Sabtu, 06 Januari 2024

STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA INDONESIA DALAM MOB PAPUA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang ditulis oleh Fitria Christin Lumban Gaol dengan judul “Struktur Frasa Verba Bahasa Indonesia Dalam Mob Melayu Papua Karya Hugo Warami” disusun guna memenuhi syarat menyelesaikan studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II untuk diuji.

Jayapura,   Oktober 2021

 

 

            Pembimbing I                                       Pembimbing II                                                                                                                                              

 

 

Drs. Barth B. kainakaimu, M.Hum

NIP 195903061 98902 1 002

Henry Ch. Iwong, S.Pd., M.Pd.

NIP 197809282 00604 1 004

 

 

 

 

Mengetahui,

 

Ketua Program Studi

Pendidikan dan Sastra Indonesia

 

 

 

 

Henry Ch. Iwong, S, Pd., M.Pd.

NIP 197809282 00604 1 004

 

LEMBAR PENGESEHAN

STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA INDONESIA DALAM MOB PAPUA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

 

Oleh:

 

FITRIA CHRISTIN LUMBAN GAOL

2017011014032

 

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan seni FKIP UNCEN, pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 16 September 2021

 

 

PANITIA PENGUJI

 

                    Ketua

 

 

 

 

Drs. Barth B. kainakaimu, M.Hum

NIP 195903061 98902 1 002

                     Sekertaris

 

 

 

 

  Henry Ch. Iwong, S, Pd., M.Pd.

NIP 197809282 00604 1 004

Tim Penguji :

 

1.  Dr. Roberth Masreng, M.Hum

      NIP 19620909199403 1 011

 

2. Dr. Yunus Wafom, S.Pd., M.Si

      NIP 1966607181996101001

 

 

3. Dra. Yemi Septiarti, M.Hum

      NIP 195809061987032001

 

 

 

………………………………….

 

 

 

..................................................

 

...................................................

 

 

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 

Motto:

 

            Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan”

                                                                                                (Amsal 21:5)

Dengan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan kepada:

1.      Tuhan sang pencipta yang telah memberikan kekuatan, hikmat dan pengetahuan.

2.      Mamaku tercinta, Yospina

3.      Bapakku terkasih, Matias MP Lumban Gaol

4.      Adik-adikku terayang, Fransiska Lumban Gaol, Putri Veronika Lumban Gaol, Hotmi Indah Lumban Gaol, dan Putra Hasian Lumban Gaol.

5.      Almamaterku kampus biru FKIP Universitas Cenderawasi



KATA PENGANTAR

 

            Puji dan syukur dihaturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena berkat dan anugerahNya, penulisan skripsi yang berjudul “Struktur Frasa Verba Bahasa Indonesia Dalam Mob Papua” ini dapat diselesaikan dengan baik.

            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa sajakah struktur frasa verba dalam mob, makna apa sajakah yang terkandung dalam bahasa Melayu Papua (mob), dan fungsi yang terkandung dalam mob Papua.

            Skripsi ini adalah salah satu syarat akademik pada tahap akhir dalam penyelesaian masa studi untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Cenderawasih.

            Penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan oleh penulis sendiri tanpa bantuan dari sejumlah pihak bahkan sarana dan prasarana yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya. Oleh karena itu, disampaikan rasa hormat dan terima kasih atas bimbingan, dorongan, bantuan, semangat dalam bentuk moral ataupun moril kepada semua pihak yang telah membantu.

            Ucapan terimakasih disampaikan kepada Drs. Bartholomeus B. Kainakaimu, M. Hum selaku dosen pembimbing I dan Henry Christope Iwong, S. Pd., M. Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulisan skripsi dengan penuh keramahan dan ketulusan dalam memberikan arahan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.

            Dekan FKIP dan semua staf di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih yang telah menerima peneliti sebagai mahasiswa FKIP dan membantu dalam menyelesaikan administrasi perkulihaan.

            Pimpinan di lingkungan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Henry Christope Iwong, S. Pd., M. Hum., selaku ketua program studi yang selalu membimbing dan membantu selalu membimbing dan membantu selama perkulihaan. Para dosen yang telah membekali dengan ilmu pengetahuan tentang bahasa dan sastra Indonesia selama perkulihaan dari semester satu hingga delapan.

            Ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada teman-teman seperjuangan PBSI Angkatan 2017 yang selalu berjalan bersama dalam lika-liku, suka maupun duka di masa perkulihaan dan perjungan semangat belajar bersama dalam ruang belajar PBSI

            Terspesial ucapan terima kasih kepada Ibu tercinta Yospina dan bapak terkasih Matias MP.  Lumban Gaol yang selalu memberikan kekuatan dan dukungan, baik moral maupun moril kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

            Selanjutnya kepada adik-adik tersayang  Fransiska Patricia Lumban Gaol, Putri Veronika Lumban Gaol, Hotmi Indah Lumban Gaol, dan Putra Hasian Lumban Gaol yang telah memberikan keceriaan, semangat dan dukungan baik moral maupun moril kepada penulis dalam menyelesaikan proses studi pada masa-masa perkulihaan.

            Ucapan terima kasih yang terakhir kepada sahabat-sahabat terkasih dan kerabat terdekat, Muhammad Iqra Lajanahu, Fransiskus Ama Kopong, Erna Irene Ibo, Muhammad Yasin, dan Aditya Chandra yang telah meluangkan waktu membantu penulis dalam masa perkulihaan serta motivasi dalam menyelesaikan studi pada proses perkulihaan.

            Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan, keterbatasan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan guna perbaikan skripsi ini.

            Akhir kata, doa dan harapan kiranya Tuhan Allah sumber berkat dan pertolongan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

 

                                                                                                            Jayapura,      2021

 

                                                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ......... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ......... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. ......... iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... ......... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. ......... vii

ABSTRAK....................................................................................................... ......... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah........................................................................................... 6

1.3  Tujuan Penelitian............................................................................................. 6

1.4  Manfaat Penelitian.......................................................................................... 7

1.5  Batasan Istilah................................................................................................. 7

1.6  Sitematika Peyanjian....................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1  Tinjauan Pustaka............................................................................................. 10

2.2  Landasan Teori................................................................................................ 10

2.2.1        Konsep Dasar Sintaksis........................................................................ 10

2.2.2        Konsep Frasa........................................................................................ 12

2.2.3        Analisis Frasa........................................................................................ 14

2.2.4        Frasa Verba........................................................................................... 16

2.2.5        Struktur Frasa Verba............................................................................ 17

2.2.6        Penyusunan Frasa Verba...................................................................... 18

2.2.6.1  Penyusunan Frasa Verba Koordinatif.............................................. 18

2.2.6.2  Penyusunan Frasa Verba Subordinatif............................................ 19

2.3  Konsep Mob.................................................................................................... 21

2.3.1        Mob Papua............................................................................................ 22

2.3.2        Ciri Mob............................................................................................... 24

2.3.3        Fungsi Mob........................................................................................... 26

2.3.4        Jenis- Jenis Mob.................................................................................... 28

2.4  Bahasa Melayu Papua..................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1  Jenis Dan Pendekatan Penelitian..................................................................... 31

3.2  Metode Penelitian........................................................................................... 32

3.3  Data Dan Sumber Data Penelitian.................................................................. 32

3.3.1        Sumber Data ........................................................................................ 32

3.3.2        Data...................................................................................................... 33

3.3.3        Teknik Pengumpulan Data................................................................... 33

3.3.4        Teknik Analisis Data............................................................................ 33

BAB IV PEMBAHASAN

4.1  Struktur Frasa Verba Bahasa Melayu Papua Dalam Mob............................... 35

4.2  Makna Frasa Verba Bahasa Melayu Papua Dalam Mob................................. 47

4.3  Fungsi Cerita Humor Mob Papua.................................................................... 64

BAB V PENUTUP

5.1  Kesimpulan...................................................................................................... 65

5.2  Saran................................................................................................................ 77

5.3  Daftar pustaka................................................................................................. 78

 


ABSTRAK

STRUKTUR FRASA VERBA DALAM MOB PAPUA

(Analisis Bentuk, Makna, dan Fungsi)

Fitria Christin Lumban Gaol, 20170111014032. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Cenderawasih 2021

            Frasa verba merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya. Penelitian tentang kajian frasa verba dalam cerita mob Papua, mulai dari analisis bentuk, makna, dan fungsi. Adapun permasalahan yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah, 1) Bagaimana struktur frasa verba dalam mob Papua. (2) Bagaimana makna frasa verba yang terkandung dalam bahasa Melayu Papua. (3) Bagaimana fungsi yang terkandung dalam mob.

            Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob, mendeskripsikan makna bahasa Melayu Papua, dan fungsi yang terkandung dalam mob Papua. Penyedia data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu buku mob Papua “Mob Melayu Papua” karya Hugo Warami, (2009), dengan metode membaca dengan lanjutan berupa teknik catat. Data tersebut dipilih dan dipilah, selanjutnya di transkip dalam bentuk tulis. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif - kualitatif. Hasil penelitian ini adalah struktur frasa verba dalam mob, mendeskripsikan makna bahasa Melayu Papua, mendeskripsikan fungsi yang terkandung dalam Mob Papua.

 

 

 

 

 

 

ABSTRACT

STRUCTURE OF VERB PHRASES IN PAPUAN MOB

(Analysis of Form, Meaning, and Function)

Fitria Christin Lumban Gaol, 20170111014032. Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of Language and Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education, Cenderawasih University 2021

            A verb phrase is a unit of language formed from two or more words with verbs at its core. Research on the study of verb phrases in Papuan mob stories, ranging from analysis of form, meaning, and function. The problems to be examined in this study are, 1) How the structure of verb phrases in papuan mobs. (2) What is the meaning of the verb phrase contained in the Malay language of Papua. (3) How is the function contained in the mob.

            This study aims to describe the form of Papuan Malay verb phrases in mobs, describe the meaning of Papuan Malay language, and the functions contained in papuan mobs. The data provider in this study is the primary data namely the Papuan mob book"Mob Melayu Papua" by Hugo Warami, (2009), with advanced reading methods in the form of recording techniques. The data is selected and sorted, then in transkip in written form. Analysis of the data in this study using descriptive - qualitative methods. The result of this study is the structure of verb phrases in mobs, describing the meaning of Malay Papuan language, describing the functions contained in the Papua Mob.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

            Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan sosialisasi atau beinteraksi sosial. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan pendapat, perasaan keinginan, dan lain-lain. Dengan bahasa, manusia dapat pula membina persatuan dan kesatuan. Namun, karena bahasa pulalah persatuan dapat dipecah belah.

            Aspek kehidupan sosial, bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang sangat vital dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dimasyarakat. Kita sering dihadapakan dengan masalah-masalah sosial perbedaan suku, ras, golongan, dan agama sering menjadi pemicu terjadinya pertikaian ataupun hanya karena kesalahpahaman semata (Sugiartha:2012). Namun, masalah-masalah tersebut dapat di selesaikan melalui media bahasa.

            Bahasa Indonesia ragam Melayu Papua merupakan salah satu variasi bahasa Melayu yang digunakan sebagai ragam utama dalam komunikasi antaretnis di Tanah Papua. Sebagai bahasa yang menjembatani proses komunikasi antaretnis dan budaya di Tanah Papua, Bahasa Melayu Papua telah digunakan di Tanah Papua. Bahkan dapat dikatakan diseluruh Tanah Papua, masyarakat lebih mengenal bahasa Melayu Papua. Salah satu bentuk penggunaan bahasa Melayu Papua di antara bentuk penggunaan bahasa Melayu Papua itu berupa Mob, baik bersifat lisan maupun tulisan. Mob berisikan cerita humor yang disampaikan kepada pendengar atau khalayaknya.  Mokoagouw (2010) menyebutkan bahwa Mob sebagai wacana humor khas Papua yang umumnya berkisah menyindir, sekaligus menertawakan berbagai kisah seputar orang Papua dari berbagai macam etnis, kelompok usia, status ekonomi, dan status pekerjaan. Selain itu, Mob juga tidak sekedar menyindir aspek-aspek sosial dan aspek politik tetapi juga aspek keagamaan.

            Mob Papua merupakan salah satu tradisi orang Papua yang berjalan sejak jaman dahulu kala. Asal-muasal mob tidak diketahui secara jelas, kapan periode pemunculannya. Ada pandangan bahwa mob diperkenalkan kepada masyarakat Papua oleh bangsa Belanda saat zaman kedudukannya di Indonesia, khususnya di Papua. Istilah mob diambil dari istilah april mob atau lelucon april yang saat itu dirayakan serentak di dunia internasional setiap tanggal 1 April setiap bulannya. Akan tetapi asal-muasalnya belum jelas sampai saat ini. Tetapi bagi masyarakat Papua mob sudah sangat akrab, berkembang luas dan diterima disemua kalangan. Karena penetrasi mob tidak hanya terbatas pada salah satu suku saja, melainkan juga sampai ke seluruh suku di wilayah Papua. Dahulunya mob dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi tradisional karena menggunakan media tradisional yakni, komunikasi tatap muka dan berlangsung secara sederhana. Di mana media yang digunakan akrab dengan khalayak masyarakat Papua, segera tersedia, tidak menggunakan biaya, dan disenangi baik pria maupun wanita dari berbagai kelompok umur. Dapat dikatakan sebagai komunikasi tradisional karena pada awalnya mob disebarluaskan hanya dari mulut ke mulut. Dimulai dari kerumunan orang, sekelompok orang yang duduk, kemudian salah satu berdiri dan mulai bercerita yang lucu, disambut dengan galak tawa yang mendengarkan. Kemudian, yang memulai itu duduk kembali, lalu seorang yang lain mulai berdiri dan menceritakan hal lucunya lainnya, demikian sambung menyambung seterusnya. 

            Mob umumnya berisikan asosiasi fungsi tertentu, yang dapat menyebabkan kegeliaan yang mampu menggelitik hati, sehingga dapat dituangkan melalui berbagai ekspresi verbal dengan menggunakan berbagai jenis diksi, dan kalimat, sehingga penuturan mob selalu merajuk pada hal praktis seperti praktik penggunaan bahasa secara konkret diseluruh elemen masyarakat, dan dapat menjadi interaksi sosial yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat yang mendiami Pulau Papua. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk memaparkan tentang penggunaan frase verba Bahasa Indonesia melalui kajian sintaksis. Data yang dapat dikaji berupa, strukur frasa verba dalam mob bahasa Melayu Papua yang diperoleh dari kumpulan wacana “Mob Melayu Papua” karya Hugo Warami. Hasil kajian ini, dapat menunjukan bahwa, analisis frasa verba sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep berbahasa terutama bahasa Indonesia. Beberapa frasa verba berkaitan erat dengan bentuk dan makna, serta mendeskripsikan fungsi pada mob Papua.

            Frasa merupakan salah satu satuan linguistik yang cukup menarik untuk diteliti. Frasa merupakan satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa dapat dikatakan sebagai kumpulan kata nonpredikat yang artinya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat dan hanya memiliki satu satuan gramatikal. Frasa memiliki beberapa ciri, yaitu frasa terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukan nya, menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat mengandung satu kesatuan gramatikal, dan berisifat nonpredikat.

            Frasa verba merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya. Jenis frasa verba dilihat dari kontruksinya, terdiri atas verba inti dengan kata yang lain yang bertindak sebagai penambah arti verba tersebut. Penelitan tentang kajian frasa verba dalam cerita mob Papua, khususnya terhadap kajian sintaksis.  Namun, hingga saat ini kajian sintaksis yang lebih mendalam belum banyak dilakukan, terutama kajian frasa baik frasa nominal, frasa verba, frasa adjektival, dan frasa lainnya. Di antara frasa-frasa tersebut penelitian tentang frasa verba dirasakan masih kurang mendalam, hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti frasa verba dan fungsinya dalam cerita mob Papua

            Berikut merupakan salah satu contoh cerita mob Papua yang menggunakan bahasa Melayu Papua yang selanjutnya akan dikaji dari sisi bentuk, makna dalam frasa verba dan fungsi yang terkandung dalam cerita humor mob Papua.

Naik ojek

Mace ni biasa nae-nae ojek to……….. biasa

angkutan umum jalan dan gang ka ini. Satu kali

begini mace nae ojek baru tanya sama tukang ojek

begini: “pace, ko bisa angkat ban depan ka?”. tukang

ojek bilang begini: “bisa barang apa jadi”. mace langsung

angkat swara sudah mo: “coba ko angkat!, sa mo lihat”.

jadi pas tukang ojek de angkat ban depan ka

“stending”, mace langsung bataria: “anjonjeng,

anjonjeng, suanggi ko bunuh paceh yang di rumah ka?, biar

sa kawin dengan tukang ojek ni”. he…he ….he……,

sopan e……

                                               

            Pada cerita humor mob Papua diatas dapat dipaparkan bentuk dan makna dari frasa verba sebagai berikut:

(1)   Nae ojek Bahasa Melayu Papua (Naik Ojek) berbentuk V+N. (2) memiliki makna gramatikal ‘alat’, dapat disusun karena unsur pertama barkategori verba yang memiliki komponen makna (+tindakan), sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang memiliki komponen makna (+alat).  (2) Angkat Swara bahasa Melayu Papua (Berbicara) berstruktur V memiliki makna gramatikal ‘keadaan’  unsur berkategori verba yang merupakan anggota dari satu medan makna dan memiliki makna gramatikal. (3) Fungsi yang terdapat dalam cerita humor “Naik Ojek” adalah memberi efek positif berupa hiburan. Selain itu fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adalah memberi peringatan kepada pembaca dan pendengar agar selalu berhati-hati dalam berbicara.

 

            Berdasarkan paparan diatas, dilakukan penelitian dengan judul Struktur Frase Verba Dalam Mob Papua. Fokus penelitian ini, yaitu kajian bentuk dan makna frasa verba dan fungsi dalam cerita Mob Papua yang ada dalam kehidupan masyarakat Papua yang juga merupakan salah satu budaya sastra masyarakat Papua. Selain mendapatkan gambaran tentang bentuk dan makna frasa verba dan fungsi dalam cerita mob Papua, penelitian ini juga dapat menjadi acuan dan bahan penelitian bagi penelitan-penelitian berikutnya.

1.2    Rumusan Masalah

                Rumusan masalah merupakan uraian tentang masalah-masalah yang dipecahkan melalui penelitian (Mahsun, 2007: 40). Rumusan masalah tidak terlepas dari latar belakang yang kemudian diatasi dalam rumusan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.      Bagaimana bentuk frasa verba dalam Mob Papua?

2.      Bagaimana makna frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob?

3.      Apa sajakah fungsi yang terdapat dalam Mob Papua?

 

1.3    Tujuan Penelitian

            Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

            Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh struktur frasa verba Mob Papua dalam kajian bentuk dan makna frasa verba bahasa Melayu Papua, dan fungsi yang terkandung dalam mob Papua.

1.3.2        Tujuan Khusus

            Berdasarkan tujuan umum diatas, maka tujuan khusus yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Mendeskripsikan bentuk frasa verba dalam cerita Mob Papua.

2.      Mendeskripsikan makna frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob Papua.

3.      Menjelaskan fungsi yang terkandung dalam cerita Mob Papua.

 

1.4      Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini sebagai berikut.

1.      Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam usaha pengembangan kajian sintaksis dalam cerita Mob Papua sehingga memperkaya kajian dalam cerita Mob Papua, khususnya yang berhubungan dengan struktur frasa verba dalam cerita Mob Papua.

2.      Secara praktis peneltian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang bahasa. Selain itu, di harapakan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain, yang ingin meneliti dalam bidang bahasa dan bermanfaat bagi para pengajar dan pembaca.

 

1.5      Batasan Istilah

            Penelitian ini berjudul “Struktur Frasa Verba Dalam Mob Papua: Kajian Bentuk, Makna dan Fungsi” Judul penelitian tersebut memerlukan batasan istilah sehingga jelas dan tidak mengaburkan, yaitu:

1)      Frasa verba merupakan satuan Bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya. Jenis frasa verba dilihat dari kontruksinya, terdiri atas verba inti dengan kata lain yang bertindak sebagai penambah arti verba tersebut.

2)      Penyusunan bentuk dan makna frasa verba ialah frasa verba mengisi atau menduduki fungsi predikat pada sebuah klausa, yang dilihat dari kedudukan di antara kedua unsur pembentuknya. Unsur pembentuknya dibedakan adanya frasa verba koordinatif (FVK) dan frasa verba subordinatif (FVS).

3)      Mob papua adalah cerita lucu yang berasal dari Papua yang menggunakan bahasa Melayu Papua yang dapat membuat orang terhibur. Mob juga memiliki fungsi yang dijadikan sebagai acuan sarana protes sosial, sebagai sarana hiburan, dan sebagai media memperbaiki akhlak atau moral.

Dengan demikian yang di maksud dengan judul skripsi ini adalah struktur frasa verba yang terdapat dalam mob.

 

1.6      Sistematika Penyajian

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu

Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II Kajian Pustaka membahas tentang kajian teori, konsep dasar sintaksis, konsep frasa, analisis frasa, frasa verba, struktur frasa verba, penyusunan frasa verba, penyusunan frasa verba koodinatif, penyusunan frasa verba subordinatif, konsep mob, mob Papua, ciri mob, fungsi mob, jenis-jenis mob, dan bahasa Melayu Papua.

Bab III Metode Penlitian memaparkan jenis dan pendekatan penelitian, metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan menjelaskan tentang struktur frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob, menjelaskan makna frasa verba Melayu Papua dalam mob, menjelaskan fungsi yang terkandung dalam mob Papua.

Bab V Penutup meliputi, kesimpulan dan saran.


 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1    Tinjauan Pustaka

            Dalam tinjauan pustaka berisikan paparan tentang hasil-hasil yang pernah dilakukan oleh peneliti lain atau para ahli sebelumnya. Melalui kajian pustaka ini dapat diketahui keaslian dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Berikut ini adalah kajian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini adalah.

            Penelitian tentang humor Papua pernah dilakukan oleh Henry. Ch Iwong. (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Perubahan Makna Wacana Mob (humor) Bahasa Melayu Papua (kajian semantik). Pernah juga dilakukan oleh Aleda Mawene dengan judul “Wacana Mob Bahasa Melayu Papua Sebagai Ilustrasi Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Papua”.

            Berdasarkan beberapa penelitian diatas terdapat penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat pada objek kajian dan teori yang yang digunakan dalam penerapannya terhadap objek kajian penelitian. Objek kajian penelitian ini yaitu struktur frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob Papua.

2.2    Landasan Teori

2.2.1        Konsep Dasar Sintaksis

            Istilah sintaksis diambil dari bahasa Belanda Syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah Syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995: 21). Ramlan (1995) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia ‘Sintaksis’ mengatakan bahwa kalimat ialah satuan gramatika yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik, ada yang terdiri atas unsur klausa, dan ada yang terdiri atas unsur bukan klausa. Selanjutnya, beliau menyebutkan bahwa klausa itu adalah satuan gramatika yang terdiri dari S dan P baik disertai O, PEL, dan 14 KET ataupun tidak. Unsur inti klausa ialah S dan P. Sedangkan frasa ialah satuan gramatika yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.

            Ada beberapa pendapat atau pandangan yang telah dikemukakan para ahli berkaitan dengan definisi kata sintaksis tersebut. Venhar (1993:70) mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan kata tattein yang berarti menempatkan. Makna kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau kalimat. Namun secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai  ilmu tentang seni merangkai  kalimat sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Para ahli bahasa menerjemahkan kata sintaksis dengan beraneka ragam. Masing-masing ahli tidak memiliki kesamaan pandangan dalam mendefinisikan kata sintaksis tersebut. Mereka menerjemahkan menurut sudut pandang masing-masing. Hal ini sebagaimana yang dapat dilihat berikut:

1)       Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata (frasa) dalam satuan dasar, yaitu kalimat (Verhaar, 1982:70).

2)      Sintaksis adalah studi tentang kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, frasa, dan kalimat (Moelino, 1976:103).

3)      Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa (Taringan, 1983:4).

4)      Sintaksis berarti bagian dari tata bahasa yang mempelajari atau membicarakan dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai (Keraf, 1984: 137).

5)      Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata atau morfem(Ramlan, 1987: 21).

 

2.2.2        Konsep Frasa

            Kata frasa atau frase berasal dari bahasa Inggris phrase, yang berarti kelompok kata. Arti kata ini masih perlu dijelaskan lebih jauh, sebab kelompok  kata sangat luas yakni bisa terdiri atas satu kata, dua kata, tiga kata atau lebih. Karena itu, sudah banyak ahli bahasa berusaha membuat berbagi definisi yang pada intinya membahas masalah kelompok kata dan fungsi yang di duduki kelompok kata itu dalam kalimat. Dengan demikian, frasa selalu dikaitkan dengan fungsi bagian-bagian, yang tidak melebihi dua fungsi atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (Kridalaksana, 1993).

            Hubungan dalam satu fungsi berarti perwujudan satu kata atau lebih yang menduduki salah satu fungsi dalam kalimat, yaitu entah fungsi predikat (P) sebagai unsur inti dari klausa ataupun fungsi-fungsi lain seperti objek (O), pelengkap (PI), dan keterangan kalimat (K). Frasa yang melebihi satu fungsi hanya terdapat pada frasa yang terdiri atas verba transitif objek atau verba keterangan, yang akan dibahas kemudian.

            Berdasarkan penjelasan diatas, definisi frasa adalah hubungan kata dengan kata atau kata dengan unsur-unsur suprasegmental dan situasi, yang tidak melebihi batas fungsi S dan P. Dengan demikian, frasa merupakan kumpulan kata, yakni kata dengan kata, kata dengan unsur-unsur suprasegmental dan situasi, yang merupakan bagian yang tidak atau belum kengkap dalam satu tuturan yang labih luas. Contoh: Bulan dan bintang, Dapat diuraikan, Lembah baliem yang dingin itu

            Semua frasa diatas dapat menduduki salah satu fungsi dalam kalimat. Tetapi, ada juga kelompok kata yang sebetulnya menduduki dua fungsi, namun masih disebut frasa karena bukan subjek atau predikat, melainkan fungsi P – O atau P – K.

-          Menggali parit                                                                  

-          pergi ke kali

-          Menghafal pancasila                                                        

-          datang dari kebun

            Hubungan seperti itu hanya bisa terjadi pada kelompok kata yang didahului oleh verba tansitif, atau semi transitif atau kata keterangan lainnya. Dengan demikian, dalam frasa yang dipentingkan adalah tidak menduduki hubungan S-P, yang merupakan inti klausa dan kalimat. Sebagai penjelasan tambahan tentang pengertian frasa, yaitu pada salah satu bentuk yang mirip dengan frasa tetapi tidak dikelompokkan sebagai frasa. Bentuk itu adalah kompositum atau kata majemuk.

 

2.2.3        Analisis Frasa

            Analisis frasa dalam bagian ini ialah bahasan tentang struktur frasa dari segi fungsi bagian-bagian dan kategori kata yang mengisi bagian-bagian itu. Hal ini sangat perlu mengingat pemahaman tentang frasa bahasa Indonesia belum sama dan bahkan sampai saat ini masih banyak pendapat yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh banyak hal, namun hal-hal atau faktor-faktor yang sangat dominan ialah analisis struktur frasa bahasa Indonesia yang dikaji dari pemahaman yang berbeda-beda dan aliran-aliran dari kebahasaan yang mendasari kajian-kajian itu. Karena itu pada kajian ini akan dijelaskan prinsip dasar dari teori yang berhubungan dengan frasa dalam linguistik. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasan berikut ini akan difokuskan pada dua hal, masing-masing analisis hubungan dan fungsi-fungsi unsur-unsur pembentukan frasa dan analisis kategori pengisi unsur-unsur tersebut.

          Didalam pengajaran tata bahasa lama, sering kita dengar adanya berbagai hukum. Antara lain hukum Diterangkan–Menerangkan (DM) yang sangat mendasar dan mendalam. Masalah DM sebetulnya adalah kajian hubungan fungsi-fungsi struktur frasa.  Analisis kategori pengisi fungsi-fungsi frasa belum banyak disinggung oleh guru bahasa Indonesia.  Demikian halnya analisis bentuk-bentuk yang lebih rinci.

            Penganut aliran tata bahasa modern tidak lagi menggunakan istilah hukum, karena terdapat adanya kesan bahwa kata hukum merupakan istilah eksata yang tidak sesuai dengan ilmu linguistik. Bahasa senantiasa berkembang terus, sehingga sangat besar kemungkinan, hukum yang ada bisa saja jatuh atau tidak benar lagi. Berdasarkan pertimbangan tersebut istilah, DM dalam bahasa Indonesia secara perlahan-lahan mulai pudar dan tidak dipakai lagi dalam pengajaran bahasa.

            Alasan lain yang mendasari tidak dipakai lagi hukum DM ialah kenyataan bahasa, yakni struktur frasa yang ada dalam bahasa Indonesia tidak saja terdapat bagian-bagian yang saling menerangkan. Misalnya, frasa adik dan kakak termasuk struktur diterangkan dan menerangkan? Belum lagi frasa-frasa yang memiliki struktur seperti: mengirim barang, di rumah mewah itu, suami dan isteri, waktu itu.      

            Frasa-frasa tersebut tidak dapat dijelaskan bagian mana yang menduduki fungsi diterangkan dan mana yang menerangkan. Itulah salah satu kelemahan

analisis struktur farasa dengan tinjauan berdasarkan hukum DM.

2.2.4        Frasa Verba

            Tarigan (1986: 59) mengatakan frasa verba adalah frasa modifikatif yang hulunya berupa verba atau kata kerja. Ramlan (1995: 168) mengatakan frasa verba adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba.

             Kridalaksana (1988: 93) mengatakan frasa verba ialah frasa yang terjadi dari verba sebagai induk dengan verba, atau kata berkelas kata lain, yaitu adverbia, atau frasa preposisional, sebagai modifikator.

             Moeliono (1988: 127) mengatakan frasa verba ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.

             Alwi, dkk. (2000: 157) dalam bukunya Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia membedakan frasa verba menjadi dua yaitu frasa verba endosentrik atributif dan frasa verba endosentrik koordinatif. Frasa verbalyang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas (modifier) yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pewatas belakang (misalnya,‘harus menjunjung’). Frasa verba endosentrik koordinatif sangatlah sederhana, yakni dua verba yang dihubungkan dengan memakai kata penghubung ‘dan’ atau ‘atau’, sebagai verba dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan atau belakang (misalnya, ‘tertawa atau marah’). Sedangkan, dari segi fungsinya dalam kalimat, frasa verba dapat menduduki fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

            Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa verba ialah frasa yang intinya kata kerja (verba) atau frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata kerja. Persamaan distribusi ini dapat diketahui dengan jelas dalam kalimat berikut ini. (1) Allah akan menguji keimanan hamba-Nya dalam menghadapi perkara itu. (2) Allah menguji keimanan hamba-Nya dalam menghadapi perkara itu.

             Frasa ‘akan menguji’ dalam kalimat (3) mempunyai distribusi yang sama dengan kata ‘menguji’. Kata ‘menguji’ termasuk golongan verba, karena itu frasa verbal ‘akan menguji’ termasuk golongan verba.

 

2.2.5        Struktur Frasa Verba

                Berdasarkan strukturnya, frasa verba tergolong dalam frasa verba endosentrik yang dibagi lagi atas (a) frasa verba endosentrik atributif dan (b) frasa verbal endosentrik koordinatif. Frasa verba yang endosentrik atributif terdiri atas inti verba dan pewatas yang ditempatkan di muka atau di belakang verba inti. Di muka dinamakan pewatas depan dan yang di belakang dinamakan pawatas belakang. Salah satu kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas depan adalah akan, harus, dapat, boleh, suka, ingin, dan mau. Konstruksi seperti akan membaik, akan mendarat, tidak harus pergi, merupakan contoh frasa verba endosentrik atributif.

            Sedangkan wujud frasa verba sangat sederhana, yakni dua verba yang digabungkan dengan memakai kata penghubung dan, atau . Sebagai verba bentuk itu juga dapat didahului atau diikuti oleh pewatas depan atau pewatas belakang. Perhatikan contoh berikut.

-          Mereka menangisi dan meratapi nasibnya.

-          Dia tidak akan mengakui atau mengingkari perbuatannya.

            Pewatas depan dan belakang pada frasa verba koordinatif seperti ini memberi keterangan tambahan pada kedua verba yang bersangkutan dan bukan pada verba yang pertama saja. Dengan demikian, maka pada kalimat  pewatas ‘tidak akan’ memberi keterangan tambahan pada ‘mengakui dan mengingkari’, bukan pada ‘mengakui’ saja.

 

2.2.6        Penyusunan Frasa Verba (FVK)

            Frase verba adalah frase yang mengisi atau menduduki fungsi predikat pada sebuah klausa. Dilihat dari kedudukan di antara kedua kedua unsur pembentuknya dibedakan adanya frasa verba koodinatif (FVK) dan frase verba subordinatif (FVS).

 

2.2.6.1  Penyusunan Frasa Verba Koordinatif (FVK)

Frasa verba koordinatif dapat disusun dari:

(1)   Dua buah kata berkategori verba yang merupakan anggota dari antonym relasional, dan memiiki makna gramatikal ‘menggabungkan’ sehingga di antara keduanya dapat disisipkan kata dan. Contoh : tambah kurang, jual beli, mundur maju.

(2)   Dua buah kata berkategori verba yang merupakan anggota dari satu medan makna dan memiliki makna gramatikal ‘menggabungkan’ sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Contoh: makan minum, usap raba, dengar lihat.

2.2.6.2  Penyusunan Frasa Verba Subordinatif (FVS)

Frasa verba subordinatif dapat disusun dari Adv+V, V+Adv, V+N, dan V+A.

(1)   FVS yang Berstruktur Adv + V

FVS yang berstruktur Adv+V memiliki makna gramatikal: ingkar, frekuensi, kuantis, waktu (kala), keinginan, keselesaian, keharusan, kepastian, dan pembatasan.

Penyusunannya adalah sebagai berikut:

a)       FVS yang berstruktur Adv+V dan bermakna gramatikal ‘ingkar’ dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna (+ingkat) atau (+ negasi sedangkat unsur kedua berkategori verba.

b)      FVS yang berstruktur Adv +V dan bermakna gramatikal ‘frekuensi’ dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna (+frekuensi), sedangkan unsur kedua berkategori verba.

c)      FVS yang berstruktur Adv+V dan bermakna gramatikal ‘kuantitas’ dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna (+kuantitas), sedangkan unsur kedua berkategori verba.

d)     FVS berstruktur Adv+V dan bermakna gramatikal ‘waktu’ dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna (+waktu), sedangkan unsur kedua berakategori verba.

e)      FVS yang berstruktur Adv+V dan bermakna gramatikal ‘keinginan’ dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkomponen makna (+ingin), sedangkan unsur kedua berategori verba.

 

 

(2)   FVS yang Berstruktur V + Adv

            FVS yang berstrutur V + Adv memiiki makna gramatikal; berulang dan ikut serta. Aturannya penyusunanny adalah sebagai berikut:

a)       FVS yang berstruktur V + Adv dan bermakna gramatikal ‘berulang’ dapat disusun apabila unsur pertamanya beraketogori V, dan unsur keduanya berkategori adverbial yang memiliki komponen makna (+berulang).

(3)    FVS yang Berstruktur V + N

            FVS yang berstruktur V + N memiliki makna gramatikal ‘alat’ dapat disusun apabila unsur pertama berkategori verba yang memiliki komponen makna (+tindakan) atau (+perbuatan), sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang memiliki komponen makna (+alat).

(4)   FVS yang Berstruktur V + Adj

            FVS yang berstruktur V + A memiliki makna gramatikal ‘keadaab’ atau ‘sifat’ dapat di susun apabila unsur pertama berkategori verba yang memiliki komponen makna (+tindakan) atau (+perbuatan), sedangan unsur kedua berkategori ajektifa yang memiliki komponen makna (+keadaan) atau (+sifat).

(5)   Frasa Verba Bermakna Idiomatik

            Ada sejumlah FVS berstruktur V + N yang bukan bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatkal. Contoh: makan tangan, mandi keringat dan menjual gigi

(6)   Perluasaan Frasa Verba

            Frasa verba baik FVK maupun FVS, dapat diperluas sesuai dengan keperluan, terutama dengan unsur di sebelah kiri. Yaitu dengan adverbial yang menyampaikan konsep-konsep makna ‘ingkar’, ‘frekuensi’, ‘waktu’,’pembatasan’, dan sebgaianya. Contoh: tidak mau dating, sudah akan dating, tidak hanya makan, belum tentu akan hadir.

 

2.3      Konsep Mob

            Mob merupakan stand up comedy versi Papua. Mob merupakan sarana bercanda dan melepas lelah di kalangan orang Papua yang menimbulkan kelucuan untuk menghibur sesama. Mob secara umum memilki kesamaan dengan cerita anekdot. Cerita anekdot merupakan cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan memilki maksud mengkritik sama halnya dengan mob. Anekdot adalah cerita lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan mempunyai maksud untuk melakukan kritikan. Anekdot biasanya bertopik tentang layanan publik, politik, lingkungan, dan sosial. Tidak hanya itu berbentuk cerita, teks anekdot juga dapat berbentuk dialog singkat antara dua tokoh. Cerita anekdot selain memberikan kesan humor, juga dapat membuat amanat atau pesan moral ataupun kebenaran secara umum. Cerita anekdot dan cerita mob Papua memiliki banyak kesamaan, sama-sama memberikan kesan lucu bagi para pembaca ataupun pendengar.

 

 

2.3.1        Mob Papua

            Mob Papua merupakan sebuah bentuk komunikasi yang sifatnya kelompok yang lebih berisi pada penyampain humor-humor yang tentunya memiliki tujuan untuk menghibur kerumunan orang-orang yang hadir dan menedengarkan mob tersebut. Secara teknis, seseorang akan berbicara tentang sesuatu yang sifatnya humor dan lelucon yang tentu saja akan di tanggapi oleh orang lainnya dan akhirnya masing-masing saling bergantian untuk menyampaikn humor atau cerita lucunya.

            Sebagai sebuah bentuk kegiatan atau proses komunikasi, menarik untuk melihat mob, karena mob ternyata bisa menjadi sarana untuk mengidentifikasi indentitas kesukuan dari masyarakat Papua. Selain itu mob bukan sekedar penyampaian humor semata, melainkan memiliki fungsi-fungsi yang lebih variatif. Fungsi ini sendiri yang akhirnya dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain mengingat begitu mudahnya mob ini diterima oleh sebagian besar kalangan masyarakat Papua. Tentu saja harapannya melalui medium yang diterima oleh sebagian besar masyarakat, maka pesan juga akan lebih mudah tersampaiakan.

            Mob berisikan cerita humor yang disampaikan kepada pendengar atau khalayaknya. Mokoagouw 

(2010) menyebutkan mob sebagai wacana humor khas Papua yang umumnya berkisah menyindir, sekaligus menertawakan sebagai kisah sepitar orang Papua dari berbagai macam etnis, kelompok usia, status ekonomi, dan status pekerjaan. Mob juga tidak sekedar menyindir aspek-aspek sosial politik, tetapi juga aspek keagamaan. Mob sebagai budaya Papua merupakan tradisi lisan tetapi didorong perkembangn teknologi informasi dan komunikasi, maka mob sendiri juga berkembang secara luas melalui media seperti HP (SMS, whatsap, Instagram, Facebook) radio, televisi, bahkan diunggah ke media sosial berbasis internet.

            Mob merupakan salah satu tradisi orang Papua yang berjalan sejak jaman dahulu kala. Asal-muasal mob tidak diketahui secara jelas, kapan periode pemunculannya. Ada pandangan bahwa mob diperkenalkan kepada masyarakat Papua oleh Bangsa Belanda saat zaman kedudukanNya di Indonesia, khusunya di Papua. Istilah mob diambil dari istilah April mob atau lelucon April yang saat itu dirayakan serentak di dunia Internasional setiap tanggal 1 April setiap bulannya. Akan tetapi asal-muasalnya belum jelas sampai saat ini. Tetapi bagi masyarakat Papua mob sudah sangat akrab, berkembang luas dan diterima disemua kalangan. Karena penetrasi mob tidak hanya terbatas pada salah satu suku saja, meainkan juga sampai ke seluruh suku di wilayah Papua. Dahulunya mob menggunakan bahasa tradisional masing-masing suku, sejalan dengan berubahnya zaman, maka mob menggunakan bahasa Indonesia. Mob dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk komunikasi tradisional karena menggunkan media tradisional yakni komunikasi tatap muka dan berlangsung secara sederhana. Di mana media yang digunakan akrab dengan khalayak masyarakat Papua, segera tersedia, tidak menggunakan biaya, dan disenangin baik pria maupun wanita dari berbagai kelompok umur. Dapat dikatakan sebagai komunikasi karena pada awalnya mob disebarluaskan hanya dari mulut ke mulut. Dimulai dari kerumunan orang, sekelompok orang yang duduk, kemudian salah satu berdiri dan dimulai bercerita yang lucu, disambut dengan gelak tawa yang mendengarkan. Kemudian, yang memulai itu duduk kembali, lalu seorang yang lain mulai berdiri dan menceritakan hal lucu lainnya, demikian sambung menyambung seterusnya.

            Mob sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat Papua, sehingga pada umumnya orang Papua sering menuturkan mob dengan menggunakan bahasa Melayu Papua, sebagai sarana untuk menuturkan mob. Pada umumnya mob berisikan asosiasi makna tertentu, yang dapat menyebabkan kegelian yang mampu menggelitik hati, sehingga dapat dituangkan melalui berbagai ekspresi verbal dengan menggukan berbagai jenis diksi, dan kalimat, sehingga penuturan mob selalu merujuk pada hal praktis seperti praktik penggunaan bahasa secara konkret di seluruh elemen masyarakat, dan dapat menjadi interaksi sosial yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat yang mendiami pulau Papua.

 

2.3.2        Ciri Mob

            Mob akan menimbulkan tawa bagi pendengarnya jika mempunyai sifat-sifat, yaitu (1) mengandung kejutan, yaitu perubahan dalam lakuan secara tiba-tiba dan tidak terduga sehingga lanjutan ceritanya tidak sesuai dengan pembaca, (2) dapat mengecoh orang, yaitu daya terutama dengan cara-cara yang kurang baik, (3) melanggar tabu, yakni mengungkapkan kata-kata yang dianggap tidak senonoh oleh masyarakatnya, seperti yang berhubungan dengan seks, (4) menampilkan yang aneh-aneh karena tidak biasa, (5) tidak masuk akal dan tidak logis, (6) kontradiktif dengan kenyataan, (7) mengandung kenakalan yang menganggu orang lain, dan (8) mempunyai arti ganda bagi suatu kata yang sama, yang biasanya terjadi pada mob teka-teki yang bersifat permainan kata (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1997:497)

            Selain itu mob juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) berbentuk lisan dan tulisan; mob berbentuk lisan karena mob merupakan suatu tuturan yang dilakukan dari mulut ke mulut, sedangkan berbentuk tulisan yaitu berupa tulisan yang sudah ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan; (2) merupakan milik bersama biasanya tidak ada pembawa mob yang mengakui bahwa apa yang dibawakannya itu adalah hasil ciptaannya sendiri sehingga suatu mob akan menjadi popular apabila dianggap menjadi milik bersama; (3) actual dengan kejadian masyarakat tertentu artinya, suatu mob menjadi menarik karena sifat actual pada suatu masa serta mempunyai hubungan dengan kejadian dalam suatu masyarakat; (4) spontan dan polos, yaitu perbuatan yang di lakukan tanpa dipikir atau direncanakan lebih dahulu secara apa adanya, dan (5) mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat; mob dalam masyarakat sering difungsikan sebagai penyampai pesan, pencair suasana, dll.

 

2.3.3        Fungsi Mob

            Mob sebagai bentuk aktivitas berkomunikasi yang sangat digemari dalam masyarakat dapat hadir dengan berbagai bentuk wacana antara lain, dalam bentuk rekaman pita kaset lawak, karikatur, teks mob, dan cerita lucu lainnya.

            Sebagai pelipur hati para pendengar, mob dapat mengundurkan ketegangan atau berfungsi sebagai katub penyelamat. Misalnya, apabila ada yang berselisih dalam kelompok mob, mob dapat menyelamatkan mereka dari saling melontarkan kata-kata kasar. Mob di samping sebagai penghibur, mob juga berfungsi sebagai alat kritik yang ampuh, karena yang dikritik tidak merasakannya sebagai suatau konfortasi langsung. Fungsi mob digunakan karena sejalan dengan makin kritisnya masyarakat serta semakin banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan ini.

            Dalam bidang pendidikan, mob sangat berfungsi sebagai anak didik untuk meningkatkan daya tarik agar tidak bosan terhadap pelajaran yang diberikan guru. Terkait dengan itu, Blumenfeld dan Alpern (dalam Purwo, 1992:70) mengatakan bahwa dalam pengajaran, penggunaan mob secara efisien berpengaruh positif bagi kondisi belajar siswa. Artinya dalam proses belajar mengajar, guru menjelaskan materi pelajaran diselingin dengan mob agar siswa tidak terlalu tegang dan dapat memahami pelajaran yang disampaikan. Untuk memudahkan penyampaian, guru mencari mob yang relevan dengan topik yang dibicarakan.

            Selain itu berfungsi untuk membantu anak didik dalam proses belajarnya, mob juga dapat berfungsi sebagai media untuk memberi nasihat, misalnya dari guru kepada siswa, orang tua kepada anaknya, pimpinan kepada bawaannya dan sebagainya. Kerena dengan mob, siswa atau orang yang sedang dinasehati atau ditegur tidak secara langsuung merasa diintimidasi.

            Masyarakat menggemari mob karena mereka mancari hiburan. Mob tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk menunjukan eksistensi diri, mencairkan ketegangan, menyampaikan pesan kepada masyarakat, dan berkomunikasi antar manusia. Mob dapat mengungkapkan kenyataan-kenyataan hidup sehari-hari. Mob juga mendidik masyarakat untuk memahami secara kritis keadaan sekitarnya untuk semakin tanggap melihat apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam masyarakat.

            Danandjaja (1990:29) menuturkan bahwa fungsi utama mob dalah sebagai pelipur hati pendengarnya maupun penceritanya yang sedang lara karena mob dapat menyalurkan ketegangan-ketengangan batin yang terjadi pada diri manusia yang menyangkut ketimpangan norma masyarakat, yang dikendurkan melalui tawa. Salah satu fungsi mob yang sering ditemui adalah sebagai protes sosial yang biasanya berkembang di kalangan mahasiswa, pejabat pemerintah, dan ahli politik. Fungsi lainnya adalah sebagai penyalur perasaan erotic yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia. Tawa akibat mendengar mob dapat memelihara keseimbangan jiwa dan kesatuan sosial dalam menghadapai keadaan yang bertentangan, keadaan yang tidak tersangka-sangka, atau perpecahan masyarakat.

            Amstrong (1920), Wilson (1972), dan Carpenter (1922) menyatakan bahwa mob mempunyai kemampuan (potensi) besar untuk kebaikan apabila ia dapat dibangkitkan dalam hubungannya dengan situasi-situasi masyarakat yang keburukannya timbul sebagai akibat kita terlalu memandang serius terhadap situasi masyarakat tersebut, misalnya dalam takhayul, tabu-tabu yang ketinggalan zaman, dan terlebih lagi kebencian serta kecurigaan yang telah terjadi diantara kelompok-kelompok yang ada di dalamnya. (Danandjaja, 1990:20)

            Jadi dapat di simpulkan secara umum, bahwa mob berfungsi sebagai media untuk menghibur, menyalurkan ketegangan-ketegangan batin yang dialami oleh manusia, serta sebagai media menyampaikan kritik sosial dalam masyarakat tanpa harus menyindir atau menyakiti suatu pihak secara langsung.

            Fungsi mob yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini merujuk pada fungsi mob yang dikemukakan oleh Danandjaja, yakni: (1) sebagai sarana protes sosial, (2) sebagai sarana pendidikan, (3) sebagai sarana hiburan dan (4) sebagai media meperbaiki akhlak atau moral.

 

2.3.4        Jenis-jenis Mob

            Mob juga memliki berbagai macam jenis yang di dalam ceritanya memilki jenis yang berbeda-beda berikut adalah jenis-jenis mob.

1)      Parikena

Isinya lelucon yang menyindir, tapi tidak terlalu kasar. Mob ini biasanya dipakai seseorang bawaahan kepada atasannya atau adik kelas kepada kakak kelas, dan sangat jarang ditujukan kepada orang yang benar-benar dihormati. Mob ini bermaksud bukan untuk mendominasi secara psikologis.

2)      Satire atau Sinisme

Berbeda dengan mob di atas, mob ini muatan ejeknya leboh dominan. Kata-kata sindiran mulai dibumbui predikat-predikat menyinggung secara psikologis. Dasarnya adalah kecendrungan memandang rendah orang lain, sehingga jika tidak hati-hati menggunakannya, ini bisa sangat tidak menegangkan hati.

3)      Pelesetan

Isinya, memelesetkn segala sesuatu yang popular sehingga nampak lucu dan mengundang tawa orang yang melihatnya.

4)      Slapstick

Mob yang berkaitan dengan nuansa fisik. Gigi maju, badan pendek, atau bibir “dower” menjadi contoh-contoh yang popular masa sekarang.

5)      Olah Logika

Jenis mob yang didasarkan pada gaya anlisis, biasanya dipakai oleh kalangan terdidik.

6)      Superioritas-interioritas

Mob ini muncul karena melihat cacat, kebodohan, atau kesalahan pihak lain.

7)      Kelam

Sering dikategorikan “black Mob”, isinya sesuatu semacam penderitaan kejadian menyeramkan, atau sejenisnya

 

2.4      Bahasa Melayu Papua

            Bahasa Melayu Papua merupakan salah satu variasu dari bahasa Indonesia yang digunakan sebagai lingua franca di Papua. Bahasa Melayu Papua banyak  diambil dari Melayu Ambon dan Melayu Sanger yang mana kedua bahasa tersebut sebagai lingua franca pada masa lalu, penutur Melayu Papua kurang lebih 2 juta orang di Provinsi Papua yang menggunakanNya sebagai bahasa pertama, terutama orang-orang yang mendiami daerah pantai utara dan kepala burung. (Sawaki, 2004; Burung, 2007). Dewasa ini, penggunaan bahasa Melayu Papua sudah bisa didengar di radio lokal, dan dapat dibaca di sutrat kabar/harian-harian lokal, namun masih terbatas pada kolom iklan dan mob. selain itu juga, dapat dilihat pada siaran lokal. Telah disebutkan di atas bahwa, penelitian tentang bahasa Melayu Papua masih terbatas, sehingga sangat sulit untuk menemukan sumber-sumber sebagai acuan.

            Karakteristik dari bahasa Melayu Papua adalah bahasa yang menggunakan struktur SPO seperti halnya yang terdapat pada bahasa standar, bahasa Indonesia. Dikatakan bahwa bahasa Melayu Papua tidak mendapatkan afiksasi, (pengurangan konstruksi bentuk kata seperti yang terdapat pada kata ganti orang). Contohnya: ‘saya’ menjadi ‘sa’, ‘kau/engkau’ menjadi ‘ko’ dan lain seterusnya.


 

BAB III

METODE PENELTIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

            Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Dapat diketahui, Penelitian Kepustakaan adalah studi yang mempelajari buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono: 2006) Peneliti menggunakan jenis penelitian kepustakaan karena semua data yang ada pada tulisan peneliti, berasal dari buku “Mob Melayu Papua” Oleh Hugo Warami.

            Ditinjau dari jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang di maksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007;6).

            Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai bentuk dan makna frasa verba bahasa Melayu Papua dan fungsi dalam cerita mob Papua, secara mendalam dan komprehensif.

 

 

3.2    Metode Penelitian

            Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono. 2009) Metode penelitian deskriptif.

            Berkaitan dengan itu, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memvalidasi fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian peneliti akan mendeskripsikan struktur frasa verba yang terdapat dalam mob Papua karya Hugo Waromi, berdasarkan kedalaman analisis datanya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

3.3    Data dan Sumber Data Penelitian

3.3.1        Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasakan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1)      Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneltian dilakukan. Data primer yaitu buku cerita mob “Mob Melayu Papua” karya Hugo Warami, (2009).

2)      Data sekunder yaitu data yang telah diperoleh dan dikumpulkan peneliti secara tidak langsung untuk mengamati masalah yang diteliti. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder diperoleh melalui, literature, artikel, jurnal serta situs di internet untuk memperkuat analisis data.

 

3.3.2        Data

            Data penelitian ini berupa data frasa verba yang terdapat dalam buku mob Papua “Mob Melayu Papua” karya Hugo Warami, (2009) yang selanjutnya akan dikaji bentuk, makna, dan fumgsi dalam frasa verba.

 

3.3.3        Teknik Penggumpulan Data

            Suatu peneltian harus memiliki data yang akurat. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik studi dokumentasi atau kajian kepustakaan. Kajian dilakukan terhadap struktur frasa verba dalam cerita mob Papua pada buku “Mob Melayu Papua” karya Hugo Warami (2009). Cerita mob Papua pada frasa verba digunakan untuk penelitian ini di pilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan kaijian bentuk dan makna frasa verba bahasa Melayu Papua, dan fungsi yang terdapat dalam mob Papua.

3.3.4        Teknik Analisis Data

            Analisis data, penelitian ini menggunakan model interaktif Miles-Huberman (1992:18) yakni melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan.

            Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan melewati beberapa tahap, sebagai berikut:

1)      Membaca secara keseluruhan cerita humor mob Papua untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob.

2)      Deskripsikan bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua.

3)      Analisis makna frasa verba bahasa Melayu Papua.

4)      Mendeskripsikan bagaimana fungsi yang terkandung dalam mob (Humor) Papua.


BAB IV

PEMBAHASAN

            Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada cerita mob bahasa Melayu Papua. Bagian pembahasan ini berisi uraian atau bahasan dari data yang diteliti atau dikelompokan. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

            Pada bagian ini peneliti akan memaparkan mengenai data yang diambil dari cerita mob bahasa Melayu Papua. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah struktur frasa verba peneliti akan memaparkannya mulai dari bentuk, makna dalam frasa verba dan fungsi dalam cerita mob bahasa Melayu Papua. Dalam mengambil data, peneliti mengambil secara acak, yaitu cerita humor mob Papua yang terdapat dalam buku mob Melayu Papua karya Hugo Waromi peneliti mengambil 10 cerita humor mob Papua secara acak dan akan dianalisis dalam frasa verba kajian sintaksis yaitu, bentuk frasa verba, makna, dan fungsi dalam Bahasa Melayu Papua.

            Dalam mengumpulkan data, peneliti memilih 10 data cerita mob bahasa Melayu Papua untuk dianalisis pada penelitian ini, oleh karena itu, dari 10 cerita mob Bahasa Melayu Papua yang telah pilih dan dikalasifikasikan, makan dapat ditemukan bentuk frasa verba, makna, dan fungsi mob Bahasa Melayu Papua yang akan dianalisis sebagai berikut.

 

4.1  Struktur Frasa Verba Bahasa Melayu Papua Dalam Mob

4.1.1        Bentuk Frasa Verba (V + N)

Table 01

Kode Mob

Bentuk Mob BMP

Frasa V+N

01a

Pikiran Melayang

V+N

01b

Dudu Cucimata

V+N

01c

Hantam Kaki

V+N

02a

Jual Pinang

V+N

02b

Maen-maen Mulut

V+N

02c

Cuci Mata

V+N

02d

Ambe-ambe Angin

V+N

05a

Angka Kaki

V+N

05b

Beli Roko

V+N

06a

Hisap Darah

V+N

06b

Isap Roko

V+N

08a

Pake Pelampung

V+N

09a

Pasang Tangan

V+N

09b

Pukul Tangan

V+N

010a

Cuci Pakean

V+N

010b

Angkat pakean

V+N

                                               

4.1.2        Bentuk Frasa Verba (Adv + V)

Table 02

Kode Mob

Bentuk Frasa Verba BMP

Frasa Adv + V

01d

Su Taputar

Adv + V

01e

Angka Bicara

Adv + V

01f

Baku Pegang

Adv + V

01g

Mulai Badiri

Adv + V

02d

Mulai Bacakar

Adv + V

03a

Saling Berdoa

Adv + V

03b

Bikin Gosip

Adv + V

03c

Mo Cerita

Adv + V

04a

Tukang Flay

Adv + V

04b

Terlambat Pulang

Adv + V

04c

Melintang Tidur

Adv +V

05c

Baku Tumbu

Adv + V

05d

Mo Belnggang

Adv + V

06c

Sambil Minum

Adv + V

06d

Pica Tertawa

Adv + V

07a

Ko Badiri

Adv + V

07b

Biding Tendangan

Adv + V

08b

Kapala Pancing

Adv + V

08c

Suka Pancuri

Adv + V

09c

Mo Menangis

Adv +V

010c

Langsung Bagarak

Adv + V

 

4.1.3        Bentuk Frasa Verba (V)

Table 03

Kode Mob

Bentuk Frasa Verba BMP

Verba (V)

01h

Bagoyang

Verba

01i

Raba-Raba

Verba

06e

Toko-Toki

Verba

07c

Talempar

Verba

07d

Sepak

Verba

07e

Banting

Verba

08d

Batariak

Verba

09d

Hantaman

Verba

 

4.1.4        Bentuk Frasa Verba (V + Adj)

Table 04

Kode Mob

Bentuk Frasa Verba BMP

Frasa V + Adj

02c

Taputar kaliling

V + Adj

03d

Makan Malam

V + Adj

03e

Peminum Berat

V + Adj

04d

Tidur Mati

V + Adj

04e

Ambe Posisi

V + Adj

05e

Bataria Besar

V + Adj

08e

Datang Kamari

V + Adj

010d

Bangun Pagi

V + Adj

 

4.1.5        Bentuk Frasa Verba (V + Adv)

Table 05

Kode Mob

Bentuk Frasa Verba BMP

Frasa V + Adv

02f

Pi Bajalan

V + Adv

03f

Pigi Kunjungan

V + Adv

08f

Paku Doa

V + Adv

010d

Palungku Mendarat

V + Adv

           

 

 

 


 

 

4.2  Makna Frasa Verba Bahasa Melayu Papua Dalam Mob

           Setelah menganailisis dari segi bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam cerita humor Papua. Selanjutnya akan dijelaskan makna dari bentuk frasa verba diatas dimana dalam mob banyak istilah melayu Papua yang kontekstual yang merupakan ciri dari kebahasaan di Papua istilah itu berbentuk frasa verba adalah sebagai berikut:

4.2.1   Makna Frasa Verba “Kaki Abu” (Disco)

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 8 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

                                                “Kaki Abu” (Disco)

Pace satu ni dudu-dudu di tama nimbi, tapi pikiran melayang kiri kanan, habis tratau mo bikin apa. Padahal kalo malam minggu begini, pace su taputar di kaliling kota. “wei….. ko bikin apa disitu?” Tanya apus.” Adooo…. Sa dudu cuci mata, habis mo pi ke mana cari hiburan lagi. Sa pu tampa hiburan di jalan percetakan tu su tabakar habis”, pace angka bicara deng swara putus-putus tapi depu mata liat-liat ke patung Yos Sudarso di tama Imbi.

Yo…. Kalau diskotik takabar, labe bae kitong pi hantam kaki abu saja too… yang penting keringat, ujar Apus berusaha kase nasehat buat pace. Booo…, Apus pi resep juga bagus ee… habis tra pake bayar ee…. Yang penting siap kaki saja, tambah Apus. Jadi siap kaki saja? Jadi siap kaki tu apa e?, oh, itu begini Apus jelaskan. “kam pu kaki itu sore-sore begini su mulai urus deng aer panas kase kuat untuk jaga tahan dari malam sampe pagi, habis itu baru bagoyang” jelas to!.

Tapi…., biar ko bilang tong pi yospan kaah…., kaki abukah….., tapi tra sama deng sa pu kebun spanggal di jalan percetakan yang tabakar tu!. Yah, mo apa lagi, abis maen lain, latian lain jadi; abs minum, masi dudu gelap-gelap untuk baku pegang tangan, tambah pace yang su mulai badiri kase lurus badan habis dari siang dudu di taman Imbi sampe glap tra bagarak jadi.

1)      Pikiran Melayang(01a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya Berpikir. Memiliki makna gramatikal alat yang dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (pikiran) yang memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur keduanya beraketegori nomina (melayang) yang memiiki komponen makna alat.

2)      Su Taputar(01d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya Berkeliling. Memiliki makna gramatikal waktu yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia (su) yang memiliki makna waktu, sedangkan unsur kedua nya berkategori verba (taputar).

3)      Dudu Cucimata(01b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya refleksi mata atau bersenang-senang melihat sesuatu yang indah. Memilki makna yang bukan gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal (cucimata).

4)      Angka Bicara(01e) dalam bahasa melayu Papua yang artinya mulai berbicara. Memliki makna gramatikal waktu yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia (angka) yang memilki makna waktu, sedangkan unsur keduanya berkaegori verba (bicara).

5)      Hantam Kaki(01c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pukul kaki.  Memiliki makna gramatikal alat yang di susun karena unsur pertamanya berkategori verba (hantam) yang memiliki makna perbuatan, sedangkan unsur keduanya berkategori nomina (kaki) yang memiliki komponen makna alat.

6)      Bagoyang(01h) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya bergoyang. Memiliki makna gramatikal yang berkategori verba (bagoyang), yang merupakan anggota dari satu medan makna.

7)      Baku Pegang(01f) dalam bahasa melayu Papua yang artinya berpegangan. Memiliki makna gramatikal waktu yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial (baku) dan berkomponen makna waktu, sedangkan unsur kedua berkategori verba (pegang).

8)      Mulai Badiri(01g) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mulai berdiri. Memiliki makna gramatikal keinginan yang dapat disusun karena unsut pertamanya berkategori adverbia (mulai) dan berkomponen makna ingin, sedangkan unsur keduanya berkategori verba (badiri)

 

4.2.2         Makna Frasa Verba “Raba – Raba Sak “

Raba – Raba Sak Celana”

Apus…. Pi bajalan taputar keliling kota Jayapura, “Apus, mo pi mana?” Tanya anak – anak yang dudu diatas pagar depan Bank Papua yang kenal Apus. “ah…trada, sa cuci mata, ambe-ambe angin malam, masa kam anak muda saja yang bisa senang-senang baru kitong orang tua trausa? Jawab Apus. Selesai bicara, Apus tindis trus ke depan toko cari pinang sadiki untuk maen-maen mulut.

“mama, pinang ini brapa,,,? Tanya Apus sama Mace Komin (Maitua Ir) satu yang ada jual pinang “seribu saja” jawab maitua.

“kalau begitu bungkus dua tanpa dolo”, sambung Apus yang mulai bacakar raba-raba sak untuk cari uang mo bayar pinang. Raba sak blakng trada, raba sak kiri, sak kanan juga trada, cek di dalam noken juga trada.

“ wah jangan-jangan da su sambar sa pu uang anggaran, yang isi di sak belakang” ujar Apus yang minta maaf sama maitua penjual pinang habis de pu wang ada yang sambar.

“bo…. Kitong rame-rame begini trada yang pancuri eh, tau-tau ada yang pake kesempatan untuk pancuri, smerlap sa pace yang curi sapu wang”, Apus emosi eee…..

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 7 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Pi Bajalan(02f) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pergi bajalan. Memiliki makna gramatikal, dimana dua buah kata nya beraketgori verba ( pi bajalan) yang merupakan anggota dari antonym relasional sehingga keduanya dapat di sisipakan kata dan.

2)      Taputar Keliling(02e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya menelusri jalan. Memiliki makna gramatikal keadaan yang dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori verba yang memiliki komponen makna tindakan (taputar), sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa yang memiliki komponen makna keadaan (keliling).

3)      Cari pinang(02) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mencari pinang. Memiliki makna gramatikal alat dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (cari) yang memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina (pinang) yang memiliki komponen makna alat.

4)      Maen-Maen Mulut(02b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya megemil atau mencamil. Memiliki makna gramatikal alat dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (maen-maen) yang memiliki makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina (mulut) yang memiliki komponen makna alat.

5)      Mulai Bacakar(02d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mencari sesuatu. Memiliki makna gramatikal keinginan dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial (mulai) yang berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (bacakar).

6)      Raba-Raba(02i) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya menyentuh atau mencari. Dua buah kata yang berkategori verba yang merupakan anggota dari satu medan makna dan memiliki makna gramatikal.

7)      Cuci Mata(02c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya refleksi mata. Merupakan frasa verba bermakna idiomatik, yang bukan bermakna gramatikal.

8)      Ambe-Ambe angin(02d) dalam Bahasa Melayu Papua yang artinya mencari angin Memiliki makna gramatikal alat dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (ambe-ambe) yang memiliki makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina (angin) yang memiliki komponen makna alat.

 

 

 

4.2.3        Makna Frasa Verba “Mengaku Dosa“

Mengaku Dosa

Empat hamba rohani pigi kunjungan ke luar negeri. Setelah dong makan malam sama-sama, dong sepakat untuk saling berdoa dong pu kelemahan dong pu kelemahan masing-masing.

Hamba 1 : “ sa terlibat selingkuh deng umat 1 orang”

Hamba 2  : “ sa mengaku bahwa sa adalah peminum berat”

Hamba 3 : “ sa tra lebih baik dari dong dua, sa Cuma jadi tukang judi kelas kakap saja”

Hamba IV : “kalo sa, dosa yang paling bokar adalah  suka bikin gosip orang. Sa betul- betul tra tahan diri, biar pulang kembali ke negeri sendiri sa mo cerita kam pu pengakuan semua.”

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 6 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Pigi Kunjungan(03f) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pergi berkunjung. Dua buah kata berkategori verba yang merupakan anggota dari satu medan makna dan memiliki makna gramatikal.

2)      Makan Malam(03d) memiliki makna gramatikal alat yang disusun karena unsur pertamanya berkategori verba yang memilki makna ikut serta (makan), sedangkan unsur keduanya berkategori adverbia (malam) memilki komponen makna serta.

3)      Saling Berdoa(03a) memiliki makna gramatikal keselesaian yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia (saling) dan berkomponen makna keselesaian, sedangkan unsur keduanya berkategori verba (berdoa).

4)      Peminum Berat(03e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya suka (gemar) minuman keras. Memiliki makna gramatikal sifat yang disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (peminum) yang memiliki komponen makna perbuatan, sedangkan unsur keduanya berkategori ajektifa (berat) yang memilki makna keadaan.

5)      Bikin Gosip(03b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya membuat cerita. Memiliki makna gramatikal waktu dapat disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia (bikin) yang berkomponen waktu, sedanglan unsur keduanya berkategori verba (gosip).

6)      Mo Cerita(03c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mau cerita. Memiliki makna gramatikal waktu yang disusun karena unsur pertama berkategori adverbial (mo) dan berkomponen makna waktu, sedangkan unsur keduanya berkategori verba (cerita).

 

4.2.4        Makna Frasa Verba “Mabuk Pu Kerja “

Mabuk Pu Kerja

Ini soal miras. Pace nih tukang flay e…., tapi terhormat karna biasa pulanh tepat waktu. Satu kali begini de terlambat pulang baru de pu maitua deng anak – anak su kunci pintu baru tidur mati punya. Pace de panggil – panggil sampe tra jadi de langsung ambil posisi dan malintang tidur di depan pintu rumah sudah mo. Pas pagi – pago de pu anak bangun lihat pace ada salib di depan pintu, anaknya kasih bangun: “bapa, bapa..” langsung pace de buka mata lihat de pu anak baru de pu anak Tanya : “ bapa itu ko ka?”. Pace de su emo memang dari malam jadi de jawab: “ ah, bukan… ini ko pu mama pu

anjing piara”… trus karna anaknya masih kecil jadi de bale tanya : “ kalo bapa ko anjing, coba ko gonggong dulu…u..u!” ha…ha…ha

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 5 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Tukang Flay(04a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pemabuk. Bermakna gramatikal keiinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia (tukang) yang berkomponen makna ingin, sedangkan unsur keduannya berkategori verba (flay).

2)      Terlambat Pulang(04b) bermakna gramatikal frekuensi yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna frekuensi, sedangkan unsur keduanya berkategori verba.

3)      Tidur Mati(04d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya tidur nyenyak atau pulas. Memiliki makna gramatikal sifat yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (tidur) memiliki makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa (mati) yang memiliki makna keadaan.

4)      Ambe posisi(04e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya ambil posisi atau tempat. Memilki makna grmatikal keadaan yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (ambe) memiliki makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa (posisi) memiliki makna keadaan.

5)      Melintang Tidur(04c) bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial yang berkomponen makna ingin, sedangkan unsur keduanya berkategori verba.

 

4.2.5        Makna Frasa Verba “Bakalai Mati “

Bakalai Mati

Satu kali begini Mace deng Pace bakalai mati alias baku tumbu sampe mo rencana pisah ranjang ka ini. Pace su rencana mo keluar dari rumah. Pas pace su angkat kaki mo balenggang keluar dari rumah begini mace ko bataria besar :

Mace    :  ‘ko pi rumah ini?”

Pace      : “ko milik sudah..”

Mace     : “trus isi rumah ini?’

Pace      :  “ ko ambil sudah “

Mace     :  “ cicin pernikahan ini ?”

Pace      :  “ ko jual sudah…”

Mace     :  “baru, anak – anak pu tampa minum alias netek ini?’

Pace      :  “ ah… ko tunggu, sa cum ke depan beli rokok saja, nanti sa  bale…!”( ha…ha…ha…DASAR…..!)

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 6 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Baku Tumbu(05c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya berkelahi atau saling meninju. Bermakna gramatikal keiinginan disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial dan bermakna ingin, sedangkan unsur keduanya berkategori verba (tumbu).

2)      Angka Kaki(05a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya angkat kaki atau ingin pergi. Memiliki makna gramatikal alat yang disusun karena unsur pertamanya berkategori verba yang memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori (nomina) yang memiliki komponen makna alat.

3)      Mo Balenggang(09c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mau bergoyang. Bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial yang berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (balenggang).

4)      Bataria Besar(05e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya berteriak sekencangnya. Memiliki makna gramatikal sifat yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (bataria) yang memiliki makna perbuatan, sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa yang memiliki komponen makna sifat.

5)      Beli Roko(05b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya beli rokok. Memiliki makna alat yang disusun karena unsur pertamanya berkategori verba (beli) yang memilki komponen makna tindakan, sedangkan unsur keduanya berkategori nomina yang memilki komponen makna alat.

 

4.2.6   Makna Frasa Verba “Hisap Darah “

Hisap Darah

Ini soal pengetahuan. Apus dengan Amai dong dudu-dudu di teras rumah sambil minum STJM baru dong dua main tebak-tebakan. Apus bilang sana Amai, “ amai, ko tahu kenapa nyamuk suka hisap darah manusia termasuk ko?”. “ Ah, memang su dari sononya kok?, kata Amai. Apus bilang “ ko salah besar”. Amai mulai toki – toki de pu testas baru de bilang “mangkali mungkin itu de pu makanan kah?. Apus ko senyum –senyum baru jawab soal tebakan itu ke Amai begini, “ Ko salah lagi, yang B itu, karna kalo nyamuk de isap rokok juga nanti de bisa kena kanker, serangan jantung dan impoten.” Amai ko pica tertawa baru bilang, “hahaaee… Apus ko MOB to…?.

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 5 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Sambil Miinum(06e) memiliki makna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkomponen makna ingin, sedangkanunsur kedua berkategori verba (minum).

2)      Hisap Darah(06a) memiliki makna gramtikal alat yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (hisap) yang memiiki komponen makna perbuatan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang memiliki makna alat.

3)      Toki-toki(06e) dalam bahasa  Melayu Papua yang artinya jitak atau pukul. Merupakan dua buah kata berkategori  verba dalam satu medan makna dan memiliki makan gramatikal menggabungkan.

4)      Isap Roko(06b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya merokok. Memilki makna gramatikal alat yang disusun  karena unsur pertama berkategori verba (isap) yang memiliki yang memiliki makna perbuatan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang memiliki komponen makna alat.

5)      Pica Tertawa(06d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pecah tertawa atau tertawa sejadi-jadinya. Bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (tertawa).

 

4.2.7   Makna Frasa Verba “Paling Kuat “

Paling Kuat

Ini mase soal FAUNA di hutan belantara. SINGA bilang de yang paling berkuasa di hutan.

Singa    : hei, Gorila… sapa yang paling kras di hutan ini?

Gorilla : kaka…., ade hormat, …. Kaka ko saja

Singa       :  eh, banteng. Disini sapa yang paling luat?

Banteng   :  bo… kaka, trada lain, kaka ko saja

Singa       : gajah, sapa yang paling berkuasa di hutan ini?

Gajah      :  (tertawa – tertawa saja )

Singa       : weii, gajah ko tuli ka? Telingan su besar beru tra bisa dengar lagi… sapa yang paling keras di hutan ini?

Gajah      :  ( reaksinya diam saja )

Singa       :  weeii, sapa yang kuat?

Gajah      : ( deng sika emo.., gaja ko badiri bidik tendangan maygeri satu   suda mo, singa ko talempar jauh, gajah ko de maju lagi de injak, sepak, banting, sampe singa ko napas satu-satu…)

Singa      : iyo susa…, gajah, kalo ko memang tra tahu de pu jawaban, trapapa tapi jang ko marah  begitu….( bicara tapi napas masih    satu-satu…)

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 6 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Ko Badiri(07a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya Berdiri. Bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (badiri).

2)      Biding Tendangan(07b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya siapkan tendangan. Bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (tendangan).

3)      Talempar(07c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya terlempar. Merupakan satu buah kata berkategori verba dari anggota satu medan makna dan memiliki arti gramatikal.

4)      Sepak(07d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya tendangan. Merupakan satu buah kata berkategori verba dari anggota satu medan makna dan memiliki arti gramatikal.

5)      Banting(07e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya dipukul. Merupakan satu buah kata berkategori verba dari anggota satu medan makna dan memiliki arti gramatikal.

 

4.2.8        Makna Frasa Verba “Pelaut“

Paling Kuat

Ini mase soal FAUNA di hutan belantara. SINGA bilang de yang paling berkuasa di hutan.

Singa    : hei, Gorila… sapa yang paling kras di hutan ini?

Gorilla : kaka…., ade hormat, …. Kaka ko saja

Singa       :  eh, banteng. Disini sapa yang paling luat?

Banteng   :  bo… kaka, trada lain, kaka ko saja

Singa       : gajah, sapa yang paling berkuasa di hutan ini?

Gajah      :  (tertawa – tertawa saja )

Singa       : weii, gajah ko tuli ka? Telingan su besar beru tra bisa dengar  lagi… sapa yang paling keras di hutan ini?

Gajah      :  (reaksinya diam saja)

Singa       :  weeii, sapa yang kuat?

Gajah      : (deng sika emo.., gaja ko badiri bidik tendangan maygeri satu            suda mo, singa ko talempar jauh, gajah ko de maju lagi de injak, sepak, banting, sampe singa ko napas satu-satu…)

Singa      : iyo susa…, gajah, kalo ko memang tra tahu de pu jawaban, trapapa tapi jang ko marah  begitu….(bicara tapi napas masih  satu-satu…)

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 6 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Kapala Mancing(08b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya suka memancing. Memiliki makna gramatikal keharusan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkomponen makna keharusan, sedangkan unsur kedua berkategori verba (mancing).

2)      Pake Pelampung(08a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pakai pelampung. Memiliki makna gramatikal alat yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (pake) yang memilki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina yang memilki komponen makna alat.

3)      Paku Doa(08f) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya baca doa. Bermakna gramatikal serta yang disusun karena unsur pertamanya berkategori verba  dan unsur keduanya berkategori adverbial yang memiliki makna serta dan turut.

4)      Suka Pancuri(08c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya suka pencuri. Bermakna gramatikal keinginan yang disusun karena unsur pertamanya berkategori adverbial dan berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba.

5)      Datang Kamari(08e) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya datang kesini. Memiliki makna gramatikal keadaan yang disusun karena unsur pertama berkategori verba yang memilki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori ajektifa yang memiliki komponen makna keadaan.

6)      Batariak(08d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya berteriak. Merupakan satu buah kata berkategori verba dari anggota satu medan makna dan memiliki arti gramatikal.

 

4.2.9        Makna Frasa Verba “Begok“

Begok

Ini mase soal KATA. Dengar kata “Begok”, Apus langsung bicara pengalaman dolo waktu belum tau apa yang dong bilang begok.

De pu cerita begini. Ada satu anak yang tanya di guru. Dong tanya arti kata “begok” alias bodoh.

Begok tu begini. Kata pak guru lalu pasang tangan di tembok. Habis itu, pak guru suruh anak pukul tangan deng tenaga dalam alias keras.

Begitu anak laki-laki satu hantam deng palungku. Pak guru cepat angkat de pu tangan, den seselai sudah…., palungku mendarat ditembok.

Anak satu langsug mau maenangis gara-gara de pu palungku hantam keras tembok. “itulah yang disebut begok… “ kata pak guru”.

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 5 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Pasang Tangan(09a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya siapkan tangan. Merupakan frasa verba idiomatik yang bukan bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal.

2)      Pukul  tangan(09b) Merupakan frasa verba idiomatik yang bukan bermakna gramatikal, melainkan bermakna idiomatikal.

3)      Palungku Mendarat(10d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya tinjuan mendarat atau tinjuan mengenai. Bermakna gramatikal ikut yang unsur pertamanya berkategori verba (palungku) yang unsur keduanya berkategori adverbia yang memiliki makna serta.

4)      Hantaman(09d) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya pukulan. Merupakan satu buah kata berkategori verba dari anggota satu medan makna dan memiliki arti gramatikal.

5)      Mo Menangis(09c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya mau menangis. Bermakna gramatikal keinginan karena unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkomponen makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (menangis).

 

 

4.2.10     Makna Frasa Verba “Iklan Rinso“

Iklan Rinso

Masalah IKLAN PROMO. Mace deng Pace abis nonton iklan  di TV malam, langsung bagarak pi cuci pakean. Waktu cuci pakean, pace kas ingat mace biar jang lupa pake rinso. Mace su angkat pakean mo sikat begini pace mara baru bilang: “ jang sikat karena di TV katanya RINSO yang bekerja dan membersihkan pakean jadi bersih”. Mace langsung tra jadi cuci baju baru pi kase tinggal pakean di luar rumah sampe pagi. Begitu mace bangun pagi, orang su pancuri pakean. Jadi mace ko emo baru nae dara bilang begini: “Pace, ko tanggung jawab e, pakean ada di mana?, pace bale jawab: “ mace , jang ko marah,barang tuh RINSO yang bekerja , membersihkan sekaligus menghilangkan noda pakaian tanpa bekas”.

            Di dalam bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua, terdapat 4 bentuk frasa verba (FV) yang hendak di analisis makna nya sebagai berikut:

1)       Langsung Bagarak(10c) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya langsung bergerak. Bermakna gramatikal keinginan dapat disusun kalau unsur pertamanya berkategori adverbia dan berkategori makna ingin, sedangkan unsur kedua berkategori verba (bagarak).

2)      Cuci Pakean(10a) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya cuci pakaian. Memiliki makna gramatikal alat, yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (cuci) dan memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina (pakean) yang memiliki komponen makna alat.

3)      Angkat Pakean(10b) dalam bahasa Melayu Papua yang artinya angkat pakaian. Memiliki makna gramatikal alat, yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (angkat) dan memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori nomina (pakean) yang memiliki komponen makna alat.

4)      Bangun Pagi(10d) memiliki makna gramatikal keadaan yang disusun karena unsur pertama berkategori verba (bangun) yang memiliki komponen makna tindakan, sedangkan unsur kedua berkategori ajk yang memiliki komponen makna sifat.


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.3  Fungsi Cerita Mob Papua

            Mob Papua adalah bentuk sarana komunikasi dalam masyarakat, fungsi mob adalah sebagai pelipur hati para pendengar atau berfungsi sebagai katub penyelamat. Misalnya apabila ada yang berselisih dalam kelompok Mob. Mob dapat menyelamatkan mereka dari saling melontarkan kata-kata kasar. Mob Papua disamping itu juga sebagai penghibur, sebagai alat kritik, dalam bidang pendidikan humor juga sangat berfungsi sebagai daya tarik, dan sebagai media memperbaiki akhlak atau moral. Berikut dapat dijelaskan fungsi cerita mob Papua dalam sosial, pendidikan dan agama.

 

4. 3.1 Fungsi Mob “Kaki Abu”

“Kaki Abu” (Disco)

Pace satu ni dudu-dudu di tama nimbi, tapi pikiran melayang kiri kanan, habis tratau mo bikin apa. Padahal kalo malam minggu begini, pace su taputar di kaliling kota. “wei….. ko bikin apa disitu?” Tanya apus.” Adooo…. Sa dudu cuci mata, habis mo pi ke mana cari hiburan lagi. Sa pu tampa hiburan di jalan percetakan tu su tabakar habis”, pace angka bicara deng swara putus-putus tapi depu mata liat-liat ke patung Yos Sudarso di tama Imbi.

Yo…. Kalau diskotik takabar, labe bae kitong pi hantam kaki abu saja too… yang penting keringat, ujar Apus berusaha kase nasehat buat pace. Booo…, Apus pi resep juga bagus ee… habis tra pake bayar ee…. Yang penting siap kaki saja, tambah Apus. Jadi siap kaki saja? Jadi siap kaki tu apa e?, oh, itu begini Apus jelaskan. “kam pu kaki itu sore-sore begini su mulai urus deng aer panas kase kuat untuk jaga tahan dari malam sampe pagi, habis itu baru bagoyang” jelas to!.

Tapi…., biar ko bilang tong pi yospan kaah…., kaki abukah….., tapi tra sama deng sa pu kebun spanggal di jalan percetakan yang tabakar tu!. Yah, mo apa lagi, abis maen lain, latian lain jadi; abs minum, masi dudu gelap-gelap untuk baku pegang tangan, tambah pace yang su mulai badiri kase lurus badan habis dari siang dudu di taman Imbi sampe glap tra bagarak jadi.

            Fungsi dari cerita mob Papua “Kaki Abu“(Disco) adalah sebagai hiburan semata. Selain itu fungsi lain adalah pembaca atau pendengar di ajarkan untuk tidak mabuk atau minum minuman keras di sembarang di tempat, seperti yang terdapat pada kutipan berikut “tapi tra sama deng sa pu kebun spanggal di jalan perecetakan yang tabakar itu! Yah, mo apa lagi, abis maen lain, latihan lain jadi; abs minum, mase dudu gelap-gelap untuk baku pegang..tangan”. Dalam kutipan menyindir kaum pria untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang di tempat yang gelap, karena bisa mendapatkan ganjaran seperti kehilangan tempat atau lain sebagainya dan dalam humor tersebut terdapat sindiran larangan untuk pergi ke tempat sembarangan.  Cerita Mob “Kaki Abu” (Disco) sebagai sarana hiburan dan memperbaiki akhlak atau moral.

4.3.2        Fungsi Mob “ Raba-Raba Sak Celana”

                                                Raba – Raba Sak Celana”

Apus…. Pi bajalan taputar keliling kota Jayapura, “Apus, mo pi mana?” Tanya anak – anak yang dudu diatas pagar depan Bank Papua yang kenal Apus. “ah…trada, sa cuci mata, ambe-ambe angin malam, masa kam anak muda saja yang bisa senang-senang baru kitong orang tua trausa? Jawab Apus. Selesai bicara, Apus tindis trus ke depan toko cari pinang sadiki untuk maen-maen mulut.

“mama, pinang ini brapa,,,? Tanya Apus sama Mace Komin (Maitua Ir) satu yang ada jual pinang “seribu saja” jawab maitua.

“kalau begitu bungkus dua tanpa dolo”, sambung Apus yang mulai bacakar raba-raba sak untuk cari uang mo bayar pinang. Raba sak blakng trada, raba sak kiri, sak kanan juga trada, cek di dalam noken juga trada.

“ wah jangan-jangan da su sambar sa pu uang anggaran, yang isi di sak belakang” ujar Apus yang minta maaf sama maitua penjual pinang habis de pu wang ada yang sambar.

“bo…. Kitong rame-rame begini trada yang pancuri eh, tau-tau ada yang pake kesempatan untuk pancuri, smerlap sa pace yang curi sapu wang”, Apus emosi eee…..

Fungsi dari cerita mob Papua “Raba-Raba Sak Celana” adalah memberikan hiburan kepada pembaca dan pendengar. Fungsi lainnya adalah untuk mengajar kan untuk tidak saling menuduh atau memfitnah seseorang jika tidak mempunyai bukti yang jelas karena dengan menuduh seseorang akan memberikan kesan yang tidak baik. Seperti yang terdapat pada kutipan berikut ”wah jangan-jangan ada yang su sambar sa pu anggaran, yang isi di sak belakang”.  Selain itu cerita humor ini juga mengajarkan untuk belajar sopan santun kepada orang yang lebih tua, dan juga mengajarkan cara meminta maaf sama orang jika membuat kesalahan baik kesalahan besar maupun kesalahan kecil, seperti yang terdapat pada kutipan ”Apus yang minta maaf sama maitua penjual pinang habis de pu wang ada yang sambar”. Cerita mob “ Raba-raba sak celana sebagai sarana protes sosial dan memperbaiki akhlak dan moral.

 

 

4.3.3        Fungsi Mob “ Mengaku Dosa”

Mengaku Dosa

Empat hamba rohani pigi kunjungan ke luar negeri. Setelah dong makan malam sama-sama, dong sepakat untuk saling berdoa dong pu kelemahan dong pu kelemahan masing-masing.

Hamba 1 : “ sa terlibat selingkuh deng umat 1 orang”

Hamba 2  : “ sa mengaku bahwa sa adalah peminum berat”

Hamba 3 : “ sa tra lebih baik dari dong dua, sa Cuma jadi tukang judi kelas kakap saja”

Hamba IV : “kalo sa, dosa yang paling bokar adalah  suka bikin gosip orang. Sa betul- betul tra tahan diri, biar pulang kembali ke negeri sendiri sa mo cerita kam pu pengakuan semua.”

 

Fungsi dari cerita mob Papua “Mengaku Dosa“ adalah untuk menghibur dan membuat kelucuan terhadap pembaca dan pendengar. Mob ini juga juga sebagai teguran dalam keagamaan agar pendengar atau pembaca untuk selalu tetap dekat sama Tuhan dan selalu menjaga kekudusannya dengan di atas, seperti yan terdapat pada kutipan “setelah dong makan malam sama-sama dong sepakat untuk saling berdoa dong pu kelemahan maing-masing”.  Fungsi lainnya agar pembaca tidak mudah jatuh dalam dosa besar maupun dosa kecil, baiknya setiap manusia mengaku dosa nya hanya kepada Tuhan dan sebagai sarana penghibur dan memperbaiki akhlak atau moral

 

 

 

4.3.4        Fungsi Mob “Mabuk Pu Kerja”

Mabuk Pu Kerja

Ini soal miras. Pace nih tukang flay e…., tapi terhormat karna biasa pulanh tepat waktu. Satu kali begini de terlambat pulang baru de pu maitua deng anak – anak su kunci pintu baru tidur mati punya. Pace de panggil – panggil sampe tra jadi de langsung ambil posisi dan malintang tidur di depan pintu rumah sudah mo. Pas pagi – pago de pu anak bangun lihat pace ada salib di depan pintu, anaknya kasih bangun: “bapa, bapa..” langsung pace de buka mata lihat de pu anak baru de pu anak Tanya : “ bapa itu ko ka?”. Pace de su emo memang dari malam jadi de jawab: “ ah, bukan… ini ko pu mama pu anjing piara”… trus karna anaknya masih kecil jadi de bale tanya : “ kalo bapa ko anjing, coba ko gonggong dulu…u..u!” ha…ha…ha

 

            Fungsi dari mob Papua “Mabuk Pu Kerja” berfungsi untuk memberi efek positf berupa hiburan kepada pembaca dan pendengar. Selain mob ini juga memberikan teguran untuk jangan terlalu banyak konsumsi miras atau minuman keras hinga lupa sama keluarga yang ada di rumah, terutama untuk kaum pria terlebih yang sudah mempunyai istri dan anak agar selalu mengingat mereka, seperti yang terdapat pada kutipan berikut “satu kali begini de terlambat pulang baru de pu maitua deng anak-anak su kunci pintu baru tidur mati punya”. Mob ini juga memberikan sindiran untuk hati-hati dalam berbicara atau mengucapkan kata-kata kotor dan juga sebagai sarana untuk memperbaikim akhlak moral.

 

 

 

 

4.3.5             Fungsi Mob “Bakalai Mati”

Bakalai Mati

Satu kali begini Mace deng Pace bakalai mati alias baku tumbu sampe mo rencana pisah ranjang ka ini. Pace su rencana mo keluar dari rumah. Pas pace su angkat kaki mo balenggang keluar dari rumah begini mace ko bataria besar :

Mace    :  ‘ko pi rumah ini?”

Pace      : “ko milik sudah..”

Mace     : “trus isi rumah ini?’

Pace      :  “ ko ambil sudah “

Mace     :  “ cicin pernikahan ini ?”

Pace      : “ ko jual sudah…”

Mace     :“baru, anak-anak pu tampa minum alias netek ini?’

Pace      :“ah… ko tunggu, sa cum ke depan beli rokok saja, nanti sa bale…!” ( ha…ha…ha…DASAR…..!)

           

            Fungsi dari cerita Mob Papua “Bakalai Mati” memberikan efek hiburan dan mengingatkan kepada pembaca dan pendengar. Selain itu mob ini berfungsi memberikan teguran terutama kepada suami istri untuk tidak melakukan kekerasan saat sedang marah sehingga harus berpisah rumah, seperti pada kutipan berikut, Satu kali begini Mace deng Pace bakalai mati alias baku tumbu sampe mo rencana pisah ranjang ka ini. Pace su rencana mo keluar dari rumah”. Fungsi lainya agar kita dapat menyelesaikan masalah sebesar apapun dengan kepala dingin dan hati yang tenang dan sebagai sarana penghibur dan memperbaiki akhlak.

 

 

4.3.6        Fungsi Mob “Hisap Darah”

Hisap Darah

Ini soal pengetahuan. Apus dengan Amai dong dudu-dudu di teras rumah sambil minum STJM baru dong dua main tebak-tebakan. Apus bilang sana Amai, “ amai, ko tahu kenapa nyamuk suka hisap darah manusia termasuk ko?”. “ Ah, memang su dari sononya kok?, kata Amai. Apus bilang “ ko salah besar”. Amai mulai toki – toki de pu testas baru de bilang “mangkali mungkin itu de pu makanan kah?. Apus ko senyum –senyum baru jawab soal tebakan itu ke Amai begini, “ Ko salah lagi, yang B itu, karna kalo nyamuk de isap rokok juga nanti de bisa kena kanker, serangan jantung dan impoten.” Amai ko pica tertawa baru bilang, “hahaaee… Apus ko MOB to…?.

 

            Fungsi dari cerita mob Papua “Hisap Darah“ memberikan efek kelucuan bagi para pendengar dan pembacanya untuk menghibur satu sama lain. Selain itu mob ini juga berfungsi untuk mengajak kita untuk selalu akrab dengan sahabat sendiri atau dengan orang lain agar hubungan sosial tetap terjalin dengan erat, seperti yang terdapat pada kutipan berikut, Apus dengan Amai dong dudu-dudu di teras rumah sambil minum STJM baru dong dua main tebak-tebakan”. Cerita mob “Hisap Darah” juga sebagai sarana sosial dan hiburan.

 

4.3.7        Fungsi Mob “Paling Kuat”

Paling Kuat

Ini mase soal FAUNA di hutan belantara. SINGA bilang de yang paling berkuasa di hutan.

Singa    : hei, Gorila… sapa yang paling kras di hutan ini?

Gorilla : kaka…., ade hormat, …. Kaka ko saja

Singa       :  eh, banteng. Disini sapa yang paling luat?

Banteng   :  bo… kaka, trada lain, kaka ko saja

Singa       : gajah, sapa yang paling berkuasa di hutan ini?

Gajah      :  (tertawa – tertawa saja )

Singa       : weii, gajah ko tuli ka? Telingan su besar beru tra bisa dengar  lagi… sapa yang paling keras di hutan ini?

Gajah      :  (reaksinya diam saja)

Singa       :  weeii, sapa yang kuat?

Gajah      : (deng sikap emo.., gaja ko badiri bidik tendangan maygeri satu  suda mo, singa ko talempar jauh, gajah ko de maju lagi de injak, sepak, banting, sampe singa ko napas satu-satu…)

Singa      : iyo susa…, gajah, kalo ko memang tra tahu de pu jawaban, trapapa tapi jang ko marah  begitu….( bicara tapi napas masih  satu-satu…)

 

Fungsi dari cerita mob Papua “Paling Kuat“ berfungsi memberikan efek positif bagi pembaca dan pendengarnya. Selain itu juga cerita mob ini memberikan kita terguran untuk jangan bersikap sombong dan angkuh kepada siapapun atau layaknya seperti orang yang sangat berkuasa, seperti pada kutipan berikut, “weii, gajah ko tuli ka? Telingan su besar beru tra bisa dengar  lagi… sapa yang paling keras di hutan ini?”, dan juga cerita juga mengajarkan untuk tidak berlaku kasar kepada teman mau dalam keadaan marah atau emosi, tapi dengan cara menegur secara baik-baik atau dengan sebuah nasehat, seperti yang terdapat pada kutipan berikut, “deng sikap emo.., gaja ko badiri bidik tendangan maygeri satu  suda mo, singa ko talempar jauh, gajah ko de maju lagi de injak,  sepak, banting, sampe singa ko napas satu-satu…).

4.3.8        Fungsi Mob “Pelaut”

Pelaut

Ini soal IMAN DAN RASA PERCAYA. Satu kali ini pace Yudas deng Pace Etus dong dua kapala mancing di laut lepas, lari deng yonson sampe ilang-ilang. Pas gelombang besar baru hantam dong diua sampe perahu motor yonson tuh pecah dan tenggelam alias karam ka ini. Pace Yudas deng Pace Etus dong dua balabu pake pelampung sambil tunggu pertolongan. Tiba-tiba begini pace Etus sadar karena de pu hidup jauh dari Tuhan, langsung de paku doa, “ O Tuhan, sa baru sadar, sa su banyk bikin pelanggaran, sa ini pemabuk, suka pukul sa bini, tensi nai, suka pancuri, anggap remeh. O Tuhan, kalo ko baik ko ininkan sa jalani hidup yang baik, sa berjanji Tuhan, sa tida minum lagi…. “ tiba-tiba Pace Yudas berteriak.” Wei, ko stop dulu.. jangan janji banyak, simpan lain dulu, karna maca ada kapal yang su  mo datang kemari tolong tong dua”…

Fungsi dari cerita mob Papua “pelaut“ memberikan kesan lucu dan hiburan bagi para pendengar dan pembacanya. Fungsi lainya dari cerita mob ini menyarankan untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan kemana pun dan harus bisa lebih detail atau lebih teliti saat mempersiapkan barang bawaan saat ingin melakukan perjalanan jauh terlebih lagi untuk pekerjaan yang membahayakan nyawa, seperti yang terdapat pada kutipan berikut Satu kali ini pace Yudas deng Pace Etus dong dua kapala mancing di laut lepas, lari deng yonson sampe ilang-ilang. Pas gelombang besar baru hantam dong diua sampe perahu motor yonson tuh pecah dan tenggelam alias karam ka ini”. Selain itu cerita mob ini menyindir kita agar selalu dekat sama Tuhan dengan cara selalu pergi beribadah dan berdoa pada saat ingin memulai aktivitas apapun dan jangan terlalu banyak menebar janji, juga sebagai sarana sosial dan memperbaiki akhlah moral.

 

4.3.9        Fungsi Mob “Begok”

Begok

Ini mase soal KATA. Dengar kata “Begok”, Apus langsung bicara pengalaman dolo waktu belum tau apa yang dong bilang begok.

De pu cerita begini. Ada satu anak yang tanya di guru. Dong tanya arti kata “begok” alias bodoh.

Begok tu begini. Kata pak guru lalu pasang tangan di tembok. Habis itu, pak guru suruh anak pukul tangan deng tenaga dalam alias keras.

Begitu anak laki-laki satu hantam deng palungku. Pak guru cepat angkat de pu tangan, den seselai sudah…., palungku mendarat ditembok.

Anak satu langsug mau manangis gara-gara de pu palungku hantam keras tembok. “ itulah yang disebut begok… “ kata pak guru”.

 

Fungsi dari cerita mob Papua “Begok” adalah memberi hiburan bagi pembaca dan pendengarnya. Fungsi lainnya, yakni bila dapat menjadi pelajaran yang baik bagi para pembaca, apabila pembaca tersebut adalah seorang guru agar menjaga sikap layaknya seorang guru yang baik bagi siswanya, seperti pada kutipan berikut “Anak satu langsug mau manangis gara-gara de pu palungku hantam keras tembok. “ itulah yang disebut begok… “ kata pak guru”. Karena merupakan hal yang buruk memperlakukan siswa seperti pada cerita mob “ begok”. Sebagai seorang guru hendaknya dapat menjelaskan atau menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa dengan baik pula, dan bukan sebaliknya. Cerita mob “Begok” sebagai sarana protes sosial.

 

4.3.10    Fungsi Mob “Iklan Rinso”

Iklan Rinso

Masalah IKLAN PROMO. Mace deng Pace abis nonton iklan  di TV malam, langsung bagarak pi cuci pakean. Waktu cuci pakean, pace kas ingat mace biar jang lupa pake rinso. Mace su angkat pakean mo sikat begini pace mara baru bilang: “ jang sikat karena di TV katanya RINSO yang bekerja dan membersihkan pakean jadi bersih”. Mace langsung tra jadi cuci baju baru pi kase tinggal pakean di luar rumah sampe pagi. Begitu mace bangun pagi, orang su pancuri pakean. Jadi mace ko emo baru nae dara bilang begini: “Pace, ko tanggung jawab e, pakean ada di mana?, pace bale jawab: “ mace , jang ko marah,barang tuh RINSO yang bekerja , membersihkan sekaligus menghilangkan noda pakaian tanpa bekas”.

            Fungsi dari cerita mob Papua “Iklan Rinso” memberikan kesan kelucuan bagi para pembaca, yang menggelitik para pembaca dan pendengar hanya karena sebuah iklan TV. Fungsi lainya agar tidak meniru sesuatu yang buruk dan merugikan. Seperti pada kutipan berikut, “jang sikat karena di TV katanya RINSO yang bekerja dan membersihkan pakean jadi bersih “.  Selain itu juga mengajarkan untuk selalu berhati-hati dalam menyimpan atau meletakkan sebuah barang atau benda dan cerita sebagai sarana penghibur semata.


 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

5.1  Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1)      Hasil kajian yang ditemukan dalam bentuk atau struktur frasa verba Bahasa Melayu Papua dalam Mob ada beberapa frasa yaitu; adv + verba  memiliki dua puluh satu bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob, verba + nomina memiliki enam belas bentuk frasa verba dalam bahasa Melayu Papua dalam mob, frasa verba koodinatif memliki delapan bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob, verba + Adv memiliki empat bentu frasa verba adv bahasa Melayu Papua dalam mob, frasa verba + Adj memiliki tujuh bentuk frasa verba bahasa Melayu Papua dalam mob, dan yang terakhir frasa verba bermakna idomatik memiliki tiga bentuk frasa verba Bahasa Melayu Papua dalam mob.

2)      Hasil kajian makna frasa verba dalam bahasa Melayu Papua, banyak istilah-istilah Melayu Papua yang merupakan ciri dari kebiasaan di Papua. Istilah itu berbentuk frasa verba yang merupakan ungkapan bahasa Melayu Papua itu sendiri, yang dikaji ke dalam bahasa Indonesia yang benar.

3)      Hasil kajian fungsi mob yang ditemukan dalam sepuluh data yang di ambil oleh peneliti memiliki fungsi sebagai sarana penghibur, lelucon dan secara khusus sebagai kritik dan sarana memperbaiki akhlak moral, sarana protes sosial dan hiburan.

5.2  Saran

            Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan-simpulan yang telah disajikan penulis menyarankan beberapa hal yang berkaitan dengan mob  Bahasa Melayu Papua

1)      Penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur frasa verba dalam mob Papua serta menjelaskan fungsi yang terkandung dalam mob Papua, oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan kajian sintaksis bahasa Melayu Papua dalam mob sehingga memperkaya bahasa Melayu Papua dalam Mob Papua, khususnya yang berhubungan dengan frasa verba dalam mob Papua.

2)      Cinta tanah air dapat dibuktikan dalam bentuk apa saja, dengan mengahargai dan menjaga budaya antar sesama masyarakat dan menjaga lingkungan kita itu dapat disebut cinta tanah air.

3)      Penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian lain yang sejenis.Terkhususnya pada kajian frasa verba.

4)      Penelitiaan ini juga bertujuan agar pembaca bisa mendalami lebih dalam terkait frasa verba dan cerita Mob Papua



 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Chaer. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: (Pendekatan Proses). Jakarta:

            Rineka Cipta

 

Alwi. Hasan. Dkk. 2000:157. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:           BalaiPustaka.

Badudu J. S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar I. Jakarta: PT Gramedia

Badudu J.S. 1987. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Christ, Fautngil. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jayapura: Universitas

Hugo Warami. 2009. Mob Melayu Papua. Manokwari: Unipa pers

Iwong Ch, Henry. 2012. Perubahan Makna Dalam Wacana Mob (Humor)Bahasa             Melayu Papua (kajian Semantik) (TESIS). Malang:                                                   Universitas Negeri Malang.

 

Kridalaksana. 2009. Perilaku Sintaksis Verba Keadaan Bahasa Indonesia                            (Laporan Penelitian Mandiri). Fakultas sastra: Universitas                                                 Padjajaran Bandung.

 

Mawene Aleda. Wacana Mob Bahasa Melayu Papua Sebagai Ilustrasi                    Kontekstual Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Papua.                           PBS FKIP:

 

Mokoagouw. 2010. Mob Berisikan Humor yang disampaikan kepada pendengar                 atau khalayaknya.

Moloeng, L.J. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja            Rosdakarya.Pustaka Utama.

 

Sawaki. 2004. Penggunaan Bahasa Melayu Papua. Burung :200. Univerisitas                    Cenderawasih.

Cenderawasihhttp://enthusiast-blogger.blogspot.com/2014/01 mengetahui-jenis-jenis-humor-html

https://www.neliti.com/publications/236298/kohesi-gramatikal-referensi-dalam-wacana-mop-melayu-papua-pada-rubrik-breakboss.


LAMPIRAN

DATA MOB PAPUA KARYA HUGO WARAMI

1.      DATA 1.  (Judul Mob: Kaki Abu Disco)

 

Pace satu ni dudu-dudu di tama nimbi, tapi pikiran melayang kiri kanan, habis tratau mo bikin apa. Padahal kalo malam minggu begini, pace su taputar di kaliling kota. “wei….. ko bikin apa disitu?” Tanya apus.” Adooo…. Sa dudu cuci mata, habis mo pi ke mana cari hiburan lagi. Sa pu tampa hiburan di jalan percetakan tu su tabakar habis”, pace angka bicara deng swara putus-putus tapi depu mata liat-liat ke patung Yos Sudarso di tama Imbi.

Yo…. Kalau diskotik takabar, labe bae kitong pi hantam kaki abu saja too… yang penting keringat, ujar Apus berusaha kase nasehat buat pace. Booo…, Apus pi resep juga bagus ee… habis tra pake bayar ee…. Yang penting siap kaki saja, tambah Apus. Jadi siap kaki saja? Jadi siap kaki tu apa e?, oh, itu begini Apus jelaskan. “kam pu kaki itu sore-sore begini su mulai urus deng aer panas kase kuat untuk jaga tahan dari malam sampe pagi, habis itu baru bagoyang” jelas to!.

Tapi…., biar ko bilang tong pi yospan kaah…., kaki abukah….., tapi tra sama deng sa pu kebun spanggal di jalan percetakan yang tabakar tu!. Yah, mo apa lagi, abis maen lain, latian lain jadi; abs minum, masi dudu gelap-gelap untuk baku pegang tangan, tambah pace yang su mulai badiri kase lurus badan habis dari siang dudu di taman Imbi sampe glap tra bagarak jadi.

 

2.      Data 2 : (Raba – Raba Sak Celana)

 

Apus…. Pi bajalan taputar keliling kota Jayapura, “Apus, mo pi mana?” Tanya anak – anak yang dudu diatas pagar depan Bank Papua yang kenal Apus. “ah…trada, sa cuci mata, ambe-ambe angin malam, masa kam anak muda saja yang bisa senang-senang baru kitong orang tua trausa? Jawab Apus. Selesai bicara, Apus tindis trus ke depan toko cari pinang sadiki untuk maen-maen mulut.

“mama, pinang ini brapa,,,? Tanya Apus sama Mace Komin (Maitua Ir) satu yang ada jual pinang “seribu saja” jawab maitua.

“kalau begitu bungkus dua tanpa dolo”, sambung Apus yang mulai bacakar raba-raba sak untuk cari uang mo bayar pinang. Raba sak blakng trada, raba sak kiri, sak kanan juga trada, cek di dalam noken juga trada.

“ wah jangan-jangan da su sambar sa pu uang anggaran, yang isi di sak belakang” ujar Apus yang minta maaf sama maitua penjual pinang habis de pu wang ada yang sambar.

“bo…. Kitong rame-rame begini trada yang pancuri eh, tau-tau ada yang pake kesempatan untuk pancuri, smerlap sa pace yang curi sapu wang”, Apus emosi eee…..

3.      Data 3 : (Mengaku Dosa)

 

Empat hamba rohani pigi kunjungan ke luar negeri. Setelah dong makan malam sama-sama, dong sepakat untuk saling berdoa dong pu kelemahan dong pu kelemahan masing-masing.

Hamba 1 : “ sa terlibat selingkuh deng umat 1 orang”

Hamba 2  : “ sa mengaku bahwa sa adalah peminum berat”

Hamba 3 : “ sa tra lebih baik dari dong dua, sa Cuma jadi tukang judi kelas kakap saja”

Hamba IV : “kalo sa, dosa yang paling bokar adalah  suka bikin gosip orang. Sa betul- betul tra tahan diri, biar pulang kembali ke negeri sendiri sa mo cerita kam pu pengakuan semua.”

4.      Data 4 :  (Mabuk Pu Kerja)

 

Ini soal miras. Pace nih tukang flay e…., tapi terhormat karna biasa pulanh tepat waktu. Satu kali begini de terlambat pulang baru de pu maitua deng anak-anak su kunci pintu baru tidur mati punya. Pace de panggil – panggil sampe tra jadi de langsung ambil posisi dan malintang tidur di depan pintu rumah sudah mo. Pas pagi-pagi de pu anak bangun lihat pace ada salib di depan pintu, anaknya kasih bangun: “bapa, bapa..” langsung pace de buka mata lihat de pu anak baru de pu anak Tanya : “ bapa itu ko ka?”. Pace de su emo memang dari malam jadi de jawab: “ ah, bukan… ini ko pu mama pu anjing piara”… trus karna anaknya masih kecil jadi de bale tanya : “ kalo bapa ko anjing, coba ko gonggong dulu…u..u!” ha…ha…ha

5.      Data 5 : (Bakalai Mati)

 

Satu kali begini Mace deng Pace bakalai mati alias baku tumbu sampe mo rencana pisah ranjang ka ini. Pace su rencana mo keluar dari rumah. Pas pace su angkat kaki mo balenggang keluar dari rumah begini mace ko bataria besar :

Mace    :  ‘ko pi rumah ini?”

Pace      : “ko milik sudah..”

Mace     : “trus isi rumah ini?’

Pace      :  “ ko ambil sudah “

Mace     :  “ cicin pernikahan ini ?”

Pace      :  “ ko jual sudah…”

Mace     :  “baru, anak-anak pu tampa minum alias netek ini?’

Pace      :  “ ah… ko tunggu, sa cum ke depan beli rokok saja, nanti sa bale…!” ( ha…ha…ha…DASAR…..!)

6.      Data 6 : (Hisap Darah)

 

Ini soal pengetahuan. Apus dengan Amai dong dudu-dudu di teras rumah sambil minum STJM baru dong dua main tebak-tebakan. Apus bilang sana Amai, “ amai, ko tahu kenapa nyamuk suka hisap darah manusia termasuk ko?”. “ Ah, memang su dari sononya kok?, kata Amai. Apus bilang “ ko salah besar”. Amai mulai toki-toki de pu testas baru de bilang “mangkali mungkin itu de pu makanan kah?. Apus ko senyum-senyum baru jawab soal tebakan itu ke Amai begini, “ Ko salah lagi, yang B itu, karna kalo nyamuk de isap rokok juga nanti de bisa kena kanker, serangan jantung dan impoten.”Amai ko pica tertawa baru bilang, “hahaaee… Apus ko MOB to…?.

7.      Data 7 : (Paling Kuat)

 

Ini mase soal FAUNA di hutan belantara. SINGA bilang de yang paling berkuasa di hutan.

Singa    : hei, Gorila… sapa yang paling kras di hutan ini?

Gorilla : kaka…., ade hormat, …. Kaka ko saja

Singa       :  eh, banteng. Disini sapa yang paling luat?

Banteng   :  bo… kaka, trada lain, kaka ko saja

Singa       : gajah, sapa yang paling berkuasa di hutan ini?

Gajah      :  (tertawa – tertawa saja )

Singa       : weii, gajah ko tuli ka? Telingan su besar beru tra bisa dengar   lagi… sapa yang paling keras di hutan ini?

Gajah      :  ( reaksinya diam saja )

Singa       :  weeii, sapa yang kuat?

Gajah      : ( deng sika emo.., gaja ko badiri bidik tendangan maygeri satu   suda mo, singa ko talempar jauh, gajah ko de maju lagi de injak, sepak, banting, sampe singa ko napas satu-satu…)

Singa      : iyo susa…, gajah, kalo ko memang tra tahu de pu jawaban,  trapapa tapi jang ko marah  begitu….( bicara tapi napas masih   satu-satu…)

8.      Data 8 : (Pelaut)

 

Ini soal IMAN DAN RASA PERCAYA. Satu kali ini pace Yudas deng Pace Etus dong dua kapala mincing di laut lepas, lari deng yonson sampe ilang-ilang. Pas gelombang besar baru hantam dong diua sampe perahu motor yonson tuh pecah dan tenggelam alias karam ka ini. Pace Yudas deng Pace Etus dong dua balabu pake pelampung sambil tunggu pertolongan. Tiba-tiba begini pace Etus sadar karena de pu hidup jauh dari Tuhan, langsung de paku doa, “ O Tuhan, sa baru sadar, sa su banyk bikin pelanggaran, sa ini pemabuk, suka pukul sa bini, tensi nai, suka pancuri, anggap remeh. O Tuhan, kalo ko baik ko ininkan sa jalani hidup yang baik, sa berjanji Tuhan, sa tida minum lagi…. “ tiba-tiba Pace Yudas berteriak.” Wei, ko stop dulu.. jangan janji banyak, simpan lain dulu, karna maca ada kapal yang su  mo datang kemari tolong tong dua”…

9.      Data 9 : (Begok)

 

Ini mase soal KATA. Dengar kata “Begok”, Apus langsung bicara pengalaman dolo waktu belum tau apa yang dong bilang begok.

De pu cerita begini. Ada satu anak yang tanya di guru. Dong tanya arti kata “begok” alias bodoh.

Begok tu begini. Kata pak guru lalu pasang tangan di tembok. Habis itu, pak guru suruh anak pukul tangan deng tenaga dalam alias keras.

Begitu anak laki-laki satu hantam deng palungku. Pak guru cepat angkat de pu tangan, den seselai sudah…., palungku mendarat ditembok.

Anak satu langsug mau maenangis gara-gara de pu palungku hantam keras tembok. “ itulah yang disebut begok… “ kata pak guru”.

10.  Data 10 : (Iklan Rinso)

 

Masalah IKLAN PROMO. Mace deng Pace abis nonton iklan  di TV malam, langsung bagarak pi cuci pakean. Waktu cuci pakean, pace kas ingat mace biar jang lupa pake rinso. Mace su angkat pakean mo sikat begini pace mara baru bilang: “ jang sikat karena di TV katanya RINSO yang bekerja dan membersihkan pakean jadi bersih”. Mace langsung tra jadi cuci baju baru pi kase tinggal pakean di luar rumah sampe pagi. Begitu mace bangun pagi, orang su pancuri pakean. Jadi mace ko emo baru nae dara bilang begini: “Pace, ko tanggung jawab e, pakean ada di mana?, pace bale jawab: “ mace , jang ko marah,barang tuh RINSO yang bekerja , membersihkan sekaligus menghilangkan noda pakaian tanpa bekas”.

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar