan Ajar : Caddie Woodlawn (1935, 1963, 1973, 1975) karya Carol Ryrie Brink; buku referensi yang memaparkan sulaman, pembuatan lilin, transportasi awal, dan penduduk Amerika Pribumi; tape dan rekaman tape; bahan ajar menulis, kertas konstruksi, dan bahan ajar seni untk menggambarkan pemukiman Amerika Pribumi; beberapa katalog yang menunjukkan harga permen, topi, sisir, dan sapu tangan.
Kelas : SD kelas tiga hingga lima
Ringkasan Buku : Caddie Woodlawn merupakan cerita tentang keluarga pelopor yang diset di Wisconsin selama paruh terakhir abad sembilan belas. Dalam cerita ini penulis mengisahkan sebuah cerita yang serupa dengan pengalaman nenenknya. Ini merupakan cerita seorang gadis yang hangat, berani, suka ribut yang suka bermain di hutan dan di sepanjang sungai bersama dengan kakak lelakinya. Ia juga teman dari Amerika Pribumi di kawasan tersebut.
Prosedur :
  1. rekam informasi tentang penulis, Carol Ryrie Brink, pada tape atau ketik informasi pada kartu atau kertas. Beritahu peserta didik bahwa, setelah mendengarkan tape ini, mereka harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : (1) Bagaimana Carol Ryrie Brink terkait pada Caddie Woodlawn? (2) Bagaimana Mrs. Brink mendapatkan informasi tentang petualangan Caddie? (3) Mengapa Mrs. Brink menulis Caddie Woodlawn? (4) Apakah Caddie Woodlawn cerita nyata? Dialog untuk rekaman ini bisa dibaca sebagai berikut :
carol Ryrie Brink memiliki alasan sangat khusus dalam menulis Caddie Woodlawn. Pahlawan buku ini adalah nenek Mrs. Brink. Ketika Mrs. Brink berumur delapan tahun, ia tinggal bersama dengan neneknya. Neneknya, Caddie, menceritakan banyak cerita tentang tumbuh kemban di Wisconsin di era 1800an. Selama masa kanak-kanak Mrs. Brink, ia sangat suka menggambar, menulis, membaca, dan menceritakan kisah panjang.
Ketika Mrs. Brink beranjak dewasa, ia ingat cerita tentang masa kanak-kanak Caddie dan berpikir anak-anak lain juga akan menyukainya. Ia menulis Caddie Woodlawn ketika neneknya masih hidup. Ia menulis surat pada neneknya untuk mengajukan pertanyaan tentang detil-detil yang tidak dapat ia ingat.
Carol Ryrie Brink mengatakan fakta dalam Caddie Woodlawn sebagian besar benar. Sebagian dari fakta diubah sedikit untuk menysuaikan pada cerita. Caddie Woodlawn memenangkan Newberry Medal untuk buku anak-anak terbaik pada tahun 1936.
  1. bahasa oral, mewawancarai, menulis – Carol Ryrie Brink menlis Caddie Woodland karena ia menikmati cerita neneknya. Minta peserta didik untnuk mewawancarai saudaranya yang lebih tua atau orang lebih tua di masyarakat. Dalam wawancara mereka, mereka harus meminta orang untuk menceritakan pengalaman yang mereka ingat dari masa kanak-kanak atau cerita yang mereka dengar dari kakek mereka. Selama wawancara, peserta didik juga dapat mengumpulkan informasi tentang apa yang dilakukan orang-orang ini untuk mendapatkan hiburan, bagaimana mereka melakukan perjalanan, dimana mereka mendapatkan makanan, bagaimana mereka berpakaian, dan mainan apa yang mereka mainkan. Minta anak-anak untuk berbagi informasi mereka secara oral pada seluruh kelas atau minta mereka untuk menulis cerita menggunakan informasi ini. Buat papan buletin untuk memajang cerita.
  2. karakterisasi oral – Minta peserta didik untuk memilih karakter dari Caddie Woodlawn dan menceritakan pelaku tersebut seolah mereka adalah orang tersebut. Biarkan anak-anak untuk menebak identitas pelaku. Sebagian dari pelaku dalam buku adalah Caddie, Mr. Woodlawn, Minnie, Indian John, Hety, Tom, Mr. Tanner, Mrs. Woodlawn, Warren, dan Uncle Edmund.
  3. kecakapan referensi, bahasa oral – Caddie bermain di hutan dengan kakak lekakinya, Tom dan Warren, daripada membuat sulaman atau melobangi lilin seperti gadis lain. Minta anak-anak untuk meneliti bagaimana sulaman dibuat atau proses melubangi lilin. Minta kelompok penelitian menjelaskan proses pada seluruh kelas.
  4. drama kreatif – biarkan sekelompok peserta didik untuk memilih babak dari Caddie Woodlawn untuk melakukan drama bagi seluruh kelas. Biarkan peserta didik untuk bekerja dalam kelompok sehingga mereka akan mengalamai peranan baik pemain dan audiens. Beberapa babak untuk aktivitas in bisa jadi : Caddie menjatuhkan kacang di lantai di depan Circuit Rider ;Caddie berkendara ke perkemahan Indian untuk memperingatkan Indian akan adanya serangan; pembakaran rumput yang hampir menghancurkan ruang sekolah; atau Uncle Edmund berbicara pada keluarga untuk mengajak Nero ke St. Louis.
  5. menulis kreatif – Caddie takut ketika ia berkendara menembus malam untuk memperingatkan Indian John tentang orang yang akan menyerang Indians. Mitna anak-anak untuk memikirkan satu waktu dimana mereka merasa takut. Bagaimana perasaan mereka? Bagaimana pemikirna mereka? Bagaimana mereka mengatasi rasa takut? Minta anak-anak menulis cerita tentang pengalaman menakutkan yang pernah mereka alami.
  6. menulis kreatif – minta peserta didik untuk memilih bab kesukaan mereka dari Caddie Woodlawn. Minta mereka untuk berpura-pura bahwa mereka adalah Caddie dan menulis entri buku harian untuk bab tersebut.
  7. membaca detil – Setelah membaca Caddie Woodlawn, minta peserta didik untuk menyelesaikan tabel berikut dengan gambar yang menunjukkan detil untuk setiap kategori.
HIDUP DI WISCONSIN PADA TAHUN 1864
Pakaian      Transportasi     Perabot Rumah
Hiburan       Pendidikan       Makanan

  1. membaca evaluatif – tempatkan dalam pusat belajar beberapa buku referensi dan sejarah yang memberikan deskripsi faktual era 1860an. Minta peserta didik untuk membandingkan bacaan mereka tentang periode bersejarah dengan gambar kehidupan keseharian yang disajikan dalam buku. Apakah fakta sejarah akurat dalam Caddie Woodlawn? Buat daftar fakta akurat dan daftar informasi yang tidak akurat.
  2. referensi dan seni – Caddie memiliki sahabat spesial yang bernama Indian Joe. Caddie bahkan mengunjungi perkemahan Indian. Berikan beberapa buku referensi yang memaparkan Amerika Pribumi yang hidup di belahan Wisconsin. Peserta didik dapat membaca materi referensi tentang masyarakat ini, kemudian mendesain dan mebuat model untuk kemah Amerika Pribumi otentik.
  3. keahlian peta – Nero, si anjing Woodlawn, melakukan perjalanan dengan Uncle Edmund. Mereka melakukan perjalanan dengan kapal uap dari Downsville ke St. Louis. Nero melarikan diri ketika ia sampai di St. Louis dan akhirnya sampai di St. Louis
a.       lihat peta amerika serikat. Gambar rute yang dilalui Nero dan Uncle Edmund untuk sampai ke St. Louis
b.      pada halaman 53 dari edisi Scholastic Book Services, ada sungai yang tidak menyerupai Downsville. Apakah nama baru sungai dimana Nero dan Uncle Edmund memulai perjalanan mereka?
c.       Sekarang lihat peta sekali lagi. Bayangkan rute yang dilalui Nero pada perjalanan sendiri kembali ke Wisconsin. Kondisi apakah yang ia lalui? Bagaimanakah situasi daerah tersebut? Gambar rute yang kamu pikir ia lalui.
  1. beberapa jenis karakteristik transportasi era 1860an disebutkan dalam Caddie Woodlawn : kano, kuda, kapal uap, kereta kuda, dan rakit. Berikan gambar dan buku referensi yang memaparkan bentuk transportasi ini. Minta anak-anak untuk embuat mobil yang mengilustrasikan alat transportasi pada masa ini.
  2. diskusi, klarifikasi nilai – Caddie membuat beberapa keputusan besar dalam proses tumbuh kembang. Pengalaman berikut dapat digunakan untuk diskusi. Anak-anak harus mengaitkan pengalaman pribadi yang pernah mereka alami serupa dengan kondisi dalam cerita.
a.       Apakah kamu percaya bahwa tidak mengapa bagi pendatang untuk menyerang Amerika Pribumi karena pendatang berpikir bahwa mereka akan diserang? Mengapa atau mengapa tidak? Apakah Caddie melakukan hal yang tepat ketia ia memperingatkan Indian Joe? Siapa yang kamu percaya yang paling berani, Caddie atau pendatang? Mengpa? Apa yang kamu lakukan jika kamu berada di posisi Caddie? Pernahkah kamu memiliki pengalaman dimana seseorang berpikir kamu akan melakukan sesuatu yang membahayakan? Apa yang terjadi jika kita selalu bertindak atas apa yang kita takuti atau mempercayai semua hal yang kita dengar?
b.      Caddie menghabiskan uang berharganya untuk membeli hadiah bagi tiga anak Amerika Pribumi karena ia ingin ‘membuat senang anak-anak tersebut’. Apakah kamu percaya Caddie bertindak secara tepat ketika ia membelikan hadiah bagi bocah Indian? Mengapa atau mengapa tidak? Apa yang kamu lakukan jika kamu adalah Caddie?
  1. matematika, perbandingan nilai – Caddie menghabiskan uangnya untuk permen dan hadiah lain bagi bocah Amerika Pribumi. Tulis hadiah pada kartu dan minta anak-anak meneliti biaya untu membeli benda serupa saat ini.
Hadiah Caddie
1864
199_
Permen batang (horehound) (cukup untuk tiga anak)
?

Permen mentos batangan bergaris (cukup untuk tiga anak)
?

Pink wintergreens (cukup untuk tiga anak)
?

Tiga topi
?

Tiga sisir (mutu bagus)
30¢

Tiga sapu tangan besar warna merah
30¢

Total
$1.00


Aktivitas 7 – 20 :
The Salem Withch Hunts – Unit Fiksi Sejarah
Tujuan :
  1. untuk membandingkan dan membahas dua karya fiksi sejarah pada perburuan tukang sihir New England
  2. untuk menulis buku harian dari sudut pandang tukang sihir yang dituduh
  3. untuk menuliskan perbandingan fakta dalam cerita fiksi dan penjelasan faktual
  4. untuk menulis artikel kreatif dalam koran kelas
  5. untuk menafsirkan secara oral dan menyajikan karakter dari perburuan tukang sihir
  6. untuk meneliti, membuat, dan melakonkan pengadilan tukang sihir Salem
  7. untuk membuat pertunjukan wayang yang menampilkan rasa takut orang yang tidak biasa
  8. untuk meneliti takhayul vs fakta ilmiah
  9. untuk menafsirkan kesusasteraan rakyat melalui media seni
  10. untuk mendebatkan posisi dimana karakteristik fisik menentukan atau tidak menentukan karakter
  11. untuk menulis surat bisnis
  12. untuk mengevaluasi secara kritis dan membandingkan dua periode dalam sejarah yang dicirikan oleh mania penyiksaan.
Bahan Ajar : Fiksi Sejarah : Tituba of Salem Village (1964) karya Ann Petry dan The Witch of Blackbird Pond (1958) karya Elizabeth George; referensi yang memberikan detil perburuan tukang sihir dan kepercayaan periode waktu tersebut.
Kelas : SD kelas atas, sekolah menengah
Ringkasan Buku : Tituba of Salem Village merupakan cerita seorang budak yang dijual oleh pemilik cukup permisif di Barbados pada seorang pendeta berbaju hitam dari Boston yang saleh. Buku mengembangkan konflik orang vs masyarakat ketika Tituba dituduh melakukan perdukunan. The Witch of Blackbird Pond memiliki seting serupa, terkecuali pelaku utama adalah gadis kulit putih yang bebas yang pindah dari Barbados ke New England. Ia juga menimbulkan kecurigaan penduduk kota dan pada akhirnya ditahan karena perdukunan.
Motivasi untuk Unit : The Witch of Blackbird Pond merupakan fiksi karya Elizabeth George Speare dapat memberikan motivasi untuk unit pada perburuan tukang sihir Salem. Buku ini memaparkan pengalaman Kit Tyler ketika ia mulai tinggal bersama dengan sepupu Puritan di Connecticut. Kit berteman dengan seorang wanita tua yang dicurigai adalah penyihir Blackbird Pond. Kit akhirnya ditahan dan diadili karena perdukunan; ia selamat, setelah klimaks yang menegangkan.
            Sebagai tambahan pada fiksi sejarah ini, pendidik dapat memberikan materi terkait untuk memicu minat pada pokok bahasan, diantaranya adalah :
  1. selama era 1600an, banyak orang dituduh melakukan perdukunan di Massachusetts dan Connecticut.
  2. Perburuan tukang sihir terkenal terjadi di Salem pada tahun 1692 yang dimulai ketika seorang dokter menyatakan bahwa beberapa perilaku gadis remaja histeris dikarenakan ‘mata iblis’. Dalam waktu enam bulan setelah tuduhan ini, 20 orang dihukum mati dan 150 dipenjarakan.
  3. Pendeta Boston Cotton Mather memperluas kepentingan dalam pengadilan ketika ia menulis Wonders of the In isible World (1693)
  4. Hakim Samuel Sewall akhirnya menjadi sadar dan meminta maaf atas kesalahannya
  5. Kepercayaan terhadap perdukunan memudar pada era 1700an ketika orang mendapatkan pemahaman lebih ilmiah tentang fenomena menakutkan sebelumnya.
Pengantar Unit : “Saluran waktu” bisa dibuat dari kotak besar dan ditempatkan di pintu kelas. Ketika anak memasuki ruangan, mereka diberitahu mereka sedang memasuki Kampung Salem selama tahun 1693. Harus ada beberapa properti dalam ruangan untuk mengingatkan peserta didik tentang masa Puritan (lebih banyak properti bisa ditambahkan selama unit). Banyak gambar dan buku referensi harus dipajang.
Prosedur : Kecakapan Bahasa
  1. menulis kreatif – beritahu peserta didik, “Baca beberapa penjelasan tentang perburuan tukang sihir dalam buku fiksi dan referensi faktual. Tulis buku harian, berpura-puralah kamu sedang dituduh melakukan perdukunan. Masukkan deskripsi tentang orang-orang dan keadaan sekitar, peristiwa yang mengarah pada penuduhan, proses pengadilan, perasaan pribadimu, dan kesimpulan pengalamanmu”.
  2. komposisi tertulis – beritahu peserta didik, “Baca cerita fiksi tentang pengadilan tukang sihir. Sekarang, baca tentang pengadilan dalam buku sejarah dan ensiklopedia. Tulis artikel dua lembar untuk membandingkan fakta yang disajikan dalam cerita fiksi dengan yang ada dalam ensiklopedia dan buku sejarah”.
  3. menulis kreatif – kembangkan koran kelas berjudul The Salem Post atau The Salem Times. Sebagian peserta didik bisa berperan sebagai wartawan dan mewawancarai teman sejawat yang merupakan si tertuduh, anggota juri, saksi mata pada peristiwa aneh, atau hakim. Peserta didik bisa menulis editorial terkait perburuan tukang sihir dan cerita faktual didasarkan pada materi referensi. Bagian lain dari artikel bisa meliputi bagian makanan dengan resep dari masa Puritan; bagian rumah yang memaparkan bagian interior rumah Puritan; atau bagian fesyen yang mengilustrasikan pakaian periode Puritan.
  4. bahasa oral – beritahu peserta didik, “pilih sebuah karakter dari penggalian dalam perburuan tukang sihir Salem. Berpakaianlah seperti tokoh tersebut dan ceritakan kisahnya pada kelas dari sudut pandang karakter”. Pelaku-pelaku yang ada untuk aktivitas ini adalah Kit Tyler dari The Withch of Blackbird Pond; Hannah Typer, tukang sihir yang dicurigai dari buku yang sama; Cotton Mather, pendeta Boston; atau Hakim Samuel Sewall, hakim Massachusetts yang pada akhirnya meminta maaf atas kesalahannya.
  5. drama kreatif – setelah membaca tentang pengadilan tukang sihir Salem, minta peserta didik melakonkan pengadilan rekaan dengan si tertuduh, hakim, juri, dan saksi mata.
  6. drama kreatif – Perburuan tukang sihir Salem menekankan rasa takut orang dari mereka yang berbeda atau tidak wajar. Kembangkan pertunjukan wayang tentang apa yang bisa terjadi ketika orang tidak memahami seseorang yang berbeda dan menunjukkan rasa takut merkea akan orang tidak biasa teratasi.
  7. berpikir kritis dan diskusi – Pokok bahasan The Witch of Blackbird Pond serupa dengan Tituba of Salem Village. Namun, dua cerita memiliki nada sangat berbeda. Kit adalah saudara sepupu yang sangat relijius yang tinggal dengan saudara, sedangkan Tituba adalah budak kulit hitam yang merupakan milik pendeta saleh dan hidup dalam kecurigaan. Minta peserta didik untuk membaca dua cerita ini berkaitan dengan penganiayaan orang yang tidak mengikuti kepercayaan Puritan; lalu pandu diskusi yang membandingkan dua buku. Topik untuk diskusi meliputi sebab dan akibat penganiayaan dalam setiap cerita, perbandingan gaya penulis, perbadingan efek cerita pada pembaca, dan diskusi akibat penganiayaan di masa yang lebih modern.
Kecakapan Bahasa terkait pada Sains
Banyak dari ‘penyembuhan’ medis atau guna-guna digunakan pada masa Puritan didasarkan pada takhayul. Sebagian dari orang yang dituduh melakukan perdukunan yang ada dalam jenis praktik pengobatan atau guna-guna yang digunakan untuk beragam alasan. Kajian pengobatan in memberikan peluang untuk membuktikan fakta ilmiah vs takhayul, mengembangkan kecakapan bahasa oral, dan mengembangkan kecakapan komposisi.
1.      kemahiran referensi – pengobatan awal untuk batuk mengharuskan pencukuran kepala pasien dan menempatkan rambut di semak dimana burung akan membawa rambut tersebut. Ketika burung mengambil burung, mereka juga diyakini menghilangkan batuk dari pasien. Minta peserta didik untuk menyidik bagaimana batuk disembuhkan saat ini. Metode manakah yang lebih realistis? Mengapa?
2.      menafsirkan kesusasteraan rakyat, ekspresi oral – pengobatan rakyat menggunakan angka tiga dan sembilan. Seorang anak yang menderita batuk dilewatkan di bawah keledai umur tiga tahun tiga kali dan di atas keledai tiga kali selama sembilan hari. Minta peserta didik untuk menyidik nilai angka tiga dan sembilan dalam tradisi masyarakt dan menyajikan temuan mereka pada kelas.
3.      menafsirkan kesusasteraan rakyat – fase-fase bulan diyakini mempengaruhi kesehatan. Penyembuhan asma mengharuskan pasien berjalan tiga kali mengelilingi rumah di malam hari saat bulan purnama. Untuk menyembuhkan penyakit rakitis, kunciran rambut si anak dikubur di perempatan jalan ketika bulan purnama bersinar. Baca beberapa cerita dari kesusasteraan rakyat yang memiliki tema tentang takhayul terkait pada bulan. Kembangkan papan buletin tentang takhayul dan pengobatan terkait pada bulan.
4.      menggunakan referensi, mengembangkan jurnal – minta peserta didik untuk mengembangkan jurnal pengobatan, mendata pengobatan penyakit tradisional di selembar halaman dan memaparkan pengobatan modern yang direkomendasikan pada halaman depan. Contoh :
Pengobatan Tradisional
Sakit gigi : Untuk mencegah sakit gigi, pasang kaos kaki sebelah kanan terlebih dulu.
Kutil : Ikat rambut dari ekor kuda jantan kelabu di sekitar kutil untuk mengikat kutil

Pengobatan Modern
Sakit gigi
Kutil :

5.      komposisi tertulis – para gadis pergi ke dukun untuk menarik hati lawan jenis atua belajar mengetahui bakal suami mereka. Minta peserta didik untuk menyidik adat untuk menemukan pemikat. Buatkan selebaran pemikat pada kelas. Contoh ini bisa digunakan untuk permulaan :
a.       ketika seorang gadis memakan ikan haring laut, dan pergi tidur segera, ia akan bermimpi tentang bakal suaminya
b.      ketika siput ditempatkan dalam abu dingin di perapian, siput akan menuliskan inisiati bakal suami
c.       jika seorang gadis memakan apel pada perayaan Halloween sembari melihat ke cermin, ia akan melihat bakal suaminya di atas pundaknya
6.      bahasa oral, debat – takhayul seringkali diulang pada karakteristik fisik. Contoh, gigi dianggap indeks pada karakter seseorang. Gigi besar diyakini sebagai tanda kekuatan, dan gigi kecil dan rapi menunjukkan seorang perfeksionis. Jika gigi terpisah, maka orang makmur. Alis juga dianggap terkait pada karakter. Jika seseorang memiliki alis yang bertemu dengan garis hidung, maka orang tersebut dianggap sial dan licik. Minta peserta didik mencari contoh-contoh karakteristik fisik yang telah digunakan untuk memaparkan kepribadian. Tanya apakah kepercayaaan mereka terbukti. Mengapa atau mengapa tidak? Minta mereka menyajikan temuan mereka selama debat kelas. Satu tim pendebat akan mengambil posisis karakteristik fisik yang menunjukkan karakter seseorang; tim lain akan menyanggah bahwa karkateristik fisik tidak menentukan karakter.
Kecakapan bahasa terkait ilmu pengetahuan sosial
  1. menulis surat, bahasa oral – minta peserta didik menulis sebuah surat pada Dewan Perdagangan Salem meminta informasi tentang restorasi bagian bersejarah kota ini dan titik minat. Minta sekelompok kecil peserta didik mempersiapkan laporan oral yang menggambarkan titik minat, kelas harus memperhatikan apakah menarik untuk mengunjungi Salem yang bersejarah.
  2. berpikir kritis, referensi, diskusi oral – perburuan tukang sihir Salem menggambarkan efek penganiayaan, rasa takut, dan kurangnya pemahaman. Pilih periode lain dalam sejarah, seperti penganiayaaan Yahudi pada jaman Nazi Jerman, dan minta peserta didik untuk membaca buku fiksi sejarah dari periode tersebut, membuktikan fakta dalam ensiklopedia atau buku sejarah. Bandingkan sebab-sebab penganiayaan, reaksi pribadi pada penganiayaan, dan bagaimana penganiayaan atau situasi tersebut terpecahkan. (The Island on Bird Street dan The Man From the Other Side karya Uri Orlew, dan Number the Stars karya Lois Lowry bergunga untuk aktivitas ini).


Aktivitas 7 – 21 :
STORYTELLING
Tujuan :
  1. untuk memilih cerita yang tepat untuk storytelling
  2. untuk mempersiapkan cerita untuk dikisahkan
  3. untuk mengisahkan cerita pada audiens yang apresiatif
Bahan Ajar : Cerita yang sesuai untuk storytelling
Kelas : SD kelas atas, sekolah menengah
Prosedur :
  1. setelah anda menceritakan beberapa kisah pada kelas, bahas kelebihan yang ada dari mengisahkan cerita daripada membaca cerita
  2. bahas seleksi cerita untuk dikisahkan bersama anak-anak. Daftar beberapa karakteristik cerita yang bagus untuk bercerita oral. Contoh :
    1. dongeng rakyat bagus karena mereka dulunya diceritakan secara oral
    2. pilih sebuah cerita dengan awalan kuat yang akan dengan cepat menarik pendengar anda.
    3. Cerita harus mengandung aksi
    4. Ceriat harus berisi sedikit karakter
    5. Cerita harus memiliki klimaks yang jelas
    6. Cerita harus memiliki akhiran memuaskan
  3. bahas dengan peserta didik prosedur yang digunakan pencerita untuk mempersiapkan cerita. Mereka tidak harus menghapal cerita, namun lakukan langkah-langkah berikut :
    1. baca cerita seluruhnya selama tiga kali
    2. daftar secara mental runutan peristiwa dalam cerita
    3. baca kembali cerita, catat peristiwa yang terlupakan
    4. kembali lagi ke peristiwa utama dan tambahkan detil; lalu pikirkan tentang makna peristiwa
    5. ceritakan kisah di depan cermin
    6. latih dua atau tiga kali lagi; lalu coba mengunakan perubahan tekanan vokal untuk menunjukkan perubahan pada karakter
    7. gunakan perubahan postur atau gerak tangan untuk mewakili karakter berbeda
    8. gunakan jeda untuk memisahkan babak
  4. bahas dengan peserta didik bagaimana mereka mengenalkan cerita mereka; contoh :
    1. ajukan pertanyaan
    2. katakan mengapai anda memilih cerita tersebut
    3. katakan sesuatu yang menarik tentang penulis
    4. berikan informasi latar tentang suatu negara atau periode dalam sejarah
    5. tampilkan obyek terkait pada buku atau cerita
  5. minta peserta didik untuk melatih penceritaan merka satu sama lain dalam kelompok kecil. Ketika mereka merasa percaya diri, minta mereka untuk menceritakan kisah mereka pada sekelompok anak-anak lebih muda. (Pengajar peserta didik SD kelas bawah biasanya kooperatif, dan peserta didik lebih tua menikmati audiens yang perhatian dan menghargai.